26 Feb 2016

Mengemudi Hati di Jalan Lurus

Mengemudi Hati di Jalan Lurus

oleh Salim A. Fillah dalam Rajutan Makna. 21/09/2015

"Ya Rasulallah", demikian suatu hari para sahabat memberanikan diri mengajukan pinta, "Sekiranya sudi, berceritalah engkau kepada kami."

Ini terjadi, demikian Mush'ab ibn Sa'd meriwayatkan dari ayahandanya, Sa'd ibn Abi Waqqash Radhiyallahu 'Anhu, setelah Al Quran turun beberapa waktu lamanya dan Nabipun membacakan kesemuanya kepada para sahabat.
Inilah kitab yang seandainya diturunkan kepada gunung, niscaya gunung itu pecah berantakan karena rasa takutnya kepada Allah. Maka pasti saja, hati para sahabat itu, sekokoh apapun, merasakan berat tak terperi terhadap kalamNya. Sebab firman itu telah menunjuk mereka untuk menjadi pendamping dan penyokong Muhammad, sang rahmat semesta, pembawa kabar gembira, pemberi peringatan, penyeru ke jalan Allah, dan pelita yang mencahaya. Sebab wahyu itu menunjuk mereka untuk menjadi insan-insan pertama ummat terbaik yang ditampilkan pada manusia, menyuruh pada yang patut, mencegah dari yang lacut, meyakini Allah dan mengingkari thaghut.
Mereka merasakan sesak dan sempit sehingga memerlukan penghiburan dari kisah-kisah ringan. "Ya Rasulallah", ujar mereka sebagaimana disampaikan Ibn 'Abbas dan dituliskan Imam Ath Thabary dalam Tafsirnya, "Berceritalah kepada kami." Lalu turunlah Surah Yusuf, deras bagai hujan mencurahi gersang dalam dada.

"Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu.."(QS Yusuf [12]: 3)

Inilah kisah terbaik. Ialah kisah cinta. Ialah kisah tentang seorang bernasab termulia, Yusuf ibn Ya'qub ibn Ishaq ibn Ibrahim. Juga berparas terindah dan berakhlaq jelita; Yusuf yang digelari Al Khair, si baik, pembawa kebaikan.
Sayang sekali, ketika menyebut nama Yusuf, yang tercetak di benak kita hanya soal ketampanan wajahnya. Kita lupa bahwa dalam karunia ketampanan itu terkandung kasih ayahanda, dengki saudara, pembuangan ke sumur, pertolongan kafilah, dijual jadi sahaya, goda majikan jelita, fitnah dari yang salah, dijadikan bahan balas dendam hingga para wanita mengiris jarinya, memilih masuk penjara daripada berbuat nista, berdakwah di dalamnya, dilupakan kawan, diangkat menjadi pejabat tinggi, sibuk mengurus negara, berjumpa dan menahan diri terhadap saudara, membuat muslihat demi berjumpa orangtua, serta menahan diri dari mengungkit luka ketika mimpi masa kecilnya terbukti nyata.
Kisah terbaik, adalah kisah yang berliku-liku. Cerita terbaik, adalah hidup yang berwarna-warni.

***

"Ihdinash shirathal mustaqim.. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus."

Tidak sah shalat kita tanpa membaca Surah Al Fatihah di tiap raka'atnya. Dan dalam senarai 7 ayat terdahsyat ini, usai kita memuji Allah, memuliakan, dan mengagungkanNya, dengan tunduk kita menadah karuniaNya. Ialah doa kita agar Allah karuniakan petunjuk ke jalan yang lurus. Kita membacanya setiap hari sekurangnya tujuh belas kali, sebab ialah doa terpenting, permohonan terpokok, dan pinta paling utama.
Jalan yang lurus.
Terjemah itu mungkin membuat sebagian kita membayangkan bahwa jalan lurus itu bagus, halus, dan mulus. Kita mengira bahwa shirathal mustaqim adalah titian yang gangsar dan tempuhan yang lancar. Kita menganggap bahwa ia adalah jalan yang bebas hambatan dan tiada sesak, tanpa rintangan dan tiada onak. Kita menyangka bahwa di jalan itu, segala keinginan terkabul, setiap harapan mewujud, dan semua kemudahan dihamparkan.
Frasa 'jalan yang lurus' membuat kita mengharapkan jalur yang tanpa deru dan tanpa debu.
Maka kadang kita terlupa, bahwa penjelasan tentang jalan lurus itu tepat berada di ayat berikutnya. Jalan lurus itu adalah, "Jalan orang-orang yang telah Kauberi nikmat. Bukan jalan orang-orang yang Kaumurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat."
Maka membentanglah Al Quranul Karim sepanjang 113 surat bakda Al Fatihah untuk memaparkan bagi manusia jalan orang-orang yang telah diberi nikmat itu. Ialah jalan Adam dan Hawa; jalan Nuh, Hud, dan Shalih; jalan Ibrahim hingga Ya'qub sekeluarga; jalan Musa dan saudaranya; jalan Dawud dan putranya; jalan Ayyub dan Yunus; jalan Zakariyya dan Yahya, serta Maryam dan 'Isa. Kisah jalan indah itu sesekali ditingkahi gambaran tentang jalan mereka yang dimurka dan sesat; jalan Iblis dan Fir'aun, Samiri dan Qarun, Bal'am dan Haman, hingga Ahli Kitab Yahudi-Nasrani dan Abdullah ibn Ubay ibn Salul.

Ceritera kehidupan Adam hingga 'Isa itu, adalah lapis-lapis keberkahan.

Kisah mereka berkelindan, mengulurkan makna-makna yang mengokohkan cipta, rasa, serta karsa Sang Rasul terakhir dan ummatnya yang bungsu. Kisah mereka bertautan, melahirkan artian-artian yang menguatkan iman dan perjuangan sang penutup rangkaian kenabian beserta para pengikutnya; menghadapi kekejaman Abu Jahl, kekejian Abu Lahab, keculasan Al 'Ash ibn Wail, tuduhan Al Walid ibn Al Mughirah, dongengan An Nazhar ibn Harits, rayuan 'Utbah ibn Rabi'ah, cambukan 'Umayyah ibn Khalaf, hingga timpukan 'Uqbah ibn Abi Mu'aith.

Lalu kehidupan Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan orang-orang bersamanya yang dicahayi wahyu dan menjadi bagian cerita, menggenapkan kisah jalan lurus itu untuk kita.
Adalah Rasulullah memerah wajahnya pada suatu hari, ketika beliau bangkit dari berbaring berbantal surban di dekat Ka'bah. Adalah Khabbab ibn Al Art; lelaki pandai besi yang kerap disiksa Abu Jahl dengan diikat pada selongsong logam dan dipanggang di atas bara peleleh besi; hari itu menghadap dan berbisik. "Ya Rasulallah", demikian lirih dia berkata, seakan masih merasakan bagaimana punggungnya melepuh lalu pecah, dan arang penyiksa terpadam oleh tetesan cairan luka bakarnya, "Tidakkah engkau berdoa atau menolong kami?"
Di antara kedua alis bertaut junjungannya, ada pembuluh yang kian membiru. Itu pertanda bahwa manusia yang paling pengasih ini marah karena Rabbnya. "Demi Allah", ujar beliau bergetar, "Orang-orang sebelum kalian ada yang disisir dengan sikat besi hingga terpisah daging dari tulangnya, ada yang digergaji tubuhnya hingga terbelah badannya; tapi itu semua tak memalingkan mereka dari 'La ialaha illallah; tiada sesembahan yang benar selain Allah.."
Khabbab sama sekali tidak bersalah ketika bertanya. Khabbab sungguh harus difahami kerisauannya. Khabbab telah mengorbankan seluruh dirinya; dengan sakit dan luka, dengan disiksa dan dinista, demi risalah yang dibawa Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Tetapi demikianlah Sang Nabi hendak mengajarkan padanya dan kepada kita, apa makna jalan lurus.

"Dan sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus."(QS Maryam [19}: 36)

Jalan lurus itu diikat oleh satu hakikat. Yakni beribadah hanya kepada Allah satu-satunya, tiada sekutu bagiNya. Bahwa di dalamnya ada nestapa dan derita, ia hanya penggenap bagi kebersamaan dan cinta. Bahwa di dalamnya ada kehilangan dan duka, ia hanya penguat bagi sikap syukur dan menerima. Bahwa di dalamnya ada pedih dan siksa, ia hanya penyempurna bagi rasa nikmat dan mulia.
"Demi Allah, Dia pasti akan menyempurnakan urusan ini", demikian Sang Nabi melanjutkan sabdanya pada Khabbab, kini dengan senyum yang bercahaya, "Hingga seseorang berjalan dari Shan'a ke Hadhramaut dan tiada yang ditakutinya selain Allah. Tetapi kalian tergesa-gesa."

***

"Saat kita bicara tentang Islam", demikian Dr. 'Abdul Karim Az Zaidan dalam salah satu pengantar kitabnya, Al Mustafad min Qashashil Quran, "Yang tergambar paling mula-mula adalah Fiqh. Ini tak salah. Sebab bukan fiqh itu tak baik, bukan fiqh itu tak penting, bukan fiqh itu tak bermanfaat. Fiqh adalah panduan bagi kita untuk melangkah menapaki dunia hingga ke pintu akhirat. Dengan fiqh, hidup kita terbimbing dan terarah, tergamit dan terjaga. Tetapi kita harus mencatat satu hal; fiqh hanya akan jadi jasad kosong dan kerangka mati, jika tak dihidupkan dengan ruh ketaatan."

Jadi bagaimana menghadirkan ruh itu bagi tiap 'amalan kita?

Al Quran menjawab dengan susunan isinya yang menakjubkan. Syaikh 'Abdul Wahhab Khalaf menghitung bahwa ayat hukum dalam Al Quran tak lebih dari 150 buah. Pun, Ahmad Amin menyatakan hanya sekitar 200 ayat saja. Artinya, yang menempati bagian terbesar muatan Kalamullah ini justru bukanlah fiqh, melainkan ceita.
Dari Sa'id ibn Jubair, dari Ibn 'Abbas, beliau menyatakan, "Al Quran ini, 6000 ayatnya adalah kisah, 600 ayatnya berupa tanda kebesaran Allah, 60 ayatnya adalah aturan mu'amalah, dan 6 ayatnya berisi hukum-hukum hudud." Atsar ini yang mungkin secara keliru sering disalahfahami untuk dijumlahkan, sehingga dikatakan jumlah ayat Al Quran ada 6666. Sedangkan dalam riwayat ini dapat saja satu ayat berisi irisan lebih dari 1 kandungan, sehingga menurut perhitungan para 'ulama jumlahnya sekira 6236.
Maka semua 'ulama sepakat bahwa bagian terbesar dari kandungan Al Quran adalah kisah. Ialah kisah yang menjadi penjelasan bagi kita tentang jalan yang lurus. Kisah yang menjadi petunjuk bagi kita untuk meniti jalan yang lempang. Kisah yang menjadi pembeda bagi kita untuk memisahkan jalan yang sahih dari jalan sesat. Kisah yang menjadi kabar gembira dan peringatan untuk teguh di jalan Kisah yang menjadi cahaya, ketika mata batin kita terkaburkan debu yang hinggap di jalan kebenaran. Kisah yang menjadi penyembuh luka-luka, kala hati kita dirancah duri di jalan kebajikan.

Maka Ya Allah, susurkan dan susulkan kami di jalan mereka yang Kau limpahi cinta; dalam sempit maupun lapangnya, senyum dan juga lukanya.

Maka Ya Allah, walau tak Kau kayakan kami seberlimpah Sulaiman; karuniai kami syukur dan tawadhu'nya, yang hormati semut serta burung Hud-hud.
Maka Ya Allah, walau tak Kau beri kami daya raga dan keajaiban seperkasa Musa, curahi kami keberanian dan keteguhannya memimpin kaum yang sering membuat kecewa. Maka Ya Allah, walau usia tak sepanjang Nuh mulia, tegarkan kami dengan kegigihan da'wah dan tekad bajanya untuk terus menyampaikan kebenaran dalam aneka cara.
Maka Ya Allah, walau paras tak setampan Yusuf rupawan, kuatkan diri kami menahan semua goda dan derita, tajamkan nuraninya hingga mampu membaikkan negeri. Maka Ya Allah, walau keajaiban tak selalu sertai perjalanan, penuhi hati kami dengan kasih mesra seperti 'Isa, hingga tunduklah musuh dalam cinta.
Maka Ya Allah, walau tak perlu ditelan ikan di gelap lautan, hiasi jiwa kami dengan kepasrahan Yunus yang rintih doanya Kaudengarkan. Maka Ya Allah, walau tak usah mengalami kehilangan, dicekik sakit, miskin, dan musibah; sejukkan hati kami dengan sabar dan dzikir seperti Ayyub yang tabah.
Maka Ya Allah; walau ujian cinta tak seberat Ibrahim, Hajar, dan Sarah; limpahi keluarga kami dengan sakinah, mawaddah, dan rahmah, dengan keturunan yang shalih serta shalihah. Maka Ya Allah, walau ibadah tak seterpelihara Zakaria dan kesucian tak seterjaga Maryam; nikmatkan bagi kami bakti anak mulia seperti Yahya dan 'Isa.
Maka Ya Allah, walau belum pernah mencicipi surga bak Adam dan Hawa, jadikan rumah kami terasa surga sebelum surga, terimalah taubat atas segala dosa. Maka Ya Allah, walau hidup tak sepedas-pedih warna-warni hayat Ya'qub, jadikan kami hanya mengadu padaMu semata, hingga menampilkan kesabaran cantik yang mencahaya.
Maka Ya Allah, walau tak harus lari dan bersembunyi sebagaimana para Ashabul Kahfi, beri kami keberanian dan perlindungan saat tegas mengatakan Al Haq di depan tirani. Maka Ya Allah, walau kerajaan tak seluas Dzul Qarnain, curahi kami akhlaq pemimpin; yang senantiasa menyeru pada iman, membebaskan ummat, serta menebar manfaat.
Maka Ya Allah, walau jangan sampai Kau karuniai pasangan yang mirip Fir'aun, teguhkan kami bagai Asiyah yang mukminah, anugerahkan rumah di sisiMu di dalam surga. Maka Ya Allah, walau persoalan hidup tak sepelik yang dialami Ibunda Musa, bisikkan selalu kejernihanMu di firasat kami saat menghadapi musykilnya hari-hari.

Maka Ya Allah, walau ilmu dan kebijaksanaan tak seutuh Luqman Al Hakim; tajamkan fikir dan rasa kami untuk mengambil 'ibrah di setiap kejadian.

Maka Ya Allah, susurkan dan susulkan kami di jalan lurus, di lapis-lapis keberkahan.

***

Di lapis-lapis keberkahan, jalan lurus itu berkelok dan menikung, menanjak dan melongsor, membentang dan menghimpit. Di lapis-lapis keberkahan, jalan lurus itu curam dan terjal, deras dan gemuruh, keras dan runcing.
Di lapis-lapis keberkahan; tugas hidup kita adalah mengemudi hati menuju Allah di jalan yang lurus. Maka pangkal kelurusan itu pertama-tama adalah hati yang tak pernah berbelok dari Allah sebagai sesembahan yang haq. Lurus, sebab hanya pada Allah tunduknya, taatnya, dan tentramnya. Lurus, sebab hanya untuk Allah yakinnya, pasrahnya, dan kebajikannya. Lurus, sebab hanya bersama Allah gigil takutnya, gerisik harapnya, dan getar cintanya.

Mohon maaf terlalu panjang, jika kurang berkenan dilewati saja....😊

Kafan Itu Tidak Bersaku


KAFAN ITU TAK BERSAKU 😊

Kafan itu tak bersaku
tak bisa kita masukkan uang barang serupiahpun 
sebagai bekal dalam perjalanan
karena ketika kita mati
Allah tak melihat seberapa banyak harta kita
tapi hanya melihat apa yang pernah kita beri ........

Kafan itu tak berwarna-warni
Tak dapat kita fashion-kan, ketika kelak tubuh kita diam 
terbujur kaku tanpa ada daya upaya
Karena ketika kita mati 
Allah tak menilai seberapa indah dan mahal pakaian duniawi kita,  
yang kita kenakan tetap saja kain putih 
yang murah dan bahkan tak berjahit 
Kafan itu tak memiliki tutorial,
tidak butuh kreatifitas ketika dikenakan
Karena ketika kita mati,
Allah tak menilai keren atau tidak seorang manusia ketika mengenakannya

Pada akhirnya,
pakaian taqwa manusia bukanlah karya designer ternama,
tapi secarik kain putih polos tanpa warna
Iya ...... KAIN KAFAN ITU PUTIH WARNANYA
seperti harapan kita semua,
semoga telah putih hati dari khilaf dan dosa
Agar kelak pantas untuk masuk ke dalam Jannah Allah Azza Wa Jalla.

Kain Kafan itu sama bagi semua manusia
Sama harganya
Sama warnanya
Sama cara memakainya
Tak bisa kau selipkan apa-apa di dalamnya
Menutupi sekujur tubuh dari kaki hingga kepala

Lalu ..... Masih adakah rasa angkuh dalam diri kita ???
Menganggap diri lebih mulia dari pada yang lain ?
dan lebih mulia dari orang yang selama ini 
kita rendahkan dan kita abaikan?
Semoga Allah berkenan membersihkan hati kita 
dari    penyakit hati
Allah menjadikan hati kita bersih dari iri, dengki dan sombong kepada  sesama

Astaghfirullah, ampuni kami ya Rabb...Aamiin
Semoga menjadi bahan renungan

Negeri Tanpa Ayah


πŸ“‹   NEGERI TANPA AYAH

πŸŒΏπŸŒΊπŸ‚πŸ€πŸŒΌπŸ„πŸŒ·πŸπŸŒΈ

1| Jika memiliki anak sudah ngaku-ngaku jadi AYAH, maka sama anehnya dengan orang yang punya bola ngaku-ngaku jadi pemain bola

2| AYAH itu gelar untuk lelaki yg mau dan pandai mengasuh anak bukan sekedar 'membuat' anak

3| Jika AYAH mau terlibat mengasuh anak bersama ibu, maka separuh permasalahan negeri ini teratasi

4| AYAH yang tugasnya cuma ngasih uang, menyamakan dirinya dengan mesin ATM. Didatangi saat anak butuh saja

5| Akibat hilangnya fungsi tarbiyah dari AYAH, maka banyak AYAH yg tidak tahu kapan anak lelakinya pertama kali mimpi basah

6| Sementara anak dituntut sholat shubuh padahal ia dalam keadaan junub. Sholatnya tidak sah. Dimana tanggung jawab AYAH ?

7| Jika ada anak durhaka, tentu ada juga AYAH durhaka. Ini istilah dari umar bin khattab

8| AYAH durhaka bukan yg bisa dikutuk jadi batu oleh anaknya. Tetapi AYAH yg menuntut anaknya shalih dan shalihah namun tak memberikan hak anak di masa kecilnya

9| AYAH ingin didoakan masuk surga oleh anaknya, tapi tak pernah berdoa untuk anaknya

10| AYAH ingin dimuliakan oleh anaknya tapi tak mau memuliakan anaknya

11| Negeri ini hampir kehilangan AYAH. Semua pengajar anak di usia dini diisi oleh kaum ibu. Pantaslah negeri kita dicap fatherless country

12| Padahal keberanian, kemandirian dan ketegasan harus diajarkan di usia dini. Dimana AYAH sang pengajar utama ?

13| Dunia AYAH saat ini hanyalah Kotak. Yakni koran, televisi dan komputer. AYAH malu untuk mengasuh anak apalagi jika masih bayi

14| Banyak anak yg sudah merasa yatim sebelum waktunya sebab AYAH dirasakan tak hadir dalam kehidupannya

15| Semangat quran mengenai pengasuhan justru mengedepankan AYAH sebagai tokoh. Kita kenal Lukman, Ibrahim, Ya'qub, Imron. Mereka adalah contoh AYAH yg peduli

16| Ibnul Qoyyim dalam kitab tuhfatul maudud berkata: Jika terjadi kerusakan pada anak penyebab utamanya adalah AYAH

17| Ingatlah! Seorang anak bernasab kepada AYAHnya bukan ibu. Nasab yg merujuk pada anak menunjukkan kepada siapa Allah meminta pertanggungjawaban kelak

18| Rasulullah yg mulia sejak kecil ditinggal mati oleh AYAHnya. Tapi nilai-nilai keAYAHan tak pernah hilang didapat dari sosok kakek dan pamannya

19| Nabi Ibrahim adalah AYAH yg super sibuk. Jarang pulang. Tapi dia tetap bisa mengasuh anak meski dari jauh. Terbukti 2 anaknya menjadi nabi

20| Generasi sahabat menjadi generasi gemilang karena AYAH amat terlibat dalam mengasuh anak bersama ibu. Mereka digelari umat terbaik.

21| Di dalam quran ternyata terdapat 17 dialog pengasuhan. 14 diantaranya yaitu antara AYAH dan anak. Ternyata AYAH lebih banyak disebut

22| Mari ajak AYAH untuk terlibat dalam pengasuhan baik di rumah, sekolah dan masjid

23| Harus ada sosok AYAH yg mau jadi guru TK dan TPA. Agar anak kita belajar kisah Umar yg tegas secara benar dan tepat. Bukan ibu yg berkisah tapi AYAH

24| AYAH pengasuh harus hadir di masjid. Agar anak merasa tentram berlama-lama di dalamnya. Bukan was was atau merasa terancam dengan hardikan

25| Jadikan anak terhormat di masjid. Agar ia menjadi generasi masjid. Dan AYAH yang membantunya merasa nyaman di masjid

26| Ibu memang madrasah pertama seorang anak. Dan AYAH yang menjadi kepala sekolahnya

27| AYAH kepala sekolah bertugas menentukan visi pengasuhan bagi anak sekaligus mengevaluasinya. Selain juga membuat nyaman suasana sekolah yakni ibunya

28| Jika AYAH hanya mengurusi TV rusak, keran hilang, genteng bocor di dalam rumah, ini bukan AYAH 'kepala sekolah' tapi AYAH 'penjaga sekolah'

29| Ibarat burung yang punya dua sayap. Anak membutuhkan kedua-duanya untuk terbang tinggi ke angkasa. Kedua sayap itu adalah AYAH dan ibunya

30| Ibu mengasah kepekaan rasa, AYAH memberi makna terhadap logika. Kedua-duanya dibutuhkan oleh anak

31| Jika ibu tak ada, anak jadi kering cinta. Jika AYAH tak ada, anak tak punya kecerdasan logika

32| AYAH mengajarkan anak menjadi pemimpin yg tegas. Ibu membimbingnya menjadi pemimpin yg peduli. Tegas dan peduli itu sikap utama

33| Hak anak adalah mendapatkan pengasuh yg lengkap. AYAH terlibat, ibu apalagi

34| Mari penuhi hak anak untuk melibatkan AYAH dalam pengasuhan. Semoga negeri ini tak lagi kehilangan AYAH

35| Silahkan share jika berkenan agar makin banyak AYAH yang peduli dengan urusan pengasuhan.

Salam bahagia
(bendri jaisyurrahman, Twitter @ajobendri)

πŸŒΏπŸŒΊπŸ‚πŸ€πŸŒΌπŸ„πŸŒ·πŸπŸŒΉ

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

πŸ’Ό Sebarkan! Raih pahala...

TANDA-TANDA ANDA SUDAH MENJADI BUDAK KEHIDUPAN DUNIA

TANDA-TANDA ANDA SUDAH MENJADI BUDAK KEHIDUPAN DUNIA:
1. Anda tidak bersiap-siap saat waktu shalat akan tiba.
2. Anda melalui hari ini tanpa sedikitpun membuka lembaran Al-Qur'an lantaran Anda terlalu sibuk.
3. Anda sangat perhatian dengan omongan orang lain tentang diri Anda.
4. Anda selalu berpikir setiap waktu bagaimana caranya agar harta Anda semakin bertambah.
5. Anda marah ketika ada orang yang memberikan nasihat bahwa perbuatan yang Anda lakukan adalah haram.
6. Anda terus menerus menunda untuk berbuat baik. "Aku akan mengerjakannya besok, nanti, dan seterusnya."
7. Anda selalu mengikuti perkembangan gadget terbaru dan selalu berusaha memilikinya.
8. Anda sangat tertarik dengan kehidupan para selebriti.
9. Anda sangat kagum dengan gaya hidup orang-orang kaya.
10. Anda ingin selalu menjadi pusat perhatian orang.
11. Anda selalu bersaing dengan orang lain untuk meraih cita-cita duniawi.
12. Anda selalu merasa haus akan kekuasaan dan kedigdayaan dalam hidup, dan perasaan itu tidak dapat dibendung.
13. Anda merasa tertekan manakala Anda gagal meraih sesuatu.
14. Anda tidak merasa bersalah saat melakukan dosa-dosa kecil
15. Anda tidak mampu untuk segera berhenti berbuat yang haram, dan selalu menunda bertaubat kepada Allah.
16. Anda tidak kuasa berbuat sesuatu yang diridhai Allah hanya karena perbuatan itu bisa mengecewakan orang lain
17. Anda sangat perhatian terhadap harta benda yang sangat ingin Anda miliki.
18. Anda merencanakan kehidupan hingga jauh ke depan.
19. Anda menjadikan aktivitas belajar agama sebagai aktivitas pengisi waktu luang saja, setelah sibuk berkarir.
20. Anda memiliki teman-teman yang kebanyakannya tidak bisa mengingatkan Anda kepada Allah.
21. Anda menilai orang lain berdasarkan status sosialnya di dunia.
22. Anda melalui hari ini tanpa sedikitpun terbersit memikirkan kematian.
23. Anda meluangkan banyak waktu sia-sia melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhirat.
24. Anda merasa sangat malas dan berat untuk mengerjakan suatu ibadah.
25. Anda tidak kuasa mengubah gaya hidup Anda yang suka berfoya-foya, walaupun Anda tahu bahwa Allah tidak menyukai gaya hidup seperti itu.
26. Anda senang berkunjung ke negeri-negeri kafir.
27. Anda diberi nasihat tentang bahaya memakan harta riba, akan tetapi Anda beralasan bahwa beginilah satu-satunya cara agar tetap bertahan di tengah kesulitan ekonomi.
28. Anda ingin menikmati hidup ini sepuasnya.
29. Anda sangat perhatian dengan penampilan fisik Anda.
30. Anda meyakini bahwa hari kiamat masih lama datangnya.
31. Anda melihat orang lain meraih sesuatu dan Anda selalu berpikir agar dapat meraihnya juga.
32. Anda ikut menguburkan orang lain yang meninggal, tapi Anda sama sekali tidak memetik pelajaran dari kematiannya.
33. Anda ingin semua yang Anda harapkan di dunia ini terkabul.
34. Anda mengerjakan shalat dengan tergesa-gesa agar bisa segera melanjutkan pekerjaan.
35. Anda tidak pernah berpikir bahwa hari ini bisa jadi adalah hari terakhir Anda hidup di dunia.
36. Anda merasa mendapatkan ketenangan hidup dari berbagai kemewahan yang Anda miliki, bukan merasa tenang dengan mengingat Allah.
37. Anda berdoa agar bisa masuk surga namun tidak sepenuh hati seperti halnya saat Anda meminta kenikmatan dunia.
Wallahul musta'an

- Semoga Allah melindungi kita dari hal tersebut, dan semoga kita termasuk golongan hamba-hamba yang shaleh..Aamiin
- Klik BAGIKAN..!

Belajar, terbentur, terbentuk

BELAJAR, TERBENTUR, TERBENTUK

Ketika aku berpikir negatif pada seseorang,
Tanpa sadar, aku telah menghakimi orang itu.

Lebih mudah mana?
Berusaha menyingkirkan semua kerikil tajam di sepanjang jalanan, atau memakai sepatu agar kaki kita tidak terluka?

Lebih mungkin mana?
Berusaha mensteril semua tempat agar tak ada kuman,
atau memperkuat daya tahan tubuh kita sendiri?

Lebih mudah mana?
Berusaha mencegah setiap mulut agar tak bicara sembarangan,
atau menjaga hati kita sendiri agar tidak mudah tersinggung?

Lebih penting mana?
Berusaha menguasai orang lain, atau belajar menguasai diri sendiri?

Yang penting bukan bagaimana orang harus baik padaku, melainkan bagaimana aku berusaha baik pada orang lain.

Bukan orang lain yang membuat aku bahagia,  melainkan sikap diriku sendirilah yang menentukan, aku bahagia atau tidak.

Setiap waktu yang telah kita habiskan dalam hidup ini, tidak akan terulang kembali,
Namun ada satu hal yang masih tetap bisa kita lakukan, yaitu BELAJAR ...
dari masa lalu untuk hari esok yang lebih baik.

Hidup adalah PROSES,
Hidup adalah BELAJAR,
tanpa ada batas UMUR.

JATUH, berdiri lagi ..
KALAH, mencoba lagi ..
GAGAL, bangkit lagi ...
TIDAK ADA YANG TIDAK MUNGKIN

TERBENTUR ......TERBENTUR..
..............TERBENTUK MENJADI LEBIH BAIK LAGI KEDEPANNYA.

Robin Hood Saintis

SAINS

Robin Hood Sains dari Kazakstan

Kesal terhadap perusahaan-perusahaan yang mengambil untung besar dari penerbitan jurnal ilmiah, Alexandra Elbakyan melawan dengan membajak jutaan artikel ilmiah.

Foto: Alexandra Elbakyan

Selasa, 23 Februari 2016

Universitas Harvard adalah kampus paling tajir di dunia. Di kantongnya, ada dana abadi sebesar US$ 37,6 miliar atau Rp 506 triliun. Duit bejibun itulah yang terus diputar oleh Harvard Management Company untuk mengongkosi kegiatan operasional kampus kondang di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, ini.

Tapi bahkan kampus sekaya Harvard pun mengeluhkan ongkos untuk membayar iuran langganan jurnal ilmiah. Beberapa waktu lalu, pengelola perpustakaan Harvard mengirimkan memo kepada ribuan dosen dan peneliti di kampus Harvard, meminta mereka supaya menerbitkan hasil risetnya di jurnal yang bebas akses alias gratis. 

Kelakuan perusahaan penerbit jurnal ilmiah, menurut manajemen Harvard, sudah kelewatan. Mereka mengeruk keuntungan hingga 35 persen dari pendapatan. Bahkan ada beberapa jurnal yang menaikkan iuran langganan hingga 135 persen dalam enam tahun. Setiap tahun, menurut Robert Darnton, Direktur Perpustakaan Harvard, mereka harus membayar iuran langganan jurnal ilmiah sekitar US$ 3,5 juta atau Rp 47,2 miliar. Dan angka itu dari tahun ke tahun makin bengkak.

Jika Harvard saja tak mampu membeli semua jurnal yang dibutuhkan penelitinya, bagaimana dengan perpustakaan lain?"

"Aku harap kampus-kampus lain akan melakukan hal sama," kata Robert kepadaGuardian. "Kami menghadapi paradoks serupa.... Kami mengerjakan riset, menulis laporan, menelaah riset peneliti lain, dan semuanya itu kami kerjakan tanpa biaya. Tapi kami harus membeli kembali hasil karya kami dengan harga sangat mahal.... Sistem ini sungguh absurd."

Beberapa tahun lalu, Research Libraries UK (RLUK), lembaga kolaborasi 34 perpustakaan kampus di Inggris dan Irlandia, mengancam memutus langganan jurnal dari dua perusahaan penerbit raksasa, Elsevier dan John Wiley & Sons, jika besar iuran tak diturunkan. Berkat ancaman itu, mereka bisa memangkas ongkos hingga 20 juta pound sterling atau Rp 386 miliar.

Foto: OIIRJ

Tapi pemotongan iuran itu tetap tak menyelesaikan urusan. "Harvard punya perpustakaan paling kaya di dunia. Jika Harvard saja tak mampu membeli semua jurnal yang dibutuhkan penelitinya, bagaimana dengan perpustakaan lain?" kata David Prosser, Direktur Eksekutif RLUK. Ya, kalau kampus super-tajirseperti Harvard saja ngos-ngosanmembayar iuran langganan jurnal, tak perlu tanya bagaimana nasib kampus-kampus lain di dunia, yang isi kantongnya hanya seujung kuku dana abadi Harvard.

Itulah yang dihadapi Alexandra Elbakyan bertahun-tahun lalu. Kala itu Alexandra masih mahasiswa di Jurusan Ilmu Komputer, Universitas Nasional Teknologi Kazakh di Almaty, Kazakstan. Di Kazakstan, kampus ini sangat kondang, tapi jangan bandingkan dengan Harvard.

"Saat aku mengerjakan proyek riset, aku baru sadar semua artikel riset yang aku cari harus dibeli. Aku mahasiswa di Kazakstan dan kampus kami tak berlangganan satu jurnal pun," kata Alexandra kepada TorrentFreak. Dan membayar US$ 30 atau Rp 400 ribu per satu artikel terang kelewat mahal bagi mahasiswi seperti Alexandra. Apalagi yang dia butuhkan bukan cuma satu atau dua artikel, tapi puluhan hasil riset.

Foto: CBC

Biasanya mahasiswa atau peneliti yang tak punya akses ke jurnal atau tak cukup duit untuk membelinya lari ke Twitter. Mereka tinggal menulis #icanhazpdf dan mengharapkan kebaikan orang lain yang punya artikel itu mengirimkannya. Atau, dia bisa menghubungi penelitinya langsung dan "meminjam" salinan hasil risetnya. Cara "tradisional" ini jelas makan banyak waktu.

Alexandra pilih jalan tak biasa. Dia membajak semua jurnal yang dia butuhkan. Alexandra membuat situsSciHub.org, tempat peneliti lain bisa meminta artikel ilmiah yang dibutuhkan. Urusan selanjutnya, serahkan kepada Alexandra dan pengelola SciHub.org.

Dengan menggunakan akses pinjaman dari orang-orang yang "berbaik hati", Alexandra dan teman-temannya membajak puluhan juta judul artikel ilmiah dari penerbit-penerbit jurnal berbayar seperti Elsevier dan Wiley. Mereka menyimpan jutaan judul artikel itu di server SciHub.org dan Library Genesis alias LibGen.

Bak Robin Hood dari hutan Sherwood, yang merampok orang-orang kaya dan membagi-bagikannya kepada orang miskin, Alexandra membebaskan siapa pun mengunduh artikel di SciHub danLibGen. Gratis. Kini setiap hari ada ribuan orang yang memanfaatkan SciHub untuk riset.

Foto: E-Taxonomy

Ilmu pengetahuan, menurut Alexandra, mestinya tak dikuasai perusahaan-perusahaan tajir seperti Elsevier. "Semua orang harus bisa mengakses ilmu pengetahuan, tak peduli berapa penghasilan dan asalnya dari mana," kata Alexandra. "Bagiku, ide bahwa ilmu pengetahuan bisa dikuasai oleh segelintir perusahaan merupakan ide yang aneh.... Aku pikir model bisnis seperti Elsevier merupakan bisnis ilegal."

Gadis itu tentu sangat paham risiko "mencuri" artikel ilmiah dari Elsevier dan penerbit jurnal lainnya. Pertengahan tahun lalu, Elsevier menggugat Alexandra dan SciHub.org ke Pengadilan New York. Buntutnya, alamat SciHub.org diblokir.

Tapi Alexandra tak keder, apalagi surut, hanya gara-gara gugatan perusahaan asal Belanda itu. SciHub.org sudah pindah ke alamat SciHub.io, alamat yang tak bisa dijangkau hukum Amerika. Demi SciHub, Alexandra juga sudah melepas pekerjaannya sebagai peneliti di Belanda. Untuk menghindar dari kejaran hukum, dia tak pernah menginjakkan kaki kembali di negara-negara Eropa.

Foto: RLUK

"Terima kasih atas gugatan Elsevier, sehingga mendorong aku sampai ke titik yang tak mungkin berbalik lagi.... Kami harus menang melawan Elsevier dan penerbit jurnal lain untuk membuktikan bahwa apa yang mereka kerjakan benar-benar salah. Dan kami tak akan berhenti untuk menyebarkan ilmu pengetahuan," kata Alexandra kepada Nature.

Harry Whitaker, pemimpin redaksi jurnalLingua yang diterbitkan oleh Elsevier, membela model bisnis perusahaan-perusahaan penerbit jurnal. Keuntungan yang diperoleh perusahaan seperti Elsevier, menurut Harry, dibutuhkan untuk mengembangkan jurnal-jurnal ilmiah dan menjamin keberlangsungan hidup jurnal itu. "Makanya aku mendukung perusahaan-perusahaan yang mengambil untung dari jurnal," kata Harry kepada The Atlantic.


Hanya Satu Kata: Boikot!

"Dunia sains harus memutuskan hubungan dengan tirani penerbit jurnal-jurnal."

Foto: Thinkstock

Selasa, 23 Februari 2016

Bagi para ilmuwan, jurnal kondang seperti Nature, Cell, Lancet, atauScience ibarat etalase mal kelas satu di kota-kota besar dunia. Sekali namanya terpajang di jurnal-jurnal kondang itu, nama dan gengsinya akan naik berlipat-lipat.

Tapi ini adalah jurnal ilmiah, bukan tempat memajang tas atau menggantung busana di toko atau mal. Yang jadi soal, Randy Schekman, penerima Hadiah Nobel Kedokteran pada 2013, menuding perusahaan-perusahaan penerbit jurnal mengelola media ilmiah itu seperti pemilik merek fashion.

"Mereka memermak habis mereknya demi menggenjot jumlah pelanggan jurnal ketimbang mendorong kemajuan penelitian ilmiah," Randy menulis kritik di Guardian terhadap raksasa penerbit jurnal, seperti Elsevier, Wiley & Sons, dan Springer, beberapa waktu lalu. "Seperti perancang busana yang sengaja hanya membuat baju atau tas dalam jumlah terbatas, perusahaan itu paham betul bahwa kelangkaan akan mendongkrak permintaan.... Dunia sains harus memutuskan hubungan dengan tirani penerbit jurnal-jurnal itu."

Foto: Guardian

Makin sedikit yang dimuat, makin banyak yang ditolak, makin tinggi pula gengsi jurnal itu. Setiap tahun ada lebih dari 10 ribu artikel yang ditolak oleh dewan redaksi Nature atau Science. Jurnal Naturedikendalikan oleh anak perusahaan Springer Nature, sementara Lancet danCell diterbitkan oleh anak usaha Elsevier, perusahaan penerbit jurnal terbesar di dunia dari Belanda.

Ada lima perusahaan, menurut peneliti dari Sekolah Kepustakaan dan Ilmu Informasi, Universitas Montreal, Kanada, beberapa bulan lalu, yang menguasai lebih dari separuh penerbitan jurnal ilmiah di bidang kedokteran dan ilmu hayati. Bahkan, di bidang sosial, lima perusahaan terbesar mengendalikan 70 persen jurnal.

Foto: Sun

Namanya perusahaan, tentu fulus yang jadi tujuan utama mereka. Dan keuntungan yang dikeruk perusahaan-perusahaan penerbit jurnal ini, kata sang peneliti, Vincent Larivière, benar-benar gurih. Rata-rata perusahaan itu mendapat keuntungan hampir 40 persen dari total pendapatan. Bagaimana tidak untung besar jika kalkulator bisnisnya seperti ini.

"Dapat bahan mentahnya gratis, kontrol atas kualitasnya gratis, dan kemudian mereka menjualnya sangat mahal," kata Vincent kepada CBC. Para ilmuwan yang meneliti dan menulis artikel, juga ilmuwan lain yang menguji artikel itu, memang tak mendapat imbalan satu perak pun dari perusahaan penerbit jurnal. "Kami butuh jurnal itu hanya demi gengsi... dan sekarang mereka menjadi seperti oligarki."

Bukan cuma Randy Schekman dan Vincent yang kesal bukan main kepada Elsevier, Springer, Wiley, serta teman-temannya. Pada 1997, matematikawan asal Universitas California, Berkeley, Rob Kirby, menulis surat terbuka kepada Elsevier. Dia mengkritik habis ongkos berlangganan jurnal terbitan Elsevier yang kelewat mahal. Bersama teman-temannya, belakangan Kirby menerbitkan jurnal bebas akses, bisa dibaca siapa pun tanpa biaya.

Persis empat tahun lalu, giliran matematikawan kondang dari Universitas Cambridge, Inggris, Sir Timothy Gowers, yang menggalang boikot terhadap Elsevier, perusahaan penerbit jurnal yang dianggap paling "berdosa" dalam menghalangi penyebaran ilmu pengetahuan. Hingga hari ini, ada belasan ribu matematikawan yang mendukung boikot Gowers, di antaranya Terence Tao dari Universitas California, Los Angeles, dan Wendelin Werner dari ETH Zurich. Seperti halnya Gowers, mereka juga pemenang Medali Fields, penghargaan paling prestisius di kalangan jago-jago angka ini.

Timothy Gowers
Foto: Mozzochi

"Perlawanan" ilmuwan juga terjadi di dewan redaksi yang bekerja di jurnal milik Elsevier. Pada akhir Januari lalu, David Barner, profesor di Universitas California, San Diego, dan anggota dewan redaksi jurnal Cognition, bersama teman-temannya, menulis petisi kepada manajemen Elsevier menuntut pemangkasan ongkos langganan jurnal.

Beberapa bulan sebelumnya, seluruh anggota redaksi jurnal Lingua pamit mundur setelah Elsevier menolak memotong biaya publikasi. Supaya bisa digratiskan, Elsevier memasang ongkos US$ 1.800 atau Rp 24 juta bagi peneliti yang hendak mempublikasikan artikel diLingua. Redaksi Lingua minta angka itu dipangkas hingga tinggal seperempatnya.

Tapi toh bisnis Elsevier jalan terus. Menurut David Clark, Wakil Presiden Penerbitan Elsevier, mereka tak mungkin bisa menerima angka yang disodorkan dewan redaksi Lingua. "Kami tak mungkin bisa bertahan hidup dengan angka itu," kata Clark kepada The Atlantic. Makin laku satu jurnal, dia menuturkan, makin murah pula ongkos publikasi.

Penulis/Editor: Sapto Pradityo

KEBIASAAN-KEBIASAAN ORANG SUKSES

KEBIASAAN-KEBIASAAN ORANG SUKSES

Apakah anda termasuk golongan 100% orang sukses,70%, 50%, atau tidak masuk kriteria dibawah ini ?

Riset / observasi dari sekian banyak orang TERSUKSES dan KAYA DUNIA, punya kemiripan dalam kebiasaan sehari-hari.

• Orang Sukses TIDAK PERNAH menyebut uang sebagai simbol kesuksesan.

• Orang Sukses TIDAK PERNAH memulai hari tanpa rencana.

• Orang Sukses TIDAK MAU berada di lingkungan dengan pikiran yang negatif.

• Orang Sukses TIDAK MEMBIARKAN diri berlama-lama saat kecewa dan TIDAK Mendendam.

• Orang Sukses TIDAK MAU berlama-lama tenggelam dalam kegagalan.

• Orang Sukses TIDAK BERPIKIR bagaimana orang lain menanggapi dirinya.

• Orang Sukses TIDAK BERSEMBUNYI di balik alasan-alasan.

• Orang Sukses TIDAK MUDAH IRI dengan kesuksesan orang lain.

• Orang Sukses TIDAK PERNAH MENYEPELEKAN peran orang lain atas kesuksesannya.
I'm
• Orang Sukses TIDAK TAKUT adanya Kerugian.

• Orang Sukses TIDAK PERNAH berhenti belajar.

• Orang Sukses TIDAK TERJEBAK pada kesalahan di masa lalu.

• Orang Sukses TIDAK MEMBIARKAN DIRI tanpa tujuan yang jelas…FOKUS & KONSISTEN.

• Orang Sukses TIDAK MENGIZINKAN diri terintimidasi oleh hal di luar diri mereka.

• Orang Sukses TIDAK MELUPAKAN pada orang yg telah memberikan JALAN AWAL dan kesempatan hingga pada hari ini mereka BERHASIL dan mengucap terima kasih atas pencapaian yang telah mereka terima

• Orang Sukses TIDAK Cepat BERPUAS DIRI, Merasa Diri Benar dan Besar

• Orang Sukses TIDAK Memendam atas Permasalahan yang ada, terbuka dan apa adanya

• Orang Sukses TIDAK Memutus Silaturahmi terhadap Kompetitor Bisnis, karena suatu saat akan membutuhkan Peran Serta Orang lain

• Orang Sukses TIDAK Menutup Diri, terhadap hal-hal baru dan mau berkembang

• Orang Sukses TIDAK Memikirkan diri sendiri

• Orang Sukses suka membaca tulisan seperti yang anda baca sekarang ini karena anda punya banyak waktu utk membaca πŸ˜ƒπŸ‘πŸ™.

Kopi di Dinding Venesia

Sebuah Renungan untuk kita : Bacaan menarik selagi makan siang.
KOPI di DINDING Venesia, Italia
Sepasang wisatawan asyik menikmati kopi di sebuah kafe terkenal di Venesia, Italia. Tak lama kemudian, datanglah seorang pria paruh baya, duduk di salah satu meja kosong. Ia memanggil pramusaji dan memesan,"Kopi 2 cangkir. Yang 1 utk di dinding".
Wisatawan merasa heran mendengar kalimat tersebut. Apalagi sang pria kemudian hanya disuguhi 1 cangkir kopi, namun ia membayar utk 2 cangkir.
Segera setelah pria tersebut pergi, si pramusaji menempelkan selembar kertas kecil bertuliskan "Segelas Kopi" di dinding kafe.
Suasana kafe kembali hening. Tak lama kemudian masuklah dua orang pria. Kedua pria tersebut pesan 3 cangkir kopi. Dua cangkir di meja, satu lagi utk di dinding. Mereka membayar tiga cangkir kopi sebelum pergi.

Lagi-lagi setelah itu pramusaji melakukan hal yg sama, menempelkan kertas bertulis "Segelas Kopi" di dinding.
Pemandangan aneh di kafe sore itu membuat wisatawan heran. Mereka meninggalkan kafe dg menyimpan pertanyaan atas kejadian ganjil yg disaksikannya, namun tidak sempat mengajukan pertanyaan, apa maksud kopi di dinding.

Minggu berikutnya, mereka mampir kembali di kafe yg sama. Mereka melihat, seseorang lelaki tua masuk ke dalam kafe. Pakaiannya kumal dan kotor. Setelah duduk ia melihat ke dinding dan berkata kepada pelayan, "Satu cangkir kopi dr dinding".

Pramusaji segera menyuguhkan segelas kopi. Setelah menghabiskan kopinya, lelaki lusuh tadi lantas pergi tanpa membayar. Tampak si pramusaji menarik satu lembar kertas dr dinding tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah.

Pertanyaan wisatawan itu terjawab sudah. Begini rupanya cara penduduk kota ini menolong sesamanya yg kurang beruntung dengan tetap  menaruh respek kepada orang yg ditolongnya. Kaum papa bisa menikmati secangkir kopi tanpa perlu merendahkan harga diri utk mengemis secangkir kopi. Bahkan mereka pun tidak perlu tahu siapa yang "mentraktirnya". Suatu tatanan hidup bermasyarakat yg amat menyentuh, dan mengharukan.

kita tidak bisa hidup lebih baik tanpa memberi dan menerima cinta, perhatian, dan bantuan dr orang lain.

Secangkir kopi di dinding adalah wujud cinta yang ikhlas kepada kaum papa, tanpa menyikapi kaum papa dengan cara arogan: aku memberi kepadamu.

Tidak penting seberapa banyak kita sdh memberi. Lebih penting adalah bagaimana kita memberi.