24 Nov 2008

KONI Depok : Depok Bersatu Raih Prestasi Gemilang

Depok Bersatu Raih Prestasi Gemilang
(Menyambut Pelantikan Pengurus KONI Depok Periode 2008-2012)

Hari ini, 28 Nopember 2008 menjadi salah satu tanggal bersejarah bagi insan olahraga kota Depok. Pelantikan Pengurus KONI Depok periode 2008-2012 akan dilakukan oleh Pengurus KONI Jawa Barat. Momentum ini diharapkan akan menjadi sebuah awal dari tekad dan kerja besar untuk merevitalisasi organisasi olahraga di Depok, dengan bercermin pada kinerja dan prestasi yang telah dicapai oleh kepengurusan sebelumnya, dan menatap ke depan menyongsong ditorehkannya prestasi-prestasi baru dari atlit-atlit kebanggaan warga Depok.

Untuk itu, sebuah visi telah dicanangkan oleh KONI Depok periode 2008-2012, yaitu “Mewujudkan organisasi yang solid & sistem pembinaan yang tangguh untuk meraih prestasi gemilang di tingkat propinsi, nasional dan internasional”. Sebuah tekad dan semangat untuk maju ke depan dengan dilandasi oleh soliditas organisasi yang kokoh. Prestasi yang ingin diraih tidak hanya pada tingkat propinsi, tapi juga tingkat nasional, bahkan internasional. Visi ini memberikan tantangan yang besar untuk pengurus KONI baru beserta seluruh jajarannya.
Untuk mencapai visi tersebut, telah dirumuskan empat misi yang ingin dijalankan oleh KONI Depok. Misi pertama yaitu ”Membangun soliditas organisasi KONI dan seluruh pengcab-pengcab yang ada”. Sebuah organisasi tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada soliditas antar unsur-unsur di dalamnya. Efektifitas berjalannya suatu organisasi sangat bergantung pada sejauh mana soliditas yang terbangun di dalam organisasi tersebut.
Dalam rangka menjalankan misi pertama ini, ada beberapa langkah yang akan dilakukan KONI Depok, yaitu: (1) membangun mekanisme organisasi yang baik, tertib dan konsisten, melalui pertemuan rutin pengurus KONI dan pertemuan antara KONI dengan pengcab-pengcab; (2) mewujudkan transparansi kegiatan dan anggaran; (3) melakukan pembinaan organisasi pengcab-pengcab dan klub olahraga; (4) meningkatkan kesejahteraan pelaku olahraga.
Salah satu problem yang dihadapi oleh setiap organisasi adalah ketidakmampuan mereka untuk membangun mekanisme organisasi yang baik dan secara konsisten menjalankannya. Padahal, sehat dan sakitnya suatu organisasi dapat dilihat dari berjalan atau tidaknya mekanisme kerja dari unsur-unsur dalam organisasi tersebut. Ini yang akan diselesaikan oleh KONI Depok. Selain itu, mengingat sebagian besar dana operasional KONI berasal dari APBD, yang berarti berasal dari uang rakyat, maka transparansi anggaran menjadi suatu keharusan.
Kita ingin membangun kepercayaan dan keyakinan publik dan masyarakat bahwa KONI Depok akan senantiasa menjalankan organisasinya dengan menjunjung tinggi kejujuran, profesionalitas dan transparansi. Melalui rencana penerbitan buletin secara berkala dan pengembangan situs KONI Depok, transparansi dan keterbukaan dalam pengelolaan anggaran akan coba untuk diwujudkan.
Ujung tombak prestasi olahraga ada di cabang-cabang olahraga, bukan di KONI. Karena itu, peningkatan soliditas organisasi tidak cukup hanya diterapkan di tubuh KONI saja. Akan tetapi, soliditas ini harus juga menyentuh dan terbangun di setiap organisasi pengcab yang ada. Program-program pelatihan bagi peningkatan pengetahuan keorganisasian para pengurus cabang olahraga perlu menjadi perhatian untuk dapat dijalankan dengan baik. Selain itu, standarisasi insentif dan bonus bagi para pelaku olahraga akan disusun, sebagai upaya untuk memberikan apresiasi terhadap para insan olahraga yang telah mempersembahkan prestasi terbaiknya dalam mengharumkan nama kota ini.
Misi yang kedua yaitu ”Menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung soliditas organisasi dan peningkatan prestasi”. Untuk menjalankan misi ini akan dilakukan berbagai program yaitu: (1) mengidentifikasi sarana & prasarana yang perlu dibangun/diperbaiki/ditingkatkan; (2) menyusun skala prioritas pengalokasian anggaran untuk sarana dan prasarana; (3) menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk terlibat dalam pembangunan sarana dan prasarana.
Yang dimaksud dengan saran dan prasarana olahraga, selain masalah fasilitas tempat olahraga, termasuk juga berbagai alat dan peralatan olahraga. Untuk meraih prestasi yang gemilang, kita tidak cukup hanya berbicara pada masalah semangat dan tekad saja. Kita harus realistis, dukungan dan kesiapan sarana dan prasarana juga sangat menentukan keberhasilan dan kesuksesan suatu upaya. Karena itu, KONI Depok akan segera menginventarisir berbagai aset dan barang-barang yang dimiliki.
Kemudian, kami akan segera susun daftar prioritas penyediaan sarana dan prasarana, dari yang paling mendesak sampai yang kurang mendesak. Ini terpaksa harus dilakukan mengingat keterbatasan dari anggaran yang ada. Karenanya, kerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki perhatian kepada masalah olahraga perlu segera dibangun. Kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat dapat diwujudkan, mengingat antusiasme warga Depok yang sangat tinggi untuk berpartisipasi di dunia olahraga.
Misi ketiga yaitu ”merancang dan melaksanakan program pembinaan atlit secara berkesinambungan, efektif dan efisien”. Ini dilakukan melalui: (1) menyusun program pencarian bibit atlit; (2) meningkatkan kualitas pembinaan atlit secara efektif dan efisien; (3) berperan aktif dalam berbagai kejuaraan tingkat propinsi/nasional untuk mengukur pencapaian prestasi.
Proses perancangan konsep pembinaan atlit yang integral dan komprehensif perlu dilakukan, untuk memastikan tercapainya kualitas sistem pembinaan yang baik. Program pencarian bibit-bibit olahragawan dari mulai usia dini menjadi prioritas utama dari proses pembinaan atlit, karena ternyata Depok memiliki potensi bibit olahragawan yang tidak sedikit. Upaya memicu peningkatan prestasi melalui keterlibatan dalam even-even kejuaraan dan turnamen olahraga juga akan menjadi program yang diperhatikan oleh kepengurusan KONI yang akan datang. Partisipasi dalam berbagai kejuaraan dan turnamen ini sekaligus akan dijadikan sebagai barometer dalam mengukur kinerja pembinaan yang dilakukan.
Misi KONI Depok yang keempat yaitu membangun kesadaran & keterlibatan masyarakat dalam berbagai program peningkatan prestasi olahraga. Program kerja dari misi keempat ini yaitu: (1) meningkatkan peran humas dalam mempromosikan berbagai aktifitas olahraga di depok (2) meningkatkan upaya sosialisasi even-even kejuaraan olahraga; (3) merancang dan melaksanakan program bapak angkat/asuh bagi atlit berprestasi; (4) menerbitkan buletin "Depok Gemilang"; (5) membangun dan mengembangkan website KONI Depok.
Kemeriahan dan dinamika olahraga di kota ini tidak akan sampai ke telinga dan penglihatan para insan olahraga dan warga Depok tanpa kita menciptakan sarana yang mendukung. KONI Depok ingin secara proaktif menggugah kesadaran dan menciptakan keterlibatan warga dan masyarakat untuk mendukung dan berpartisipasi dalam memajukan prestasi olahraga di kota ini. Untuk mewujudkan hal ini, kami akan menerbitkan buletin olahraga ”Depok Gemilang” secara berkala. Buletin ini akan memotret berbagai aktifitas olahraga yang terjadi di Depok, termasuk juga aktifitas para pengcab dalam melakukan pembinaan olahraga. Tidak ketinggalan tentunya kita juga akan memotret perjuangan dan pengorbanan para atlit kita dalam mengemban amanah untuk mengejar prestasi olahrga yang membanggakan. Selain melalui buletin, kita juga sedang mengembangkan situs KONI Depok yang beralamat di www.koni-depok.org, yang akan menjadi jembatan komunikasi antar insan olahraga kota ini, selain akan menjadi pusat informasi keolahragaan di kota Depok.
Semua misi dan program yang dicanangkan di atas tidak akan pernah terealisasi dengan baik tanpa perjuangan dan kerjasama antar seluruh jajaran pengurus KONI Depok, seluruh pengcab-pengcab, para atlit dan pelatih, para insan olahraga, serta seluruh stakeholder & warga kota Depok. Oleh karena itu, prosesi pelantikan pengurus KONI Depok yang baru untuk periode 2008-2012 pada hari ini hendaklah menjadi momentum bersama untuk bersatu memajukan prestasi olahraga kota Depok, sesuai dengan slogan KONI Depok ”Depok Bersatu Raih Prestasi Gemilang”.Semoga.

=Prihandoko=
Ketua KONI Depok periode 2008-2012.

12 Nov 2008

Visi Depok Post 24 - RW Siaga

RW Siaga Kerja Untuk Semua


Salah satu ciri masyarakat maju adalah kepedulian mereka dengan kebersihan dan kesehatan. Hidup bersih dan sehat menjadi ciri khasnya. Mulai dari kebersihan diri, rumah dan lingkungannya.Lingkungan bersih menciptakan kehidupan yang sehat. Hidup yang sehat akan memberikan kenyamanan dan ketentraman.

Salah satu ciri masyarakat terbelakang adalah kemasabodohan mereka dengan kebersihan dan kesehatan. Hidup bersih bukan prioritas. Yang penting masih bisa hidup dan punya tempat berteduh. Bersih atau tidak, itu urusan kemudian. Sehat atau tidak, itu urusan nanti. Akibatnya, berbagai macam penyakit hinggap di sana. Mulai dari penyakit kulit, diare sampai penyakit dalam. Semuanya disebabkan karena kondisi lingkungan yang kotor dan tidak sehat.

Sebagai bangsa yang masih tergolong negara berkembangan, negara kita belum menjadikan kebersihan dan kesehatan sebagai prioritas utama. Urusan perut masih menjadi urusan nomor satu. Kemiskinan dan kemelaratan masih menjadi masalah utama. Namun, kebersihan dan kesehatan tidak boleh diabaikan. Karena, kondisi lingkungan hidup masa depan sangat tergantung pada perilaku kita hari ini.

Sebagai salah satu upaya membangun kesadaran akan kebersihan dan kesehatan, pemerintah menelurkan program Desa Siaga, atau RW Siaga. Melalui program ini masyarakat diharapkan dapat menangani masalah kebersihan dan kesehatan di lingkungannya masing-masing. Mulai dari rumah masing-masing warga sampai lingkungan se-RW. Mulai dari adanya indikasi penyakit sampai penanganannya. Mulai dari penyakit ringan sampai penyakit berat. Yang disebut RW Siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya, baik kemampuan dan kemauan untuk mencegah, mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat-daruratan, maupun kejadian luar biasa (KLB), secara mandiri.

Namun, program yang baik belum tentu memberikan hasil yang efektif. Program yang baik harus diikuti dengan sosialisasi yang kuat. Jika tidak, ia hanya akan indah di atas kertas, tapi kosong di lapangan. Sampai saat ini, kondisi yang nampak di lingkungan kita, papan nama RW Siaga telah siap terpasang di setiap RW. Tapi, program, tujuan dan kegiatannya, masih banyak masyarakat yang belum paham. Ini terbukti dari minimnya peran dan keterlibatan warga di sebagian RW saat adanya kegiatan yang terkait. Sehingga, sangat wajar jika kemudian terdapat warga yang menderita penyakit berat, tanpa diketahui oleh pengurus RT/RW setempat. Ketika meninggal, barulah para tetangga mengetahuinya. Sangat wajar pula, jika sebagian masyarakat mempertanyakan efektifitas dari program ini.

Sebagai sebuah kota yang wilayahnya tidak terlampau luas (20 ribu hektar lebih), dengan komposisi penduduk kelas menengah yang relatif cukup banyak dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia, Depok seharusnya mampu menjadi contoh bagi penerapan program RW Siaga yang efektif. Strategi yang harus ditempuh untuk menuju RW Siaga sukses terdiri dari tiga faktor. Pertama, terbangunnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Ini bisa dilakukan melalui ceramah dan khutbah pada berbagai momen tempat berkumpulnya masyarakat. Kedua, siapnya SDM birokrat untuk memberikan backup dan dukungan terhadap pelaksanaan program RW Siaga di masing-masing RW dan kelurahan. Ketiga, kemasan program yang inovatif dan menarik, sehingga masyarakat akan tertarik dan antusias untuk menghadiri program tersebut.

Jika ketiga faktor di atas dapat diwujudkan, maka kita yakin program RW Siaga akan mampu memberikan solusi bagi permasalahan kesehatan di masyarakat. Dukungan warga dan kepedulian masyarakat terhadap berbagai program pemerintah, termasuk RW Siaga, menjadi kunci utama kesuksesan dan keberhasilan pembangunan daerah. Semoga Depok mampu menjadi pelopor dalam menggerakkan kepedulian warga masyarakatnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Semoga.

Visi Depok 21 - Mempertahankan aura Ramadhan

Mempertahankan Suasana Ramadhan Pasca Ramadhan

Ramadhan tahun ini segera berakhir. Selanjutnya, rutinitas keseharian akan kembali menghiasi dan mewarnai hidup kita. Kita khawatir pesta dan aroma kemaksiatan akan segera menggantikan suasana ketentraman dan kekhusyuan Ramadhan. Kita khawatir setan-setan yang sebelumnya dibelenggu akan kembali liar dan memancing manusia untuk mengumbar syahwatnya bersama mereka. Kemeriahan suasana tadarus akan hilang. Semangat tilawah Al-Qur’an akan berganti. Kajian-kajian Islam yang marak di berbagai lapisan masyarakat akan gulung tikar. Semuanya akan kembali sebagaimana suasana sebelum ramadhan. Itu yang terjadi berulang-ulang setiap tahun.

Berbagai fenomena di atas memberikan sinyal kepada kita, ramadhan tahun ini hanya akan mengulang ramadhan-ramadhan tahun lalu. Tanpa kesan. Tanpa pengaruh terhadap jiwa. Tanpa perubahan pada sikap dan perilaku. Tanpa perbaikan terhadap iman. Tanpa peningkatan terhadap ketakwaan. Ini sangat ironis. Mengingat sudah bertahun-tahun kita menjalani kehidupan bersama ramadhan di dalamnya. Namun, dampak dari ramadhan tidak nampak dalam kehidupan kita sebagai bangsa.

Sejatinya, indahnya ramadhan, tentramnya ramadhan, dan nikmatnya ibadah di bulan ramadhan menjadi oase bagi orang-orang beriman. Berlalunya ramadhan akan menimbulkan kesedihan bagi mereka. Mereka tidak ingin ramadhan ini berlalu. Namun ramadhan pasti berlalu. Bulan akan berganti bulan. Tahun akan berganti tahun.Yang kita inginkan adalah, bagaimana caranya agar kita mampu mempertahankan suasana dan semangat ramadhan setelah ramadhan berakhir? Paling tidak ada tiga hal yang harus diperhatikan dan dipertahankan.

Pertama, jangan hilangkan kebiasaan yang sudah dibangun di bulan ramadhan. Jika pagi hari ramadhan biasa ke masjid, jangan hilangkan kebiasaan itu. Jika sebelum sahur biasa melakukan shalat dua rakaat, jangan tinggalkan kebiasaan itu pasca ramadhan. Jika setelah subuh, tilawah Al-Quran sudah menjadi kebiasaan, jangan hilangkan ia. Jika kebiasaan sedekah sudah mulai terbangun dengan mudah di bulan ramadhan, teruskan di bulan selanjutnya. Intinya, kita perlu melanjutkan kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah dibangun saat ramadhan.

Kedua, kita perlu melanjutkan interaksi dengan komunitas ramadhan. Komunitas orang-orang sholeh yang menjadi rekan saat beribadah, teman saat pengajian, dan kawan saat melakukan berbagai aktifitas. Komunitas yang membangun jiwa dan semangat untuk maju. Komunitas dimana kita bisa saling memberi dan menerima. Selain dengan komunitas dekat, perlu dipertahankan kedekatan hubungan dengan komunitas jauh, para tokoh masyarakat dan ulama.

Komunitas kebaikan ini akan menjadi pendorong yang kuat untuk membantu masyarakat membangun dirinya. Kemajuan dan keterbelakangan suatu masyarakat tidaklah hanya disebabkan karena kurangnya peran serta dan perhatian pemerintah, namun juga karena kepasrahan masyarakat terhadap nasib yang menimpa dirinya. Karena itu, perlu adanya sekelompok orang yang mampu membangkitkan mereka. Perlu sebuah komunitas sosial yang tidak hanya memikirkan kebaikan dirinya, tapi juga kebaikan masyarakatnya.

Ketiga, kedekatan hubungan dengan keluarga saat sahur bersama dan berbuka puasa bersama perlu dipertahankan. Hanya di bulan ramadhan, sahur bersama dilakukan. Hanya di bulan ramadhan, seluruh anggota keluarga bangun bersama di waktu sahur, sepertiga malam terakhir, saat-saat yang disukai Allah. Di bulan ramadhan, suasana kedekatan hati dan jiwa terbangun di antara anggota keluarga dengan indah. Ini yang perlu dipertahankan pasca ramadhan. Indahnya sahur bersama perlu diciptakan lagi di luar ramadhan. Tentramnya hati saat munajat kepada Allah di saat sahur perlu dipertahankan.

Jika ketiga hal diatas mampu kita jaga dan lestarikan, maka insya Allah suasana ramadhan akan tetap terjaga dalam rumah tangga dan masyarakat kita. Jika demikian, maka kita akan merasakan bulan-bulan lain seperti bulan ramadhan. Ini berarti pula, kebaikan dan keberkahan akan terus hadir dan mengalir sepanjang tahun, bagi keluarga, masyarakat dan bangsa ini. Semoga. Visi

Visi Depok 21 - Membangun Karakter Bangsa

Membangun Karakter Bangsa Tanpa Miras.

Sepuluh remaja Bandung tewas secara mengenaskan karena kekurangan oksigen dan terinjak-terinjak pada konser musik underground di Gedung Asia Afrika Bandung, 9 Februari 2008 yang lalu. Mereka masih belia, berusia 15 hingga 20 tahun, dan masih duduk di bangku SMP atau SMA. Di dalam gedung panitia membagi-bagikan minuman keras kepada penonton. Remaja-remaja tanggung itu meminumnya sehingga banyak yang mabuk. Akibatnya terjadi kericuhan, yang menyebabkan 10 orang remaja tewas sia-sia.
Di tempat lain, sejumlah remaja terpaksa diamankan petugas Polres Kudus saat berlangsungnya pentas grup band Ungu di Alun-alun Simpang Tujuh Minggu malam (25/11). Pasalnya, mereka kedapatan membawa senjata tajam, minuman keras, dan terlibat perkelahian (www.kuduskab.go.id).

Permintaan miras di sejumlah kios/toko dan warung eceran di Sragen meningkat. Pembelinya rata-rata remaja berusia 17 - 22 tahun. Permintaan miras dari kalangan remaja cukup banyak, bahkan pada malam minggu, permintaan bisa meningkat dua kali lipat. Jenis minuman yang diperjualbelikan di toko meliputi topi miring dan vodka. Kedua jenis minuman dalam botol berbentuk gepeng sangat praktis disimpan di saku celana dan digemari para remaja. (Suara Merdeka, 13 januari 2005).

Minuman keras telah merasuki anak muda kita. Mereka, generasi yang akan mengisi negara ini, harus mati dan hancur masa depannya karena pengaruh minuman keras. Tidak mustahil ada skenario besar dari pihak asing yang ingin menjauhkan anak-anak muda bangsa ini dari nilai-nilai agama sehingga nantinya bangsa ini mudah dikuasai. Pihak asing tidak senang bangsa Indonesia ini taat pada agama sebab ketaatan pada agama dan nilai-nilai luhur ketimuran bisa menghambat industri kapitalisme mereka. Oleh karena itu, mereka berupaya memasukkan nilai-nilai asing ke dalam diri anak muda dengan membudayakan minuman keras, narkoba, dugem, narkoba, musik hingar bingar, dan pornografi.

Kita paham bahwa wajah bangsa ini 10-20 tahun yang akan datang dapat dilihat pada wajah para remaja dan pemudanya hari ini. Jika kita membentuk wajah para remaja dan pemuda kita hari ini dengan wajah kedisiplinan, ketekunan, jiwa kerja keras dan perjuangan, maka kita akan memetik buahnya 10-20 tahun yang akan datang. Bangsa ini akan menjadi bangsa besar dan maju. Bangsa yang beradab dan berbudaya. Bangsa yang akan berdiri sama tegak dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Namun, jika kita membentuk wajah remaja kita hari ini dengan wajah kemalasan, kebodohan, mental serba instan, mental aji mumpung, dan mental korupsi, maka kita sedang menanam bom waktu kehancuran bangsa ini. Bangsa ini akan semakin terpuruk, terbelakang, bodoh, mudah dipermainkan, dan tidak memiliki kewibaan dan harga diri.

Untuk membangkitkan kembali bangsa ini minimal ada dua hal yang harus dibentuk hari ini. Pertama, membangun karakter bangsa. Kepada seluruh remaja dan pemuda kita, kita harus bangun dan bangkitkan karakter dan jati diri mereka. Sesungguhnya, bukan usia suatu bangsa yang menentukan kebesaran dan kekerdilan bangsa tersebut. Bukan pula kekayaan alamnya. Bukan pula kecerdasan dan kepintaran orang-orangnya. Akan tetapi, karakter dan jati diri para pemuda dan pemimpin bangsa itulah yang menentukan kemajuan dan keterbelakangannya.

Membangun karakter bangsa tidak bisa dilakukan oleh satu atau dua pihak saja. Semua pihak harus berperan serta. Orang tua mempunyai peran membentuk karakter anak-anak dan remaja di lingkungan rumah. Sekolah dan guru berkewajiban mengasah karakter anak didik di lingkungan sekolahnya. Masyarakat dan organisasi non formal membentuk karakter remaja di lingkungan pergaulannya. Lembaga-lembaga swasta, badan usaha dan lainnya, memiliki peran untuk mempengaruhi cara berpikir dan bertingkah laku para remaja dan pemuda kita. Terakhir, pemerintah memegang peranan penting, akan dibawa ke arah mana pembentukan karakter dan jati diri bangsa ini. Oleh karena itu, seluruh komponen bangsa ini harus memperhatikan hal ini dan mengambil peran sesuai dengan kapasitas dan potensi dirinya untuk membentuk karakter dan jati diri bangsa ini.

Kedua, membangun sistem. Pemerintah sebagai pemegang otoritas penuh kekuasaan dan peraturan, harus menjadi garda terdepan dalam membangun sistem bagi semua urusan warganya. Sistem yang adil dan beradab. Sistem yang terbuka dan demokratis. Sistem yang memperhatikan kepentingan semua warga, tanpa pandang bulu. Sistem yang konsisten dan transparan, termasuk juga penegakannya. Mulai dari sistem pendidikan, sistem sosial & lingkungan, sistem ekonomi, sistem penegakan hukum sampai pada sistem pertahanan keamanan, yang mampu melindungi dan membentuk warga masyarakat menjadi manusia-manusia tangguh dan berkarakter.

Sebuah bangsa yang memiliki karakter yang kokoh, dibarengi dengan keberadaan sistem yang kuat, maka ia akan masa depan yang gemilang. Kita yakin kita mampu mewujudkan semua itu. Namun, ia harus diawali dari lingkup terkecil bangsa ini, kota kita. Mari kita mulai secara bertahap mewujudkan semua ini dari kota Depok ini. Kita mulai dari membangun karakter dan membangun sistem kota kita.

Visi Depok 21 - Parpol Menjawab Rakyat

Parpol Menjawab Harapan Rakyat

Survey publik menunjukkan bahwa institusi parpol adalah lembaga yang paling mendapatkan penilaian terburuk setelah institusi DPR/DPRD. Hasil ini sejalan dengan berbagai pernyataan yang mengemuka di tengah masyarakat bahwa mayoritas parpol yang ada hanya memikirkan dirinya sendiri saja, dan tidak peduli dengan urusan rakyat.

Faktanya, kita semua tahu bahwamayoritas parpol hanya bekerja lima tahun sekali, yaitu saat menjelang pemilu saja. Karena itu, adalah sangat wajar jika masyarakat sering menanyakan dan mempertanyakan, apa yang sudah dilakukan oleh parpol saat rakyat menjerit akibat kenaikan harga BBM; apa yang sudah dilakukan parpol untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan; apa yang dilakukan parpol untuk mengatasi masalah korupsi yang semakin merajalela, dan pertanyaan-pertanyaan menggugat lainnya. Alih-alih memikirkan kepentingan masyarakat, sebagian elit partai malah membuang uang miliaran rupiah untuk tebar pesona, melalui iklan-iklannya yang sangat intensif di media elektronik dan media cetak. Ini sangat ironis. Kebanyakan parpol, baik melalui pengurusnya maupun wakilnya di parlemen, hanya bisa berteriak dan menarik simpati publik melalui pernyataan-pernyataan kosong tanpa ada bukti.

Di samping itu, beberapa kejadian di parlemen dimana satu demi satu para wakil rakyat yang terhormat diciduk KPK, karena berbagai kasus, baik korupsi maupun perilaku asusila menguatkan persepsi publik bahwa kualitas parpol kita masih sangat buruk. Kasus-kasus tersebut membuat masyarakat menjadi marah, di tengah himpitan beban yang harus ditanggung akibat kenaikan BBM.

Berbagai gambaran kondisi di atas seharusnya mampu membuat parpol untuk meredefinisi dan merevitalisasikembali tujuan dan misi dibentuknya parpol. Paling tidak ada tiga hal yang harus diperbaiki oleh parpol agar eksistensi mereka dirasakan oleh masyarakat.

Pertama, proses rekrutmen pengurus partai yg berkualitas. Pengurus partai yang hanya memikirkan kepentingan dirinya, kelompoknya, yang pragmatis dan oportunis, sudah saatnya digantikan oleh para pengurus partai yang memiliki integritas moral, karakter, visi perjuangan dan kompetensi. Bangsa ini menjadi rusak dan amburadul, sebagiannya di sebabkan karena kualitas para pengurus partai yang rendah, yang kemudian saat mereka menjadi wakil rakyat di parlemen hanya sibuk memikirkan kepentingan diri dan kelompoknya saja dan tidak peduli dengan kepentingan bangsa dan rakyat yang diwakilinya.

Kedua, sebuah partai selayaknya memiliki visi dan garis perjuangan yang jelas. Visi yang diarahkan bukan untuk merebut kekuasaan an sich, tapi juga melayani masyarakat. Partai yang tidak memiliki visi yang jelas, yang kemudian mampu diwujudkan dalam diri para fungsionaris dan kadernya, ibarat sebuah organisasi yang kosong. Visi yang dimiliki sepatutnya menjadi arah dan target perjuangan dari setiap partai.

Ketiga, mempunyai komitmen yang jelas. Jelas, maksudnya bukan hanya sebatas slogan dan di atas kertas, tapi juga terwujud dalam langkah dan program yang konkrit. Sudah bukan saatnya lagi mengumbar janji-janji kosong tanpa ada realisasi. Rakyat akan menagih dan mengingat setiap ucapan dan janji yang diucapkan partai dan para tokohnya.

Seandainya setiap partai yang ada di negeri ini memiliki dan menjalankan ketiga faktor di atas, saya yakin bangsa ini akan segera keluar dari keterpurukannya. Rakyat saat ini sangat mendambakan kondisi bangsa yang lebih baik, lebih beradab dan lebih kondusif, dan partai adalah salah satu unsur terpenting yang sangat diharapkan perannya untuk mewujudkan kondisi tersebut. Sebagai bagian dari unsur pembangunan demokrasi bangsa, pengaruh partai dalam mewarnai dan membentuk bangsa ini sangat signifikan. Oleh karena itu, kita sangat mengharapkan partai-partai yang ada saat ini menyadari pentingnya peran mereka, dan tingginya harapan masyarakat akan kiprah mereka.

Jika partai memiliki SDM yang berkualitas, dan jika para wakil rakyat yang diajukan partai adalah orang-orang yang berkualitas dan berkompeten, maka ketiga fungsi yang harus dijalankan oleh parlemen (legislasi, budgeting, pengawasan) akan dapat dijalankan dengan baik dan profesional. Jika fungsi parlemen dapat berjalan dengan efektif, maka dapat diharapkan pemerintah akan berjalan dengan efektif pula. Jika pemerintah dapat berjalan dengan efektif, cita-cita untuk terwujudnya good governance akan semakin dekat pada kenyataan. Jika tercipta good corporate governance, maka kita akan punya harapan besar, bangsa ini akan bangkit dan berjaya di masa yang akan datang. Semoga.

Visi Depok 20 - Pemberdayaan Ekonomi

Pemberdayaan Ekonomi Umat
Melalui Koperasi

Meroketnya harga minyak dunia, akhirnya membuat Pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Mei lalu. Dalam Rapat Koordinasi Bidang Ekonomi yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Pemerintah menyatakan kenaikan harga BBM bersubsidi agar tak mengancam APBN 2008-2009.

Dengan menaikkan harga bahan bakar minyak yang mencapai maksimal 30 persen, pemerintah akan mendapatkan penurunan subsidi BBM sebesar Rp 35 triliun. Seluruh dana tersebut akan dialihkan untuk membantu 19,1 juta rumah tangga miskin di Indonesia. Pemerintah merasa yakin, kenaikan BBM tadi masih bisa ditanggung masyarakat. Kenaikan ini pun disusul dengan program pemberian kompensasi kepada rakyat miskin.
Kenyataan di lapangan, kenaikan harga BBM telah berimbas pada kenaikan harga bahan-bahan pokok. Kenaikan tersebut dipicu oleh kenaikan biaya produksi sehingga menyebabnyan harga-harga barang naik. Sementara itu, program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang didistribusikan pada Juli 2008 ini belum menjadi solusi jitu. Apalagi telah terjadi berbagai permasalahan seperti simpang siurnya daftar penerima BLT dan kadang kala tidak tepat sasaran.
Jika melihat Kota Depok dengan jumlah warga miskin sebanyak 120 ribuan orang atau sekitar 32 ribu Kepala Keluarga dari jumlah penduduk 1,4 juta jiwa, maka gejolak kenaikan BBM akan sangat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Baik dari level pengendara mobil mewah sampai pegawai yang hidup di rumah kontrakan. Keadaan seperti ini harus dicermati dan segera dicarikan solusinya.
Beberapa solusi dari permasalahan yang ditimbulkan oleh kenaikan BBM ini diantaranya adalah membuka lapangan kerja baru sebagai sarana pendokrak nilai ekonomis warga. Serta memberikan pinjaman dana yang dapat menyegarkan ekonomi masyarakat yang cenderung menciut tersapu dampak BBM.
LKPD sebagai lembaga yang konsen dalam menilik kebijakan dan dampak kebijakan pemerintah memandang perlu adanya solusi dalam penanganan dampak kenaikan BBM ini. Setelah melakukan kajian, maka pilihan alternatif solusi itu adalah melalui koperasi. Soko guru perekonomian Indonesia ini sudah terbukti mampu menjawab permasalahan ekonomi di negeri ini. Langkah taktis yang diambil LKPD berupa merintis pembentukan koperasi-koperasi di wilayah Depok guna menghidupkan kembali perekonomian masyarakat.
Pemilihan koperasi sebagai sarana perbaikan ekonomi rakyat karena koperasi merupakan badan hukum yang solid dan teruji ketika krisis berlangsung, sehingga dengan alasan itu maka program yang dibuat dapat dilakukan lebih efektif. Dalam pembentukkan koperasi ini, LKPD melakukan bentuk kerjasama dengan Permodalan Nasional Madani (PNM) sebagai mitra kerjanya. Untuk tahap awal LKPD telah membentuk koperasi di berbagai kelurahan di Depok. Harapan LKPD, nantinya koperasi ini mempunyai nasabah-nasabah atau jaringan berupa toko-toko dan warung.
Saat bersamaan pada 2008 ini, Departemen Koperasi menggulirkan program nasional untuk meningkatkan daya beli masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi. Program yang diberi nama Perkasa (Perempuan Keluarga Sehat dan Sejahtera) ini merupakan satu solusi pendanaan yang diusahakan oleh LKPD, dan telah memfasilitasi sebanyak 20 koperasi. Saat ini LKPD dan koperasi yang didampinginya masih dalam proses pembuatan proposal untuk diajukan ke Departemen Koperasi.
Proses ini sudah berjalan sejak dua bulan yang lalu dan untuk mendapatkan 25 warung serta menyiapkan infrastruktur sekaligus legalitas koperasi ternyata tidak sederhana. LKPD berharap dalam waktu tiga bulan, yakni Juli-September hal itu dapat terealisir.
Kedepan jika program ini dapat berjalan dengan efektif maka setiap koperasi akan mendapat bantuan 100 juta dari Departemen Koperasi. Dan dana itu nanti akan disalurkan kepada 25 warung per koperasi untuk jadi modal usaha dengan nilai sebesar 4 juta rupiah.
Ketentuan yang berlaku, koperasi yang bisa mengikuti program ini, haruslah koperasi syariah. Dan saat ini baru 10 persen koperasi di Depok yang berbasis syariah. Oleh karena itu, sebagian besar dari koperasi yang LKPD bentuk ini adalah bentukan baru. Dari 10 koperasi syariah yang ada di Depok ini yang telah dilakukan penilaian, hasilnya sekitar tiga atau empat koperasi yang dilibatkan. LKPD melakukan seleksi dari pengurus koperasi yang ada sebelum melakukan pengecekan kelengkapan administrasinya, sekaligus melakukan peninjauan lokasi kantor untuk meyakinkan bahwa koperasi itu memang layak.
LKPD juga melakukan pembinaan kepada koperasi-koperasi yang mengikuti program Perkasa dan memastikan bahwa mereka punya kemampuan dalam menjalankan program ini. LKPD mengadakan pelatihan kelompok koperasi dan dilaksanakn di PNM. Satu kali pelatihan itu terdiri dari tiga kali pertemuan.
Langkah pertama yang ditempuh dalam pelatihan adalah memberikan training tentang konsep koperasi, meliputi bagaimana menjalankan dan menejemen koperasi. Bagaimana mengelola keuangan sekaligus praktek kerja lapangan ke koperasi yang sedang berjalan dengan baik. Langkah kedua, LKPD menyusun sistem informasi untuk menjamin bahwa mekanisme menejemen koperasi ini bisa berjalan efektif dengan dukungan teknologi informasi. Karena LKPD yakin dengan jaringan yang cukup luas ini, 20 koperasi dengan masing-masing 25 warung berarti akan terdapat 500 warung. Bila tidak didukung teknologi informasi yang canggih, ini akan sulit dilakukan.
Jadi ending yang ingin diraih LKPD adalah berupa pemberian kemudahan peminjaman modal kepada 25 warung yang akan mendapatkan bantuan, masing-masing 4 juta rupiah. Sehingga mereka mampu meningkatkan kapasitas omsetnya. Dengan bertambahnya omset diharapkan akan bertambah keuntungan mereka. LKPD berharap daya beli mereka secara ekonomi juga semakin baik. Jika itu bisa bergulir secara baik hingga waktu 6 bulan sampai 1 tahun, taraf hidup mereka pastinya akan lebih baik dari sebelumnya. Karena problem yang terjadi selama ini dikalangan pengusaha kecil khususnya adalah masalah pendanaan dan pengawalan menejemen.

Visi Depok 19 - Mewujudkan Pendidikan Berkualitas

Mewujudkan Cita-Cita untuk Memiliki Sistem Pendidikan Berkualitas dan Terjangkau

Suatu bangsa akan maju jika sistem pendidikannya baik dan berkualitas, dan sebaliknya suatu bangsa akan hancur jika sistem pendidikannya buruk. Negara-negara yang dikenal sebagai bangsa besar dan maju sekarang ini mampu menjadi seperti kondisi mereka saat ini karena keberhasilannya dalam menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas sekaligus terjangkau bagi warganya. Sehingga, setiap warga negara dapat menikmati proses belajar mengajar dengan sangat efektif dan efisien. Hasilnya, terbentuklah manusia-manusia yang sangat unggul dan cerdas yang memiliki semangat dan motivasi tinggi untuk berkontribusi demi kemajuan bangsanya. Tidak dapat kita pungkiri bahwa bangsa-bangsa besar itu berdiri di atas tetesan keringat dan curahan pikiran manusia-manusia unggul tersebut.

Oleh karena itu, jika negara ini ingin maju, maka tidak ada jalan lain selain memberikan perhatian dan porsi yang besar untuk urusan pendidikan. Kita menginginkan terwujudnya suatu sistem pendidikan yang berkualitas namun terjangkau oleh masyarakat. Sistem pendidikan akan memiliki kualitas baik jika siswanya berkualitas, guru-gurunya berkualitas, dan manajemennya berkualitas. Siswa berkualitas dapat secara jelas diukur dari pencapaian nilai UAN, yang saat ini menjadi parameter standar yang baku secara nasional. Guru berkualitas dapat diukur dari jenjang pendidikan yang dimiliki, pengalaman mengajar, dan ketrampilan serta kreatifitas dalam proses belajar mengajarnya. Manajemen yang berkualitas dapat dilihat dari ada/tidaknya prosedur standar dalam menjalankan operasional sekolah, dan bagaimana konsistensi dari implementasi prosedur standar tersebut.

Secara terintegrasi, faktor-faktor tersebut di atas tidak akan memiliki dampak apa-apa, tanpa didukung dengan sikap mental dan perilaku yang baik sebagai landasannya. Jujur dan adil adalah dua sikap yg harus dijunjung tinggi secara bersama-sama. Kita tidak menginginkan prestasi yang ada dicapai dengan cara-cara yang tidak benar, tidak jujur dan tidak adil. Menurut informasi, meskipun pencapaian prestasi Depok masih belum menggembirakan (pada tahun 2007, untuk tingkat SMP masih di urutan 24 dari 25 kota/kabupaten, dan di tingkat SMA berada urutan 10 dari 25 kota/kabupaten di jawa barat), namun semangat meraih prestasi dengan mengedepankan kejujuran patut mendapat acungan jempol. Kita tidak boleh menjadi rendah diri dengan prestasi yang belum maksimal asalkan itu diraih dengan kejujuran. Sebaliknya, kita juga tidak bangga dengan prestasi yang diraih apabila mengorbankan kejujuran dan keadilan.

Pertama, kita perlu meningkatkan kualitas siswa. Untuk hal ini yang diperlukan hanyalah lingkungan yang kondusif dan menyenangkan bagi mereka untuk belajar. Baik lingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Sebagai institusi terkecil dari masyarakat, kita perlu menciptakan keluarga kita sebagai keluarga pembelajar. Ayah belajar, ibu belajar, kakak belajar, adik belajar, dan semua penghuni rumah tersebut sebagian waktunya digunakan untuk belajar dan belajar. Tentunya belajar yang dimaksud disini adalah belajar dalam arti luas, tidak hanya membaca dan menghitung, tapi juga berdiskusi, berdialog, membahas tema-tema menarik, dan lain sebagainya.

Kedua, meningkatkan kualitas guru, melalui beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, menyelenggarakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi, baik dalam hal materi pelajaran, maupun metode pengajaran. Kedua, memberikan kesempatan kepada para guru untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Ketiga, meningkatkan kesejahteraan guru, agar dapat berkonsentrasi secara penuh dalam mengajar dan mendidik murid-muridnya, tanpa dipusingkan lagi dengan urusan dapurnya. Jika ketiga hal ini dapat dilakukan, maka kita layak berharap kualitas pendidikan kita akan jauh lebih baik. Bagaimana mewujudkan ketiga hal tersebut?

Pertama, perlu digalang kerjasama yang lebih baik antara pemkot dengan universitas-universitas besar di depok, seperti UI dan Gunadarma. Dari segi fasilitas, kedua universitas tersebut telah memiliki sarana yang sangat memadai. Dari segi SDM pengajar, kedua universitas tersebut memiliki SDM terbaik di bidangnya. Sehingga, alokasi anggaran untuk pelatihan dan kelanjutan jenjang pendidikan seharusnya tidak membutuhkan anggaran yang besar, karena segala sarana dan prasarana untuk mendukung hal tersebut relatif telah tersedia.

Kedua, untuk meningkatkan kesejahteraan guru, perlu digalang dan digerakkan partisipasi aktif masyarakat, khususnya dari kalangan mampu, atau perusahaan-perusahaan di Depok untuk ikut menanggung beban sekolah dalam hal kesejahteraan guru. Perlu ada dialog-dialog yang intensif untuk merintis upaya ini. Kita yakin, jika ada beberapa perusahaan besar yang berdomisili di depok ini dapat mengalokasikan sebagian kecil anggaran kerjanya untuk urusan pendidikan ini, maka citra perusahaan secara lokal dan nasional akan terangkat.

Ketiga, selain kualitas siswa dan guru, sistem manajamen pendidikan pun harus berkualitas. Prinsip good governance harus diterapkan, mulai dari prinsip akuntabilitas, transparansi dan profesionalitas. Untuk mencapai ketiga hal ini, kunci utamanya terletak pada kepemimpinan yang kuat, amanah dan profesional, yang didukung oleh sebuah Sistem Informasi Pendidikan (SIP) yang akurat, lengkap dan modern. Kita bersyukur, bahwa sejak tahun 2007 lalu, dengan dukungan teknologi informasi, pemkot depok sudah memiliki sistem penerimaan siswa baru secara online. Ini sebuah prestasi yang baik dan harus terus ditingkatkan.

Setelah sistem penerimaan siswa baru, sistem akademik sekolah, mulai dari pengelolaan jadwal sekolah sampai sistem keuangan sekolah perlu segera diwujudkan dan diterapkan. Selain itu, bentuk komunikasi dan interaksi dari dinas pendidikan dengan sekolah-sekolah yang ada juga harus dibuat secara sistemik, mulai dari proses monitoring kegiatan sekolah sampai pelaporan-pelaporan yang diperlukan. Sehingga, proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah-sekolah dapat dipantau dengan lebih mudah dan akurat. Kita mengharapkan suatu saat nanti, seluruh proses manajemen sekolah dan pendidikan dapat dilakukan secara otomatis dengan dukungan teknologi informasi dalam bentuk sebuah Sistem Informasi Pendidikan (SIP) yang canggih.

Selain berkualitas, kita menginginkan sistem pendidikan yang terjangkau oleh sebagian besar warga masyarakat. Bukan sistem pendidikan yang eksklusif dan mahal, sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat. Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang terjangkau ini, perlu digalang dukungan dan partisipasi dari masyarakat secara luas, khususnya dari kalangan mampu. Kita yakin, masyarakat pasti akan memberikan dukungan dan partisipasinya jika pemkot mampu menunjukkan kinerja yang baik dalam pengelolaan urusan pendidikan ini. Jika kedua hal ini dapat diwujudkan, yaitu sistem pendidikan yang berkualitas dan terjangkau, maka ke depan kita akan menyaksikan bangsa ini berdiri tegak di hadapan bangsa-bangsa lain di dunia ini, karena kita memiliki sumber daya manusia yang unggul, cerdas dan berkualitas. Semoga.

Visi Depok 18 - Menanti Komitmen Gubernur

Menanti Komitmen Gubernur Baru Jawa Barat


Di luar perkiraan kebanyakan orang, pasangan HADE (Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf) memenangkan pertarungan pilgub untuk menjadi Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013. Dengan mengusung slogan Harapan Baru Warga Jawa Barat, mereka berhasil merebuat hati rakyat untuk dipilih sebagai nakhoda yang akan memimpin masyarakat jabar. Tanpa menafikan faktor-faktor pendukung lainnya, banyak pengamat mengatakan dua faktor utama yang menjadi penyebab keberhasilan mereka adalah efektifnya mesin politik PKS dan populernya figur Dede Yusuf.

Sebagai gubernur baru, sebelum berbicara tentang berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat, persoalan utama dan pertama yang harus dibenahi oleh pasangan ini adalah manajemen birokrasi. Jawa Barat perlu segera mereformasi birokrasinya. Mengingat gubernur dan wakil gubernur ini tidak memiliki pengalaman dalam birokrasi, sudah dapat dibayangkan bahwa pasangan gubernur ini akan menghadapi tantangan terbesar dari dalam ‘rumahnya’ sendiri. Kita sangat paham bagaimana kondisi birokrasi di pemprov jabar dan efektifitas jalannya pemerintahan. Birokrat yang sakit akan mengakibatkan pemerintahan yang sakit dan tidak efektif. Sebaliknya, sehatnya birokrat akan menghasilkan pemerintahan yang sehat.

Langkah awal reformasi birokrasi yang harus dilakukan adalah perubahan mindset atau paradigma para birokrat. Paradigma lama bahwa pegawai pemerintah itu penguasa harus diubah dengan paradigma baru bahwa mereka adalah pelayan. Orang yang bermental ‘penguasa’ cenderung bertindak dan bersikap otoriter dan sewenang-wenang tanpa mau memperhatikan kepentingan orang lain. Sedangkan orang yang bermental sebagai ‘pelayan’ cenderung bertindak dan bersikap santun, melayani, menghormati dan memperhatikan kepentingan masyarakat. Sayangnya, saat ini mayoritas birokrat kita masih bermental priyayi, maunya dilayani dan dihormati secara tidak wajar.

Untuk merubah mindset tersebut, seorang pemimpin harus memiliki tiga hal, yaitu komitmen, kompetensi dan kezuhudan. Pemimpin harus mempunyai komitmen yang kuat untuk mempersembahkan yang terbaik untuk masyarakat. Secara ril, komitmen ini ditunjukkan dari keteladanan dalam sikap dan pembelaan nyata. Saat pemimpin menggulirkan program pemberantasan KKN, maka dirinya yang pertama kali harus bebas dari KKN. Saat pemimpin mengajak rakyat untuk peduli dengan urusan publik, maka dirinya yang harus lebih dulu menunjukkan kepeduliannya. Saat pemimpin minta masyarakat untuk berkorban, maka dirinyalah yang pertama kali harus berkorban untuk kepentingan publik. Tanpa keteladanan, tidak akan muncul komitmen. Tanpa komitmen, pemerintahan ini hanya akan mengulang kesalahan-kesalahan masa lalu.

Syarat yang kedua, seorang pemimpin harus memiliki kompetensi. Untuk memimpin Jabar dengan kompleksitas permasalahan yang tinggi, diperlukan kompetensi yang lebih dari cukup. Yang pertama dan paling utama adalah kompetensi sebagai pemimpin. Karena, tidak semua pemimpin mempunyai jiwa dan karakter kepemimpinan. Padahal, tanpa memiliki karakter kepemimpinan yang baik, seorang pemimpin tidak akan dapat dirasakan pengaruhnya secara ril di tengah-tengah masyarakat. Kita perlu selalu mengingat jiwa kepemimpinan yang dicontohkan seorang Umar bin Abdul Aziz, yang tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena khawatir ada rakyatnya yang terzalimi saat dia sedang istirahat. Kedua, kompetensi dalam pengelolaan pemerintahan daerah. Meskipun pasangan gubernur baru ini tidak ada yang berpengalaman dalam pengelolaan pemerintahan daerah, namun kompetensi di bidang ini tidak dapat diabaikan. Mereka harus segera mempelajari konsep-konsep pengelolaan pemerintahan yang baik, mengindentifikasi permasalahan yang ada, dan menunjukan alternatif-alternatif solusi yang harus dilakukan.

Syarat yang ketiga, seorang pemimpin harus memiliki sifat zuhud. Zuhud tidak berarti miskin dan meninggalkan dunia, tetapi mereka memandang dunia ini, khususnya materi dan kekuasaan, hanya sebagai sarana, bukan tujuan. Seorang pemimpin yang tidak memiliki sifat zuhud sangat berbahaya, karena kekuasaan ada di tangan mereka. Tanpa zuhud, niscaya mereka akan memanfaatkan kekuasaanya untuk memperkaya diri dan menumpuk kekayaan, tanpa peduli dengan kondisi rakyatnya yang masih dirundung kelaparan dan kemiskinan. Masyarakat sudah muak dan benci dengan perilaku sebagian pemimpin daerah yang lebih banyak mensejahterakan diri dan keluarganya, dibanding mensejahterakan rakyatnya.

Kepada pemimpin baru Jawa Barat, masyarakat menaruh harapan besar untuk terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik. Meskipun sejuta problem dan permasalahan menghadang di depan mata, namun secara bertahap dan perlahan kita yakin semua problem itu akan terurai dan diselesaikan satu persatu dengan baik. Sudah selesai waktu untuk istirahat. Perbanyak dialog dengan masyarakat dari berbagai kalangan dan golongan. Lakukan terobosan-terobosan yang brilian dan cerdas untuk mengatasi berbagai problem yang ada. Masyarakat menanti kiprah dan karya pemimpin baru. Selamat bekerja.

Visi Depok 17 - Mencari Gubernur Harapan

Mencari Gubernur Harapan Rakyat

Berdasarkan Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Barat No. 18/08/32/Th. IX, 1 Agustus 2007, jumlah penduduk miskin di Jawa Barat pada bulan Maret 2007 sebanyak 5,46 juta orang (13,55 persen) dari total penduduk jawa barat yang berjumlah sekitar 40 juta orang. Sementara, jumlah penduduk miskin pada Juli 2005 berjumlah 5,14 juta orang (13,06 persen). Ini berarti mengalami peningkatan sebesar 0,32 juta orang. Untuk jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan naik sebesar 0,26 persen dan di daerah perkotaan naik 0,64 persen. Selama periode Juli 2005-Maret 2007, penduduk miskin di daerah perdesaan bertambah 0,11 juta orang, sementara di daerah perkotaan bertambah sebanyak 0,21 juta orang.

Di samping itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional mencatat hingga Oktober 2006 jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 11,1 juta orang. Provinsi Jawa Barat menempati urutan pertama jumlah pengangguran, yaitu 3,9 juta orang. Urutan kedua disusul DKI Jakarta 2,8 juta orang dan ketiga ditempati Provinsi Jawa Timur 1,8 juta orang. (Sumber: Tempo Interaktif, 24 Nop 2006)

Data di atas memberikan gambaran, bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah dua perkara yang saling mempengaruhi. Orang menjadi miskin karena menganggur. Orang menjadi penganggur karena miskin. Karena miskin, ia tidak mampu membiayai pendidikan ke tingkat yang lebih baik. Akibatnya, ia sulit mendapatkan pekerjaan yang layak. Akhirnya, ia menjadi penganggur.

Oleh karena itu, menjadi tidak aneh saat kita membaca data di atas. Jumlah kemiskinan di jawa barat meningkat, seiring dengan jumlah pengangguran yang juga tergolong tinggi. Namun ironisnya, jumlah kemiskinan di daerah perkotaan meningkat lebih tinggi daripada di pedesaan ((0,21 juta orang dibanding 0,11 juta orang). Artinya, jumlah orang miskin di kota semakin banyak, sedangkan dibandingkan jumlah penduduk yang menjadi miskin di desa. Padahal, secara umum, penduduk wilayah perkotaan nampak lebih sejahtera dan ‘berpunya’ dibandingkan penduduk pedesaan.

Bagi rakyat kebanyakan, problema kemiskinan dan pengangguran adalah problem kehidupan paling dasar yang harus menjadi prioritas utama bagi setiap pemimpin wilayah, baik kota/kabupaten maupun provinsi. Jika sampai terjadi sebuah peningkatan jumlah kemiskinan di suatu wilayah, artinya problem paling dasar dari masyarakat di wilayah tersebut belum selesai. Jika problem yang paling dasar tersebut tidak dapat diatasi dengan baik, bagaimana mungkin kita akan membahas problem-problem lain yang skala prioritasnya lebih rendah.

Mengapa problem kemiskinan dan pengangguran adalah program paling dasar? Karena problem ini secara potensial dapat memunculkan berbagai problem sosial lainnya, seperti kejahatan, kriminalitas, perampokan, pencurian, dan lain sebagainya. Semakin besar jumlah masyarakat yang miskin dan menganggur, maka semakin besar pula potensi kejahatan yang dapat terjadi di tengah masyarakat tersebut.

Untuk mengatasi berbagai problem mendasar tersebut, kita memerlukan sosok pemimpin yang kuat. Idealnya, seorang pemimpin itu paling tidak mempunyai empat kriteria: sidik/jujur, amanah, tabligh dan fathonah. Pertama, sidiq (jujur), berarti ia mampu menjalankan roda pemerintahan dg jujur, tidak melakukan tindakan penyimpangan, baik berupa korupsi, kolusi dan nepotisme. Ia pun tidak pernah terlibat dalam masalah hukum, baik masa lalu maupun saat ini.

Kedua, amanah, berarti ia mampu menjaga tugas kepemimpinan dg sebaik-baiknya, menegakkan keadilan di tengah rakyatnya tanpa memandang posisi dan status sosial. Ia merasa khawatir jika sampai menggunakan hak kepemimpinannya untuk melakukan sesuatu di luar kewenangan dan tanggung jawabnya. Ketiga, tabligh, berarti selalu menebar ajakan kepada rakyatnya utk menegakkan kebenaran dan keadilan secara bersama menuju tujuan yang diharapkan bersama. Ia mengajak rakyatnya secara ikhlas, tidak didorong oleh ambisinya untuk mengekalkan jabatannya, tetapi didorong oleh kebutuhan rakyatnya yang belum mampu ia selesaikan sepenuhnya. Keempat, fathonah, berarti memiliki profesionalisme, kompetensi, dan dan kecerdasan serta kemampuan utk memimpin rakyat.

Dalam masa pemilihan calon gubernur provinsi jawa barat ini, kita harus mampu menentukan sikap secara cerdas. Track record dari calon perlu diteliti dengan cermat. Kinerja dan prestasi yang pernah ditoreh menjadi ukuran kapasitas dirinya. Demikian pula, kebersihan dirinya dari berbagai kasus hukum, terutama terkait dengan KKN, menjadi syarat mutlak yang tidak boleh ditolerir sedikit pun. Kita tidak menginginkan pemimpin yang korup. Kita juga tidak menginginkan pemimpin yang mempunyai logika berpikir mengikuti paradigma lama. Kita mencari pemimpin yang berjiwa melayani bukan menguasai. Kita mencari pelayan bagi rakyat, bukan mencari majikan bagi rakyat. Allahu a’lam.

Visi Depok 16 - Transformasi Sosial

Depok Memerlukan Sebuah Transformasi Sosial

Harian Republika, Ahad 2 Maret 2008 menyebutkan, dari data survey yang dilakukan oleh Global Youth Tobacco dari WHO pada tahun 2004 di Indonesia, sekitar 37,3% anak-anak usia 13-15 tahun sudah merokok. Survey dari lembaga yang sama pada tahun 2006, tiga dari 10 pelajar SMP di Indonesia (30,9%) mulai merokok sebelum usia 10 tahun.

Survey tersebut juga mencatat 215 miliar batang rokok dibakar dan dihisap setiap tahun di Indonesia. Konsumsi 215 milyar rokok per tahun, sama artinya dengan 589 juta batang rokok per hari. Jika satu batang rokok berharga 500 rupiah, berarti angka tersebut setara dengan 294,5 miliar rupiah per hari. Uang sebesar itu dibakar secara sia-sia setiap hari oleh rakyat bangsa ini. Bangsa yang masih terpuruk dengan berbagai problem sosialnya. Bangsa yang masih berkutat dengan antrian minyak tanah, antrian minyak goreng, dan berbagai antrian lain, yang menunjukkan bahwa bangsa ini masih terbelakang, karena belum mampu menuntaskan problem kebutuhan dasar rakyatnya. Fenomena ini sungguh sangat ironis. Seandainya dana itu digulirkan untuk membantu masyarakat miskin yang berjumlah 40 juta, tentu akan mampu menyelesaikan banyak hal.

Meskipun bagi sebagian orang merokok bukanlah perbuatan haram, tetapi tidak dapat dipungkiri, fakta menunjukkan bahwa rokok merupakan pintu gerbang yang paling efektif masuk ke dunia narkoba. Dari berbagai kasus pecandu narkoba yang muncul, sebagian besarnya diawali dengan kebiasaan merokok. Fakta buruk ini menggambarkan wajah buram bangsa ini di masa yang akan datang, kecuali jika kita berani melakukan upaya besar untuk mengubahnya.

Posisi kota Depok sebagai kota penyangga ibukota Jakarta, menjadi sangat rentan untuk disinggahi berbagai penyakit sosial dan kejahatan, termasuk narkoba. Dari data yang tercatat di Polres Depok, jumlah kejahatan di Depok tahun 2006 ada sekitar 3.500 kasus, tahun 2007 terjadi 4.000 kasus. Kasus yang menonjol adalah pencurian kendaraan bermotor sebanyak 1.100 kasus, pencurian dengan kekerasan atau pencurian malam hari sekitar 900 kasus, selanjutnya 300 kasus narkoba, 60 kasus pencurian dengan kekerasan (perampokan). Menurut data dari BNK (Badan Narkotika Kota) Depok, jumlah tersangka narkoba tahun 2006 terungkap 296 orang, sementara tahun 2007 meningkat 350 tersangka. Menurut harian Pikiran Rakyat, nilai transaksi narkoba di Depok tahun 2003 senilai 780 miliar.

Kita tidak bisa berdiam diri melihat kondisi buruk ini. Kita perlu melakukan transformasi sosial atau perubahan sosial terhadap kondisi masyarakat untuk menghadapi hari depan yang lebih baik. Menurut Dr. Ali al-Hamadi (dalam buku at-Taghyiir adz-Dzakiy), perubahan sosial itu setidaknya melewati empat tangga.

Pertama, adalah sosialisasi pengetahuan (knowledge, al-ma’rifah) tentang konsep perubahan yang akan dilakukan. Tahap ini diawali dengan menentukan konsep perubahan yang akan dilakukan. Konsep yang dibangun harus melibatkan berbagai pihak yang terkait, para pakar, alim ulama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan pihak-pihak lain yang memahami masalah ini dengan baik. Tahap berikutnya menyebarluaskan konsep itu ke tengah-tengah masyarakat, agar mereka memahami bahwa kita akan melakukan perubahan sosial dalam waktu dekat. Masyarakat perlu diberikan pemahaman dan pengertian secara baik dan menyeluruh agar tidak timbul resistensi terhadap rencana perubahan yang akan digulirkan.

Kedua, internalisasi sikap (attitude, al-tawajjuh) mengenai perilaku positif dan keberanian untuk melakukan perubahan. Pemahaman terhadap konsep perubahan saja tidak cukup. Ia harus diikuti dengan munculnya sikap dan tekad untuk melaksanakan perubahan itu. Motivasi untuk berubah harus dibangun. Semangat untuk maju harus dibangkitkan. Untuk ini diperlukan tokoh-tokoh ulama dan pendidikan untuk membangun kesadaran dan semangat untuk berubah.

Ketiga, implementasi tingkat individu (individual behavior, as-suluk al-fardiii) sebagai “bibit-bibit” aksi perubahan. Motivasi yang sudah terbangun harus dilanjutkan dengan tindakan pada tingkat individu/personal. Perubahan diri dan keluarga menjadi basis awal bagi perubahan pada tingkat yang lebih masif.

Keempat, yaitu penerapan secara kolektif (group behavior, as-suluk al-jama’i) untuk mewujudkan perubahan itu di tingkat masyarakat. Secara perlahan namun pasti, setiap individu yang berubah harus mempunyai semangat untuk menularkan perubahan itu kepada setiap individu lain di lingkungan sekitarnya, yang kemudian secara bertahap akan menularkan proses perubahan itu kepada orang lain.

Kunci sukses keberhasilan transformasi sosial ini terletak pada dua hal, yaitu komitmen dan konsistensi. Komitmen kuat untuk memulainya dan konsisten dalam menjalankannya. Kedua sikap ini harus diawali oleh para pimpinan pemerintahan dan lembaga-lembaga formal/informal pada seluruh jenjangnya. Selanjutnya, rakyat akan mengikuti dengan baik. Allahu a’lam.

Visi Depok Post 14 - Evaluasi 2 Tahun NMI

Evaluasi 2 tahun Pemerintahan Nur-Yuyun

Tepat dua tahun lalu tanggal 26 Januari 2006 Nur Mahmudi Isma'il dan Yuyun Wirasaputra dilantik menjadi Walikota & Wakil Walikota pertama hasil pilihan langsung rakyat Depok. Segunung harapan menyeruak di tengah nadi masyarakat depok terhadap pasangan tersebut, di tengah berbagai problema kehidupan yang dirasakan semakin memberatkan. Sementara, kemampuan yang ada sangat jauh dari cukup untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar kehidupan.

Sebagai pemimpin baru, pasangan Nur-Yuyun mewarisi berbagai problema klasik masyarakat kota, mulai dari perilaku buruk sebagian birokrat hingga problem sampah yang mencemari lingkungan dengan hasilnya berupa predikat depok sebagai kota terkotor. Belum lagi masalah kemiskinan, pengangguran, kemacetan jalan, kerusakan jalan, pelayanan publik yang buruk, dan setumpuk problem lain yang sangat berat.

Di tengah situasi seperti itu pasangan Nur-Yuyun mencanangkan visi "Menuju Kota Depok yang Melayani & Mensejahterakan". Sebuah visi yang terasa merakyat, low profile dan menjanjikan harapan terhadap perbaikan kesejahteraan masyarakat. Visi tersebut kemudian diuraikan melalui empat misi, mulai dari (1) mewujudkan pelayanan yang ramah, cepat dan transparan, (2) membangun dan mengelola sarana dan prasarana infrastruktur yang cukup, baik dan merata, (3) mengembangkan perekonomian masyarakat, dunia usaha dan keuangan daerah, dan (4) meningkatkan kualitas keluarga, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan masyarakat, berlandaskan nilai-nilai agama.

Keindahan kalimat dalam visi dan misi di atas menjadi tantangan dan ujian tersendiri untuk pemimpin kita ini. Nur-Yuyun berharap akan mampu merubah paradigma pemerintah sebagai penguasa menjadi pemerintah sebagai pelayan. Pemerintah bertekad tidak lagi mengelola kota ini dengan wajah angker dan tangan besi, tetapi dengan senyum dan sapaan yang simpatik. Tidak hanya mengandalkan senyum dan sapaan ramah, tapi tekad untuk mewujudkan good governance juga menjadi cita-cita yang ingin diwujudkan. Karena, hanya dengan good governance, dengan keempat pilarnya, yaitu transparansi, akuntabilitas, profesionalitas, dan partisipatif, kesejahteraan warga depok baru akan terwujud, sebagai pengejawentahan dari visi dan misi.

Waktu dua tahun ternyata belum cukup untuk dapat memberikan perubahan yang berarti. Beberapa prestasi penting memang patut dibanggakan, seperti lepasnya kota ini dari predikat kota terkotor, pengakuan KPK dan Bapenas terhadap transparansi yang dilakukan dalam proses pertenderan, bantuan santunan kematian sebesar 2 juta bagi setiap warga yang meninggal, prestasi pelajar depok dalam olimpiade tingkat propinsi dan nasional, gerakan RW Siaga yang menjadikan Depok sebagai kota terdepan dalam sektor ini, pemenangan program PPK IPM, transparansi dalam proses penerimaan CPNS, dan beberapa prestasi lainnya, menunjukkan pemerintahan ini cukup bisa diandalkan.

Namun, sederet prestasi tersebut ternyata belum mampu membuat rakyat Depok tersenyum lega dan merasa memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan di hadapan kota-kota lain di negara ini. Saat berbagai prestasi tersebut diukir, sebagian besar masyarakat masih harus merasakan ‘nikmatnya’ jalan berlubang setiap hari. Saat sebagian warga Depok merasakan indahnya bertempat tinggal di perumahan-perumahan mewah, sebagian lain masih harus tinggal di rumah beralaskan tanah dan dinding bambu. Saat wisata kuliner semakin marak di ruas margonda, sebagian masyarakat masih berjuang mati-matian untuk mendapatkan sesuap dua suap nasi untuk mengisi perutnya setiap hari. Dalam aspek pelayanan publik, seperti pembuatan KTP, perijinan, dan lain sebagainya, kinerja aparat pemerintahan masih belum menunjukkan kinerja yang optimal. Mental sebagai penguasa masih mendominasi sebagian besar aparat, dibanding mental sebagai pelayan rakyat. Jargon ‘jika bisa dipersulit, mengapa dipermudah’ nampaknya belum hilang dari wajah birokrat depok.

Sekali lagi, di tengah berbagai prestasi yang dicapai, secara umum kinerja pemerintahan ini masih belum optimal. Jika diberikan nilai, mungkin nilainya masih 6 atau 6,5. Untuk perbaikan kondisi yang akan datang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, pilih satu atau dua fokus capaian yang ingin diraih dalam 1-2 tahun ke depan. Misalnya, fokus pada problema penanganan kemiskinan. Diawali dengan menjadikan gerakan pengentasan kemiskinan sebagai sebuah gerakan pemkot, kemudian diikuti dengan sosialisasi yang masif dan intensif utk mengajak 1,3 juta warga depok bersama-sama menjadikan problem ini sebagai problem bersama, untuk mengentaskan 124 ribu (data Bapeda, 2006) warga miskin di depok.

Kedua, pembentukan komunitas-komunitas warga untuk mendorong keterlibatan publik dalam proses pembangunan agar lebih efektif. Komunitas atau forum-forum warga ini akan dapat menjadi mitra pemerintah yang positif dalam menyelesaikan berbagai problema yang ada di masyarakat. Ketiga, proses monitoring dan evaluasi yang intensif dan kontinyu untuk memastikan bahwa program yang dicanangkan berjalan dengan efektif. Jika perlu, libatkan komponen atau komunitas masyarakat untuk melakukan evaluasi terhadap berbagai program pemerintah.

Jika ketiga hal di atas dapat dilakukan oleh pemerintahan Nur-Yuyun, kita yakin Depok akan memiliki satu atau dua poin keunggulan, sebagaimana Jembrana, Sragen, Balikpapan, Gorontalo, masing-masing memiliki produk/karya unggulannya, yang membuat kota-kota tersebut selalu menjadi referensi atas sebuah prestasi. Allahu a’lam.

Visi Depok -- Membangun Depok Berbudaya

Membangun Kota Depok yang Berbudaya

Konon dahulu kala jalan margonda raya, sebagai etalase kota, memang tidak pantas menjadi wajah kota. Kemacetan sangat parah, bukan lagi terjadi pada jam-jam sibuk, tapi juga pada jam-jam biasa, hampir 24 jam sehari, 7 hari sepekan. Para angkutan kota biasa menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat, sebagaimana para penumpangnya juga biasa menyetop angkot dari berbagai lokasi yang mereka kehendaki. Mereka tidak peduli dengan halte yang sudah disediakan pemerintah untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Mereka juga tidak peduli dengan akibat yang ditimbulkan berupa antrian panjang kendaraan di belakang angkot yang dihentikannya. Prinsipnya, saya kerjakan apa yang saya ingin lakukan, bukan apa yang seharusnya saya lakukan. Daripada berjalan kaki menuju halte bis yang jaraknya 10-20 meter, yang akan membuat kaki pegal-pegal dan sakit linu, para penumpang lebih suka menghentikan angkot persis di hadapannya. Mereka yakin sopir angkot akan menghentikan kendaraannya sesuai dengan keinginan penumpang. Itulah mental dan budaya warga depok jaman dulu kala.

Jaman dahulu, etalase kota ini juga dipenuhi oleh pot-pot penghias jalan yang dibuat tanpa insting keindahan dan kerapihan. Pot-pot itu dibuat asal jadi, tanpa pernah dipikirkan nilai estetikanya. Pilihan warna yang diambil nampak tidak memiliki selera keindahan yang memadai. Selain itu, dengan keberadaan para pengemis dan anak jalanan yang semakin banyak, para pedagang kaki lima yang tidak pernah rela membiarkan setiap inci trotoar tanpa gelar dagangan, cermin wajah kota ini semakin semrawut dan amburadul. Jika hujan turun, kondisi jalan ini semakin ‘bopeng’, karena munculnya genangan air yang siap menerkam setiap kendaraan yang melaluinya. Sampah yang bertumpuk di pinggir jalan tanpa sungkan berebut untuk tumpah ke jalan yang berisi genangan air.

Itulah wajah depok jaman dahulu kala. Suatu jaman dimana mayoritas urusan di pemerintahan sering dijadikan lahan intrik politik oleh berbagai pihak. Jangan dulu berharap untuk bekerja profesional, bekerja minimal juga belum tentu mereka lakukan. Berbagai macam alasan dapat mereka berikan, baik yang tersirat maupun yang tersurat. Intinya, semua itu berpangkal dari prasangka dan praduga buruk yang sudah dicap sejak awal. Prasangka buruk yang secara terus menerus dihembus-hembuskan oleh berbagai pihak yang tidak rela dan ikhlas dengan kondisi yang ada, yang senantiasa mencari celah dan perkara yang dapat dijadikan komoditas politik. Akibatnya, berbagai proses menuju penataan kota yang lebih baik seringkali dipolitisir, sehingga menghambat upaya-upaya perbaikan kondisi masyarakat.

Sekarang, tahun 2015. Kita sudah memiliki wajah kota depok yang berbudaya. Memasuki kota Depok melalui jalan margonda kita akan memasuki sebuah kawasan yang bersih, hijau, asri, indah dan nyaman. Taman yang terhampar membatasi dua lajur yang ada ditata dengan sangat cantik. Jalannya mulus dan lancar, pedestrian dan trotoar tertata rapih, tidak ada pengemis dan anak jalanan berkeliaran, toko-toko berjajar dengan indahnya tanpa ada pedagang kaki lima yang mengambil alih fungsi trotoar menjadi pasar. Tidak ada bunyi klakson bersahut-sahutan meneriaki mobil lain yang berhenti mendadak di depannya.

Budaya tertib sudah terbangun dengan baik. Angkutan kota mengantri dengan rapi di setiap halte pemberhentian. Mereka sudah lama meninggalkan kebiasaan berhenti di sembarang tempat untuk mengangkut penumpangnya. Para penumpang kendaraan umum juga sudah disiplin untuk naik dan turun dari halte yang disediakan. Tidak nampak aparat kepolisian di jalan untuk mengatur kondisi lalu lintas, karena memang ketertiban sudah menjadi budaya warga depok, sehingga tidak diperlukan lagi pengawasan dari aparat. Kesadaran warga untuk membuang sampah sudah terbangun. Kotak sampah terletak di sepanjang jalan margonda, untuk mencegah warga membuang sampah di sembarang tempat. Sehingga, meskipun hujan turun dengan deras, tidak ada genangan air yang tumpah ke jalan.

Problemnya, transisi dari depok jaman dulu menuju depok yang berbudaya tidaklah mudah. Pemerintahan kota Bogota saja membutuhkan waktu 10 tahun untuk merubah predikat dari kota miskin dan terbelakang menjadi kota yang berbudaya. Yang pertama dan utama harus dilakukan adalah membangun kecintaan dan kebanggaan warga ini terhadap kotanya. Jika perasaan cinta dan bangga sudah terbangun, rasa kepedulian untuk memecahkan semua masalah bersama-sama akan muncul. Semua persoalan akan dipikirkan bersama, dibahas bersama, dan dijadikan topik bersama untuk dicarikan solusinya. Kecintaan akan memunculkan perasaan senang jika dapat melibatkan diri dan berkontribusi dalam proses pembangunan. Memang tidak mudah untuk membangun kecintaan dan kebanggaan warga terhadap kotanya. Namun upaya dan kerja keras untuk mencapai perkara pertama dan utama ini harus terus menerus dilakukan dengan serius dan konsisten. Pemerintah tentunya menjadi pihak yang harus mengambil inisiatif pertama untuk memulainya. Allahu a’lam bishawab.

=Prihandoko=

Visi Depok -- Setahun Pemerintahan NMI

Setahun Depok di Bawah Pemerintahan Nur Mahmudi Isma’il

Setelah melalui perjalanan panjang nan melelahkan, sejak ditetapkan sebagai pemenang Pilkada Depok pada 26 Juni 2005 oleh KPUD, sampai keluarnya keputusan Mahkamah Konstitusi pada bulan Desember 2005, akhirnya Nur Mahmudi Ismail dan Yuyun Wirasaputra dilantik menjadi Walikota dan Wakil Walikota Depok periode 2006-2011 pada 26 Januari 2006. Barangkali ini sebuah proses pilkada yang paling dramatis di negara ini.

Kemenangan ini mengisyaratkan kepercayaan publik Depok terhadap pasangan ini. Kercayaan ini muncul, selain karena faktor dukungan para pendukung partai pengusung (PKS), kedua figur ini (Nur Mahmudi & Yuyun Wirasaputra) juga mempunyai kapasitas dan kompetensi yang memadai yang diharapkan mampu membawa Depok ke arah yang lebih baik. Faktor kepercayaan ini menjadi modal terkuat dari pemerintahan Depok saat ini.

Meskipun mendapat legitimasi yang sangat kuat karena dipilih langsung oleh rakyat, namun perjalanan pemerintahan pasca pelantikan ternyata tidak lebih rumit daripada pra pelantikan. Berbagai gangguan dan hambatan masih terus terjadi. Sebagian pihak masih belum bisa menerima kemenangan ini. Berbagai program dan kebijakan pimpinan daerah senantiasa menjadi sasaran tembak untuk dipersoalkan. Sayangnya, secara substansial dan prosedural berbagai perkara yang dipersoalkan tersebut dinilai tidak signifikan oleh berbagai kalangan.

Jika dilakukan evaluasi setahun pemerintahan baru ini, kita menemukan berbagai perubahan telah dilakukan. Predikat kota terkotor yang diperoleh Depok pada akhir tahun 2005, telah berhasil diperbaiki. Program Sistem Pengolahan Sampah Terpadu (Sipesat) yang digulirkan mempunyai peran penting dalam merubah status terkotor tersebut. Padahal masih banyak kota dan kabupaten lain di negara ini yang tidak bisa menyelesaikan problem penanganan sampah. Selain itu, perbaikan jalan telah dilakukan di berbagai ruas jalan di Depok ini. Di samping itu, tambahan kesejahteraan bagi perangkat RT/RW telah dapat diwujudkan.

Di sektor penegakan hukum dan aturan, pengelolaan pertenderan proyek tidak lagi didominasi oleh sekelompok kecil orang. Berbagai pungutan yang selama ini menjadi kebiasaan secara berangsur dapat dikurangi dan dihapuskan.

Di sektor ekonomi, beberapa program dari pemerintah dapat dirasakan manfaatnya oleh sekelompok pelaku bisnis, khususnya para pengusaha kecil dan menengah (UKM). Di sektor pendidikan, pada tingkat sekolah dasar, penduduk dapat mencicipi pendidikan tanpa dipungut biaya.

Di samping berbagai kesuksesan yang sudah dapat dicapai, berbagai kelemahan dan kekurangan masih terdapat di sana sini. Problem transportasi dengan kemacetan yang nyaris 24 jam di jalan-jalan utama masih menjadi hal yang menyusahkan warga. Tingkat pengangguran dan kemiskinan di kota ini masih relatif tinggi. Tingkat konsumsi dan pemakaian barang haram, seperti obat-obatan terlarang dan narkoba juga masih menjadi problem yang belum dapat dituntaskan. Perilaku dan budaya masyarakat dalam urusan sampah juga masih menjadi pekerjaan rumah yang cukup besar.

Setelah mengamati berbagai capaian dan kekurangan dalam pemerintahan kota Depok ini, kita masih dapat menaruh harapan terhadap pasangan Nur Mahmudi dan Yuyun Wirasaputra ini untuk mampu membenahi kota ini menjadi lebih baik. Segala kebaikan yang sudah dicapai harus terus dikembangkan dan disempurnakan, sedangkan berbagai kekurangan yang ada harus segera diperbaiki.

Sebagai bagian dari pemerintahan kota, DPRD Depok juga harus mengambil peran yang positif dan konstruktif untuk kelancaran proses pembangunan kota ini. Kepentingan masyarakat banyak haruslah lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi dan kelompok. Selain itu, dukungan berbagai elemen masyarakat, seperti MUI, Muhammadiyah, NU, Persis, FPI, dan berbagai unsur lainnya diperlukan juga untuk menciptakan suasana kota dan masyarakat Depok yang lebih baik. Sudah saatnya semua elemen elit pemerintahan dan unsur-unsur masyarakat bersatu padu bergandeng tangan menyongsong hari depan Depok yang lebih cerah, adil dan sejahtera.

=Prihandoko=

Visi Depok -- Dengan IT Menghapuskan KKN

Dengan IT Menuju Kota Depok yang Bebas Korupsi dan Melayani Masyarakat dengan Lebih Baik

Korupsi telah menjadi musuh besar bangsa ini. Pemerintah beserta seluruh komponen masyarakat telah bersepakat untuk memberantas habis semua perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), sebab perbuatan buruk tersebut telah menjadi penyebab terbesar keterpurukan bangsa ini. Untuk tahun 2005, menurut Lembaga Transparansi Internasional, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia menduduki peringkat ke 137 dari 159 negara yang disurvei. Hal ini menandakan prestasi korupsi negara kita masih berada pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Salah satu kendala besar bagi banyak bangsa dalam memberantas korupsi adalah karena tidak adanya transparansi dalam pengelolaan pemerintahan, khususnya sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Padahal, transparansi dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap proses yg ada. Hal ini dapat dilihat di berbagai negara maju, dimana transparansi menjadi salah satu faktor penting yg menciptakan kesuksesan pemberantasan korupsi. Dengan transparansi, publik mengetahui hak dan tanggung jawab mereka, dan tindakan apa yang telah diambil pemerintah dalam melayani mereka secara terbuka.

Salah satu strategi penting yang dapat mendukung terciptanya transparansi guna mencegah perilaku KKN adalah melalui pembangunan e-government yang berbasis Teknologi Informasi (TI). Melalui pembangunan e-government, diharapkan terjadi proses transformasi budaya kerja pemerintahan menuju budaya yang berkualitas yang akan mendorong terciptanya transparansi, mengurangi jarak tempuh dan memberdayakan publik untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pelayanan pemerintahan.

Untuk dapat melakukan transformasi e-government, political will dari pimpinan daerah menjadi faktor utama yang dapat menjadi pemicu bagi berjalan dan suksesnya proses transformasi. Selanjutnya, kesiapan dari pegawai pemerintahan, regulasi, dukungan elemen masyarakat dan kalangan masyarakat luas sangat diperlukan.

Dengan e-government, cara baru dan budaya baru terhadap proses interaksi pemerintah dan rakyat akan terbangun. Cara baru ini akan mengedepankan proses transparansi/keterbukaan, kejelasan waktu, kejelasan biaya dan proses yang terjadi, sehingga akan menghilangkan budaya tertutup dan biaya siluman. Kesuksesan e-government membutuhkan perubahan fundamental bagaimana pemerintahan bekerja, dan bagaimana masyarakat memandang cara pemerintah dalam memberikan layanan bagi mereka. Untuk membangun e-government yang efektif dan efisien, pemerintah harus melibatkan stakeholder penting di luar pemerintahan seperti kalangan pengusaha, asosiasi, akademisi, dan LSM. Tanpa keterlibatan mereka, penerapan e-government tidak akan berhasil, sebab publik tidak akan merespon sebuah sistem yang tidak dapat membantu mereka.

Untuk mencapai kesuksesan dalam transformasi e-government, terdapat lima aspek yang harus dilakukan, yaitu reformasi proses, kepemimpinan, investasi strategik, kolaborasi dan keterlibatan publik. Apabila kelima komponen ini dilakukan dengan baik, maka keberhasilan transformasi e-government akan memberikan efek berganda, baik bagi pemerintahan, maupun bagi masyarakat secara umum. Bagi pemerintahan, efektifitas dan efisiensi dari proses pelayanan publik akan tercapai, sedangkan bagi masyarakat, peningkatan kualitas pelayanan sehingga menjadi lebih cepat, lebih transparan, dan lebih adil akan dapat mereka rasakan. Kepuasan kedua pihak ini pada akhirnya akan menciptakan suasana kota yang kondusif, dimana antara pemerintah dan masyarakat akan saling membantu dan mendukung demi terwujudnya kota yang adil, makmur dan sejahtera.

Sejak memiliki kepemimpinan baru, tanggal 26 Januari lalu, komitmen Walikota Depok untuk menegakkan disiplin dan menghapus budaya KKN secara bertahap sudah mulai bergulir, meskipun belum dapat dirasakan dampaknya saat ini, namun komitmen penuh tersebut Insya Allah akan dapat dirasakan hasilnya dalam waktu-waktu mendatang. Tekad dan komitmen ini, apabila didukung dengan sarana dan prasarana, serta dukungan dari berbagai pihak yang memadai, maka akan dapat mewujudkan harapan dan keinginan seluruh warga Depok akan terciptanya kota yang bersih, ramah dan memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Depok. Semoga.


Dr. Prihandoko, MIT
Sekretaris Program Doktor Teknologi Informasi
Universitas Gunadarma, Depok

Publikasi Makalah

1. Prihandoko, Borhanuddin M. Ali, Muhamed Hadi Habaebi, V Prakash,”An Adaptive End-to-End QoS Management for Multimedia Applications over Wireless ATM Network,” IEEE Proceeding of TENCON 2000, Kuala Lumpur, Malaysia, August 2000.

2. Prihandoko, Borhanuddin Mohd Ali, Sabira Khatun, Ashraf G Abdalla, V. Prakash,”An Adaptive Admission Control for Maintaining End-to-End QoS over Wireless ATM Network,” IEEE Proceeding of SCOReD 2001, Kuala Lumpur, Malaysia, February 2001.

3. Prihandoko, Borhanuddin Mohd Ali, Sabira Khatun, Ashraf G Abdalla,”An Adaptive End-to-End QoS Controller for Wireless ATM Network,”, IEEE Proceeding of NCTT 2000, Johor Bahru, Malaysia, December 2000.

4. Prihandoko, Borhanuddin Mohd Ali, Sabira Khatun, V.Prakash ,”Call Admission Control Scheme for CBR and Real-time VBR in Wireless ATM Network,”, IEEE Proceeding of MICC 2001, Kuala Lumpur, Malaysia, October 2001.

5. Prihandoko, Mohd Hadi Habaebi, Borhanuddin Mohd Ali,”Priority-Based Call Admission Control and Bandwidth Reservation Scheme for QoS Provisioning in Multimedia Wireless Networks,” Proceeding of Asian Mobile Conference 2002, Langkawi, Malaysia, May 2002.

6. Prihandoko, Mohd Hadi Habaebi, Borhanuddin Mohd Ali,” A Priority Based Bandwidth Reservation Scheme for QoS Provisioning over Multimedia Wireless Networks,” Proceeding of World Engineering Congress 2002, Serawak, Malaysia, July 2002.

7. Prihandoko, Mohd Hadi Habaebi, Borhanuddin Mohd Ali,” Adaptive Call Admission Control for QoS Provisioning in Wireless Multimedia Networks,” Computer Communications Journal Vol 26 Issue 14, pp 1560-1569, Elsevier Publisher, September 2003.

8. Kandasamy S., Prihandoko, Borhanuddin Md.Ali, V.Prakash and Ratna Kalos, “Improved Handoff Call Dropping Probability (HCDP) in Adaptive Quality of Service (AdQoS) in Multimedia Wireless Networks using Hierarchical Cellular Approach”, Proc. IEEE NCTT2003, Shah Alam, Malaysia, pp.127-131, January 2003.

9. Kandasamy, S., Prihandoko., Mohd. Ali, B., Veeraraghavan, P. and Kalos, R. (2003). “New Call Blocking Probability (NCBP) in Improved Adaptive Quality of Service (AdQoS) for Wireless Multimedia Communications using Hierarchical Cellular Approach”, The 9th Asia-Pacific Conference on Communication (APCC 2003), Penang, Malaysia, IEEE, 2003.

10. Prihandoko, Borhanuddin Mohd Ali, Mohd Hadi Habaebi,” Quality of Service Management for Mobile Multimedia Applications over Wireless ATM Networks,” Jurnal Ilmiah Informatika dan Komputer Nomor 2 Jilid 8, Gunadarma University, Indonesia, Agustus 2003.

11. Prihandoko, Mohd Hadi Habaebi, Borhanuddin Mohd Ali,” Utilizing Signal Measurement in Bandwidth Reservation Scheme for QoS Provisioning in Multimedia Wireless Networks”, Malaysian Journal of Computer Science Vol. 16 No. 2, University of Malaya, December 2003.

12. Prihandoko, Habaebi M.H, Ali B.M.,”Aggregate History of User Mobility Pattern for QoS Provisioning in Multimedia Wireless Networks”, International Journal of Wireless Information Networks Vol. 11, No. 1, pp. 19-27(9), Kluwer Academic Publishers, January 2004

13. Prihandoko, ”User Mobility Prediction in Bandwidth Reservation Scheme for Supporting QoS Provisioning in Multimedia Wireless Networks”, Proceeding Seminar Ilmiah Nasional KOMMIT 2004, Vol 3, pp. 806-814, Gunadarma University, August 2004.

14. Bertalya & Prihandoko, “Pendekatan Retrieval Citra Berbasis Content pada Database Citra Medis”, Proceeding Seminar Ilmiah Nasional dan Sistem Intelijen (KOMMIT), vol 4 : 133-139, 2006

15. Bertalya & Prihandoko, “Klasifikasi Citra Medis Melalui Proses Segmentasi Objek dan Ekstraksi Fitur”, Proceeding National Conference on Computer Science & Information Technology (NACSIT), pp : 314-317, Januari 2007

16. Karmilasari & Prihandoko, “Analisis Penggunaan Teknik Mosaik Citra Wajah Panoramik dalam Pengenalan Wajah 2D”, Proceeding, National Conference on Computer Science & Information Technology 2007, UI, Jakarta, Januari 2007.

17. Lussiana ETP., Prihandoko, Deteksi Tepi untuk Citra Seismik, Proceeding Seminar Nasional Riset Teknologi Informasi – SRITI 2006, Yogyakarta, 1 Juli 2006.

18. Lussiana ETP., Prihandoko, Yuhilza Hanum, Menentukan Ciri Citra Seismik Menggunakan Gradient Structure Tensor, Proceeding Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2006), Depok, 23-24 Agustus 2006.

19. Lussiana ETP., Prihandoko, Yuhilza Hanum, Feature Extraction of 2D Seismic Image Using Gradient Structure Tensor, Proceeding Information and Communication Technology Seminar (ICTS) 2006, Surabaya, 29 August 2006.

20. Karmilasari, Prihandoko, Analisis Penggunaan Teknik Mosaik Citra Wajah Panoramik dalam Pengenalan Wajah 2D, Proceeding, National Conference on Computer Science & Information Technology 2007, Fasilkom –UI, Depok, , 29-30 Januari 2007.

21. Bertalya, Prihandoko. Texture Features and Similarity Measurement in the Classification of Medical Image. Proceeding of the 3rd Information and Communication Technology Seminar (ICTS). International Seminar 2007. pp : 387-391

22. Bertalya, Prihandoko, Djati Kerami. Penggunaan Fitur Tekstur Lokal pada Klasifikasi Citra X-ray . Proceeding Seminar Ilmiah Nasional dan Sistem Intelijen (KOMMIT)). vol 5 (2008). pp : 359-365.

23. Bertalya, Prihandoko, Djati Kerami, TB. Maulana Kusuma. Classification of X-ray Images Using Grid Approach. The 4th IEEE International Conference SITIS 2008. Universite de Bourgogne and Gunadarma University. Bali-Indonesia. November 30th –3rd December 2008.

24. Bertalya, Prihandoko, TB. Maulana Kusuma. Klasifikasi Citra X-ray Menggunakan Kode Freeman. Seminar Ilmiah Ilmu Komputer Nasional 2008. Universitas Pelita Harapan. Jakarta. 13-14 November 2008.