28 Okt 2009

Biar daun itu menjadi saksi

Di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh.
Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu.

Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.

Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras.
Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan epadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu.

Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepada beliau."

edited from : "Rindu Rosul" , Penerbit Rosda Bandung

oOo
Kisah ini saya selalu membuat bulu kuduk saya merinding.Dan mata saya basah

Perempuan tua itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Subhanalloh wa lillahi hamd..

oOo

Diriwayatkan dari Anas bahwa ada seorang lelaki yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Kapankah kiamat terjadi wahai Rasulullah?" Beliau balik bertanya: "Apakah yang telah engkau persiapkan?" Dia menjawab, "Aku tidak mempersiapkan banyak shalat dan puasa, serta shadaqah, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda, "Engkau akan bersama orang yang engkau cintai." (Mutafaq álaih )
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

26 Okt 2009

Memahami Perjuangan Pangeran Diponegoro

Memahami Perjuangan Pangeran Diponegoro

Oleh: Dr. Adian HusainiPada jurnal Islamia-Republika, edisi 15 Oktober 2009, dimuat sebuah artikel menarik berjudul "Diponegoro Pangeran Santri Penegak Syariat". Artikel itu ditulis oleh Ir. Arif Wibowo, mahasiswa Magister Pemikiran Islam-Universitas Muhammadiyah Surakarta. Artikel itu membuka kembali wacana penting dalam penulisan sejarah Islam di Indonesia bahwa Pangeran Diponegoro bukanlah pahlawan nasional yang berjuang melawan Belanda semata-mata karena urusan tanah atau tahta. Tapi, Pangeran Diponegoro adalah pahlawan Islam, bangsawan Jawa yang mendalami serius agama Islam, dan kemudian melawan penjajah Belanda dengan semangat jihad fi sabilillah. Diponegoro adalah sosok pahlawan yang berani meninggalkan tahta dan kenikmatan duniawi demi mewujudkan sebuah cita-cita luhur, tegaknya Islam di Tanah Jawa.Berikut ini kita sajikan secara utuh tulisan yang menarik tentang Diponegoro tersebut.Pangeran Diponegoro lahir pada 1785. Ia putra tertua dari Sultan Hamengkubuwono III (1811 – 1814). Ibunya, Raden Ayu Mangkarawati, keturunan Kyai Agung Prampelan, ulama yang sangat disegani di masa Panembahan Senapati mendirikan kerajaan Mataram. Bila ditarik lebih jauh lagi, silsilahnya sampai pada Sunan Ampel Denta, seorang wali Sanga dari Jawa Timur. Dalam bukunya, Dakwah Dinasti Mataram, Dalam Perang Dipnegoro, Kyai Mojo dan Perang Sabil Sentot Ali Basah, Heru Basuki menyebutkan, bahwa saat masih kanak-kanak, Diponegoro diramal oleh buyutnya, Sultan Hamengkubuwono I, bahwa ia akan menjadi pahlawan besar yang merusak orang kafir. Heru Basuki mengutip cerita itu dari Louw, P.J.F – S Hage – M nijhoff, Eerstee Deel Tweede deel 1897, Derde deel 1904, De Java Oorlog Van 1825 – 1830 door, hal. 89.Suasana kraton yang penuh intrik dan kemerosotan moral akibat pengaruh Belanda, tidak kondusif untuk pendidikan dan akhlak Diponegoro kecil yang bernama Pangeran Ontowiryo. Karena itu, sang Ibu mengirimnya ke Tegalrejo untuk diasuh neneknya, Ratu Ageng di lingkungan pesantren. Sejak kecil, Ontowiryo terbiasa bergaul dengan para petani di sekitarnya, menanam dan menuai padi. Selain itu ia juga kerap berkumpul dengan para santri di pesantren Tegalrejo, menyamar sebagai orang biasa dengan berpakaian wulung.Bupati Cakranegara yang menulis Babad Purworejo bersama Pangeran Diponegoro pernah belajar kepada Kyai Taftayani, salah seorang keturunan dari keluarga asal Sumatera Barat, yang bermukim di dekat Tegalrejo. Menurut laporan Residen Belanda pada tahun 1805, Taftayani mampu memberikan pengajaran dalam bahasa Jawa dan pernah mengirimkan anak-anaknya ke Surakarta, pusat pendidikan agama pada waktu itu. Di Surakarta, Taftayani menerjemahkan kitab fiqih Sirat AlMustaqim karya Nuruddin Ar Raniri ke dalam bahasa Jawa. Ini mengindikasikan, Diponegoro belajar Islam dengan serius. (Dr. Kareel A. Steenbrink, 1984, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Penerbit Bulan Bintang Jakarta hal. 29).Dalam Babad Cakranegara disebutkan, adalah Diponegoro sendiri yang menolak gelar putra mahkota dan merelakan untuk adiknya R.M Ambyah. Latar belakangnya, untuk menjadi Raja yang mengangkat adalah orang Belanda. Diponegoro tidak ingin dimasukkan kepada golongan orang-orang murtad. Ini merupakan hasil tafakkurnya di Parangkusuma. Dikutip dalam buku Dakwah Dinasti Mataram: "Rakhmanudin dan kau Akhmad, jadilah saksi saya, kalau-kalau saya lupa, ingatkan padaku, bahwa saya bertekad tak mau dijadikan pangeran mahkota, walaupun seterusnya akan diangkat jadi raja, seperti ayah atau nenenda. Saya sendiri tidak ingin. Saya bertaubat kepada Tuhan Yang Maha Besar, berapa lamanya hidup di dunia, tak urung menanggung dosa (Babad Diponegoro, jilid 1 hal. 39-40).Perang besarDalam bukunya, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Kareel A. Steenbrink, mencatat, sebagian besar sejarawan menyepakati bahwa perang Diponegoro lebih bersifat perang anti-kolonial. Beberapa sebab itu antara lain: 1. Wilayah kraton yang menyempit akibat diambil alih Belanda, 2. Pemberian kesempatan kepada orang Tionghoa untuk menarik pajak, 3. Kekurangadilan di masyarakat Jawa, 4. Aneka intrik di istana, 5. Praktek sewa perkebunan secara besar-besaran kepada orang Belanda, yang menyebabkan pengaruh Belanda makin membesar, 6. Kerja paksa bukan hanya untuk kepentingan orang Yogyakarta saja, tetapi juga untuk kepentingan Belanda.Namun menurut Louw, sebab-sebab sosial ekonomis tadi dilandasi oleh alasan yang lebih filosofis, yaitu jihad fi sabilillah. Hal ini diakui oleh Louw dalam De Java Oorlog Van 1825-1830, seperti dikutip Heru Basuki: "Tujuan utama dari pemberontakan tetap tak berubah, pembebasan negeri Yogyakarta dari kekuasaan Barat dan pembersihan agama daripada noda-noda yang disebabkan oleh pengaruh orang-orang Barat."Hal ini tampak dari ucapan Pangeran Diponegoro kepada Jendral De Kock pada saat penangkapannya. "Namaningsun Kangjeng Sultan Ngabdulkamid. Wong Islam kang padha mukir arsa ingsun tata. Jumeneng ingsun Ratu Islam Tanah Jawi" (Nama saya adalah Kanjeng Sultan Ngabdulkhamid, yang bertugas untuk menata orang Islam yang tidak setia, sebab saya adalah Ratu Islam Tanah Jawa). (Lihat, P. Swantoro, Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu, (2002)).Kareel A Steenbrink menyebutkan, pemikiran dan kiprah Pangeran Diponegoro menarik para ulama, santri dan para penghulu merapat pada barisan perjuangannya. Peter Carey dalam ceramahnya berjudul Kaum Santri dan Perang Jawa pada rombongan dosen IAIN pada tanggal 10 April 1979 di Universitas Oxford Inggris menyatakan keheranannya karena cukup banyak kyai dan santri yang menolong Diponegoro. Dalam naskah Jawa dan Belanda, Carey menemukan 108 kyai, 31 haji, 15 Syeikh, 12 penghulu Yogyakarta, dan 4 kyai guru yang turut berperang bersama Diponegoro.Bagi sebagian kalangan, ini cukup mengherankan. Sebab, pasca pembunuhan massal ulama dan santri oleh Sunan Amangkurat I tahun 1647, hubungan santri dengan kraton digambarkan sangat tidak harmonis. Namun Pangeran Diponegoro yang merupakan keturunan bangsawan dan ulama sekaligus, berhasil menyatukan kembali dua kubu tersebut.Paduan motivasi agama dan sosial ekonomi ini menyebabkan Perang Diponegoro menjadi perang yang sangat menyita keuangan pemerintah kolonial, bahkan hampir membangkrutkan negeri Belanda. Korban perang Diponegoro: orang Eropa 8.000 jiwa, orang pribumi yang di pihak Belanda 7.000 jiwa. Biaya perang 20 juta gulden. Total orang Jawa yang meninggal, baik rakyat jelata maupun pengikut Diponegoro 200.000 orang. Padahal total penduduk Hindia Belanda waktu itu baru tujuh juta orang, separuh penduduk Yogyakarta terbunuh.Data ini menunjukkan, dahsyatnya Perang Diponegoro dan besarnya dukungan rakyat terhadapnya. Oleh bangsa Indonesia, Pangeran Diponegoro yang dikenal dengan sorban dan jubahnya, kemudian diakui sebagai salah satu Pahlawan Nasional, yang sangat besar jasanya bagi bangsa Indonesia. Louw dalam De Java Oorlog Van 1825 – 1830, menulis: "Sebagai seorang yang berjiwa Islam, ia sangat rajin dan taqwa sekali hingga mendekati keterlaluan. "Demikianlah artikel penting yang ditulis Saudara Arif Wibowo tentang Pangeran Diponegoro. Informasi tentang Diponegoro tersebut perlu diajarkan di sekolah-sekolah kita, khususnya sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan Islam. Saya masih menemukan banyak sekolah Islam yang masih mengajarkan cerita tentang Diponegoro yang keliru dan tidak menggambarkan Diponegoro sebagai seorang pahlawan Islam. Seolah-olah Diponegoro berjuang melawan Belanda hanya karena urusan duniawi.Kita berharap, pengelola lembaga pendidikan Islam, juga para orang tua bersedia meneliti buku-buku pelajaran anak-anaknya, agar tidak menyimpang dari ajaran Islam dan fakta yang sebenarnya.Cobalah bertanya kepada anak-anak kita, apakah mereka memahami bahwa Islam masuk ke Indonesia adalah dibawa oleh para pedagang dari Gujarat India. Padahal, teori buatan Snouck Hurgronje itu sudah lama dijawab oleh para ulama dan sejarawan Muslim. Para pendakwah Islam di wilayah Nusantara ini bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka adalah para pendakwah yang datang dari negeri Arab yang serius mendakwahkan Islam; bukan sekedar pekerjaan sambilan dari pekerjaan utama, yaitu berdagang.Dalam berbagai kesempatan bertemu dengan lembaga-lembaga pendidikan, saya mengajak para pimpinan dan guru-gurunya, agar serius memperhatikan pelajaran sekolah anak-anaknya. Suatu ketika anak saya menyodori sebuah soal pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VI Sekolah Dasar dari suatu sekolah Islam terkenal. Salah satu soalnya menceritakan bahwa ada seorang anak yang rumahnya jauh dari rumah. Setelah pulang sekolah ia harus membantu ibunya berjualan sampai Magrib. Usai shalat Magrib, dia masih harus mengaji, sehingga esoknya di sekolah dia kecapekan dan mengantuk.Soal semacam ini seyogyanya tidak diberikan kepada anak didik, apalagi di sekolah Islam. Mestinya diajarkan bahwa meskipun anak tersebut rumahnya jauh, harus membantu orang tuanya berjualan, dan juga harus mengaji, tetapi si anak tetap dapat meraih prestasi dengan baik di sekolahnya. Faktanya, tidak sedikit anak-anak berprestasi di sekolahnya justru anak-anak yang suka belajar dan bekerja keras, meskipun berada dalam kondisi kehidupan yang tidak mudah.Itulah pentingnya lembaga-lembaga pendidikan Islam melakukan perbaikan terhadap guru-guru dan kurikulum serta buku-buku pelajarannya. Kita berharap, dari sekolah-sekolah itulah akan lahir anak didik yang beradab. Yakni, anak didik yang mampu memandang dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya sesuai derajat yang ditentukan Allah SWT.Seorang Pangeran Diponegoro harus diletakkan secara terhormat sebagai pahlawan pejuang agama Allah. Era reformasi dan keterbukaan harusnya mampu dimanfaatkan sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan Islam untuk merevisi, dan kalau perlu merombak, buku-buku pelajaran yang selama ini diajarkan kepada anak didik mereka.Pelajaran sejarah sangat penting diberikan dengan mengungkap fakta dan perspektif yang benar untuk membentuk persepsi dan sikap hidup. Ketekunan, keikhlasan, kezuhudan, dan semangat jihad Pangeran Diponegoro seharusnya dipaparkan dengan benar kepada anak didik sehingga mereka tergerak untuk mengambil hikmah dan meneladani sang pahlawan Islam tersebut.

[Jakarta, 17 Oktober 2009/www.hidayatull ah.com]

Catatan Akhir Pekan [CAP] adalah hasil kerjasama antara Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah. com
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

20 Okt 2009

Nasehat Ali ra

Ali bin Abi Thalib Menasehatkan : DOSA terbasar adalah KETAKUTAN,
REKREASI terbaik adalah BEKERJA,
MUSIBAH terbesar adalah KEPUTUSASAAN,
KEBERANIAN terbesar adalah KESABARAN,
GURU terbaik adalah PENGALAMAN,
MISTERI terbesar adalah KEMATIAN,
KEHORMATAN terbesar adalah KESETIAAN,
KARUNIA terbesar adalah ANAK YANG SHALIH,
SUMBANGAN terbesar adalah BERPARTISIPASI, DAN
MODAL terbesar adalah KEMANDIRIAN


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Hari-hari

Hari-hari adalah lembaran baru untuk goresan amal perbuatan, Jadikanlah hari - harimu sarat dengan amalan yang terbaik, Karena kesemapatan itu akan lenyap secepat perjalanan awan, dan yang menunda - nunda pekerjaan tanda orang yang merugi, dan barang siapa bersampan kemalasan ia akan tenggelam bersamanya". (Ibnul Jauzy)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

12 Okt 2009

[Pri-News] Oktober 2009 - Mulai Advokasi Warga

Assalamualaikum wrwb.

Alhamdulillah dan salawat kepada Rasul saw.
Alhamdulillah, memasuki bulan kedua sebagai aleg, sambil tetap belajar segala sesuatu, kami dapat secara langsung mendengar dan menindaklanjuti keluhan warga depok. Beberapa kegiatan di awal oktober ini kami sampaikan sbb.

1. Tanggal 3 oktober kami menghadiri acara halal bi halal warga kukusan di rumah pradi supriatna tokoh beju. Beberapa pejabat depok dan ratusan warga kukusan yang hadir mengungkapkan keinginannya agar silaturahim antar warga depok semakin kuat dan kokoh. Acara ini dihadiri wakil walikota, kapolres, dandim dan beberapa tokoh lain.

2. Konsolidasi dg struktur dpc cimanggis dilakukan pada 4 okt 2009 di ppsd. Acara ini dihadiri oleh para ketua dpra atau wakilnya, lengkap sebanyak 13 dpra. Alhamdulillah, ada kesamaan persepsi dan motivasi utk memperkuat komunikasi struktur bersama aleg sebagai pendamping, dg masyarakat dan tokoh2nya.

3. Pada senin tanggal 5 oktober 2009 kami menerima utusan warga kampung lio yang mengadukan masalah penutupan pintu lintasan menuju balaikota oleh pemkot. Setelah dialog, kami langsung melakukan pengecekan ke lapangan. Esoknya tanggal 6 oktober kami memanggil pihak pemkot untuk mengetahui rencana pemkot terkait pintu lintasan tsb. Hasil pertemuan sementara, pemkot akan melakukan komunikasi dg warga sekitar pintu lintasan untuk memberikan pemahaman tentang situasi yang ada. Intinya, pemkot ingin melindungi warganya yang suka melintas rel KA, yang dilarang menurut UU, menuju balaikota melalui pintu lintasan tsb.

4. Pada selasa 6 oktober fraksi PKS mendapatkan taujih yang sangat menyentuh dari ust muhsinin fauzi tentang tazkiyatun nafs. Semoga bisa membangun kesadaran dan motivasi yang semakin kuat untuk menjadikan semua kerja-kerja dewan ini sbg dakwah yang ikhlas karena Allah semata, bukan untuk materi dan popularitas, serta bisa istiqomah dalam menjalankannya.

5. Rabu 7 oktober 2009 fraksi PKS diundang radio cemerlang untuk melakukan talkshow live. Alhamdulillah acara berlangsung lancar. Ada beberapa pendengar yang mengirim sms pengaduan kondisi di masyarakat. Ada beberapa juga yang langsung menelpon untuk berdialog.

6. Selesai talkshow di radio cemerlang, kami bersama ust muhammad said, mendatangi pedagang dan pengelola pasar pal, terkait rencana penggusuran beberapa kios yang terletak di sempadan kali baru. Kami mendengarkan dan meninjau kondisi lapangan secara langsung. Mereka menghendaki agar diberikan tempo beberapa bulan untuk mencari tempat baru, jika terpaksa mereka tidak dapat terus berdagang di tempat tersebut. Esoknya kami langsung menghubungi pihak pemkot, dan minta agar dapat memenuhi keinginan para pedagang. Pada prinsipnya para pedagang memahami kondisi dan peraturan yang berlaku, namun mereka minta diberi waktu cukup untuk mencari tempat baru. Kami akan terus mencari solusi yang terbaik bagi semua pihak, dengan meminimalkan resiko dan pengorbanan.

7. Pada hari yang sama, rabu 6 oktober, kami langsung menengok puskesmas tugu. Puskesmas ini kondisinya memprihatinkan dan sangat tidak layak. Kondisi fisik bangunan sudah agak rapuh, ditambah kiriman banjir yang selalu datang saat hujan besar. Bangunan ini sudah dianggarkan untuk direnovasi pada 2010. Beberapa saat ke depan, untuk sementara, puskesmas tugu akan dipindahkan ke kelapa dua. Mereka berharap kami dapat mengawal anggaran perbaikan puskesmas tersebut, karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak.

8. Pada kamis, 8 oktober 2009 kami menghadiri acara halal bi halal bersama walkota dan jajaran pemkot, serta dihadiri tokoh masyarakat. Ratusan orang menghadiri acara tersebut.

9. Pada ahad 11 oktober kami menghadiri acara halal bi halal kader cimanggis di cibubur.

10. Di samping berbagai kegiatan ke masyarakat, kami juga sedang menyiapkan beberapa konsep tulisan mengenai berbagai problema yang dihadapi depok. Dengan konsep dan gagasan ini diharapkan dapat memunculkan inspirasi untuk menuju depok yang lebih baik.

Kalau ada hal-hal yang terkait dengan program-program pembangunan di depok yang perlu dibantu atau diadvokasi, mohon jangan ragu untuk menginformasikan kepada kami.

Sekali lagi, mohon doa dari sahabat sekalian agar kami dapat mengemban amanah ini dg ikhlas dan tetap istiqomah.

Trimakasih dan jazakumullah khairan katsira..

Wassalamualaikum wrwb.


Prihandoko
(pri@prihandoko.com)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

10 Okt 2009

Mengharapkan Rahmat Allah

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Abu Hurairah r.a. berkata: "Saya telah mendengar Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Allah telah menjadikan rahmat dalam seratus
bahagian, maka ditahan pada-Nya yang sembilan puluh sembilan dan
diturunkan dibumi satu bahagian, maka dengan satu bahagian
itumasing-masing makhluk berkasih sayang sehingga kuda mengangkat
kakinya kerana khuatir memijak anaknya."

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari
Alhasan berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah
mempunyai seratus rahmat, diturunkan kebumi hanya satu rahmat untuk
penduduk dunia, maka mencukupi hingga habis ajal mereka, dan Allah
akan mencabut rahmat itu yang satu pada hari kiamat untuk mengenapkan
pada yang sembilan puluh sembilan, untuk diberikannya kepada para wali
dan ahli taat kepada-Nya."

Abul-Laits berkata: "Rasulullah s.a.w. telah
menerangkan kepada kaum mukmin rahmat Allah s.w.t. supaya mereka
bersyurkur kepada yang telah memuliakan mereka dengan rahmat-Nya dan
rahmat amal soleh, sebab siapa yang mengharapkan rahmat Allah s.w.t.
harus beramal mengikut petunjukNya untuk mencapai rahmatNya. Allah
s.w.t. berfirman:

"Inna rahmatallahi qaribun minal mukhsinin."

Yang bermaksud: "Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat pada
orang-orang yang berbuat baik."

"Faman kana yarju liqa'a rabbihi fal ya'mal amalan shaliha"

Yang bermaksud: "Maka siapa yang mengharap mendapat rahmat dan bertemu
kepada Tuhan-Nya, maka hendaklah beramal soleh."

Ibn Abbas r.a. berkata: "Ketika turun
ayat: "Warahmati wasi'at kulla syai'i." Yang bermaksud: "Rahmat-Ku
meliputi segala sesuatu.", maka iblis laknatullah menonjol-nonjolkan
diri sambil berkata: Saya termasuk dari sesuatu, tentu saya akan
mendapat bahagian dari rahmat-Nya." Demikian pula kaum Yahudi dan
Nashara (Kristien), kemudian diturunkan lanjutannya: "Fasa aktubua
lilladz ina yattaquna wayu'tunazzakat walladzina hum biayatina
yuminun." Yang bermaksud: "Maka Aku tetapkan rahmat-Ku pada
orang-orang yang taqwa, jaga-jaga diri dari syirik dan mengeluarkan
zakat, dan mereka percaya pada ayat-ayat Kami."

Iblis laknatullah patah harapan untuk
mendapat rahmat tetapi Yahudi dan Nashara merasa tidak syirik dan
sudah mengeluarkan zakat dan percaya pada kitab Allah s.w.t. Kemudian
turun ayat lajutannya: "Alladzina yattabi Uunarsulan nabiyyal ummiya."
Yang bermaksud: "Ialah mereka yang mengikuti rasul nabi yang ummi
yaitu Nabi Muhammad s.a.w." Sampai disini kaum Yahudia dan Nashara
putus dari rahmat Allah s.w.t. Oleh sebab itu maka kewajipan utama
bagi tiap-tiap orang mukmin memuji syurkur kepada Allah s.w.t. atas
kurniaan nikmat iamn yang diberikan Allah s.w.t. kepadanya, disamping
mengharapkan semoga segala dosa-dosanya diampunkan oleh Allah s.w.t.

Yahya bin Mu'adz Arrazi dalam doanya
berkata: "Ya Allah, Engkau telah menurunkan satu rahmat dan memuliakan
kami dengan rahmat beragama Islam, apabila melengkapkan rahmat yang
merata, bagaimana kami tidak akan mengharapkan pengampunan-Mu."

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Abu Said Al-khudri r.a. berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Ada seorang masuk syurga tanpa amal kebaikan, hanyaketika ia akan
mati berpesan kepada keluarganya: "Jika saya meninggal bakar mayatku
dan tumbuk tulang-tulangku sampai halus kemudian abunya taburkan
separuh didarat dan separuh dilaut, maka ketika mati, dilaksanakan
wasiatnya. Maka Allah menyuruh darat dan laut supaya mengumpulkan
abunya, kemudian ketika ditanya: "Mengapa kau berbuat sedemikian itu?"
Jawabnya: "Kerana takut kepadaMu Tuhan. Maka Allah mengampunkan
baginya kerana takutnya kepada Tuhan itu."

Abul-Laits meriwayatkan dari Athaa' dari
seorang sahabat Rasulullah s.a.w. berkata: "Rasulullah s.a.w. datang
kepada kami sedang kami tertawa. Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Apakah kamu tertawa sedang api neraka menanti dibelakangmu. Demi
Allah, saya tidak senang melihat kamu tertawa." Maka Rasulullah s.a.w.
pergi membelakangi kami, sedang kami diam, seolah-oalh ada burung
diatas kepala kami, kemudian kembali berjalan mundur kepada kami lalu
bersabda: "Allah telah berfirman: "Nabbi'ibadi anni anal ghafuruuahim,
wa anna adzabi huwal adzabul aliem" Yang bermaksud: "Mengapa kau
mematahkan hati hambaKu, beritakan kepada mereka hambaKu bahawa Aku
maha mengampun dan penyayang dan siksaKu, siksa yang sangat pedih."

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Abdullah bin Amr Al-ash berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya bagi Allah tidak ada dosa yang tidak dapat
diampunkannya, ada pada ummat yang sebelum kamu seorang yang telah
membunuh sembilan puluh sembilan orang kemudian pergi kepada pendeta
dan berkata: "Saya telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, apakah
ada jalan bagiku untuk bertaubat?" Jawab pendeta: "Tidak ada, sebab
perbuatanmu sudah melampaui batas." Maka segera ia berdiri dan
langsung membunuh pendeta itu sehingga genap yang dibunuh seratus
orang. Kemudian pergi ke pendeta yang lain dan berkata: "saya telah
membunuh seratus orang, apakah ada jalan bagiku untuk bertaubat?"
Jawab pendeta itu: "Sebenarnya perbuatan mu sudah melampau dan saya
tidak mengetahui, hanya disana ada dua dusun, yang satu bernama Bushro
dan penduduknya orang-orang baik yang selalu mengerjakan amal ahli
syurga, sedang yang lain bernama Kafrah, penduduknya hanya berbuat
derhaka melakukan amal ahli neraka, maka bila kamu pergi ke Bushro dan
mengikuti amal perbuatan mereka, maka jangan ragu bahawa taubat mu
akan diterima." Maka pergilah ia ke Bushro, dan ketika ia ditengah
jalan jatuh mati, maka bertengkarlah Malaikat Siksa dan Malaikat
Rahmat, sehingga bertanya kepada Tuhan. Maka disuruh: "Ukur saja maka
kedusun mana ia lebih dekat, masukkan ia kegolongan penduduknya."
Tiba-tiba terdapat ia lebih dekat kedusun Bushro sekadar ujung jari,
maka ia tercatat dari golongan penduduknya."

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Abdullah bin Mas'ud berkata: "Tiga macam yang saya berani
bersumpah sedang yang keempat bila saya bersumpah pasti benar:

Allah s.w.t. tidak akan memelihara seseorang didunia, kemudian
diserahkan kepada lainNya dihari kiamat.

Allah s.w.t. tidak akan menyamakan orang yang mempunyai bahagian dalam
Islam dengan yang tidak mempunyai bahagian.

Tidak seorang yang cinta pada suatu kaum, melainkan akan berkumpul
dengan mereka pada hari kiamat.

Allah s.w.t. tidak menutupi hamba didunia melainkan pasti akan
menutupinya diakhirat.

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Ibn Mas'ud r.a. berkata: "Empat ayat surah Annisaa' bagi kaum
muslimin lebih baik dari dunia seisinya."

Ayatnya ialah:

Innallaha laa yagh firu an yusy roka bihi wayagh firu maa duna dzalika
liman yasaa'u waman yusy rik billahi faqad iftara itsman adziima. Yang
bermaksud: Allah tidak akan mengampuni pada orang yang syirik dan
dapat mengampuni selain itu bagi siapa yang dikehendaki, dan siapa
yang syirik (mempersekutukan Tuhan) maka ia telah berbuat dosa yang
sangat besar.

Walau annahum idz dhalamu anfusahum jauka fas taghfarullaha was
taghfara lahumurraluuhu lawajadullaha tawwaba rahima. Yang bermaksud:
Andaikan ketika mereka berbuat zalim itu datang kepadamu (Nabi
Muhammad s.a.w.), lalu minta ampun kepada Allah dan dimintakan ampun
oleh Rasulullah, pasti mereka akan mendapatkan Allah itu maha
pengampun lagi penyayang.

In taj tani bu kabaa ira maa tunhauna anhu nukaffir ankum sayyi
aatikum wanud khilkum mud kholan kariima. Yang bermaksud: Jika kamu
meninggalkan dosa-dosa yang besar yang telah dilarang, maka Allah akan
mengampunkan dosa-dosamu yang kecil-kecil dan memasukkan kamu dalam
tempat yang mulia.

Waman ya mal suu'a au yadh lim nafsahu tsumma yas tagh firillaha
yajidillaha ghafuu ra rahima. Yang bermaksud: Dan siapa berbuat
kejahatan atau menganiaya diri sendiri kemudian membaca istighfar
(minta ampun) kepada Allah, pasti akan mendapatkan Allah maha
pengampun dan penyayang.

Jabir bin Abdillah An-Anshari r.a. berkata:
"Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Syafaatku untuk orang-orang yang
berdosa besar dari ummatku, siapa yang mendustakannya tidak akan
mencapainya." Jabir r.a. berkata: "Orang yang tidak berdosa besar
tidak memerlukan syafaat sebagaimana ayat ketiga diatas."

Muhammad bin Almunkadir dari Jabir r.a.
berkata: "Nabi Muhammad s.a.w. keluar kepada kami dan bersabda:
"Malaikat Jibril tadi datang kepadaku dan berkata: "Ya Muhammad, demi
Allah yang mengutuskan mu sebagai nabi yang besar, sesungguhnya ada
seorang hamba Allah yang beribadat selama lima ratus tahun diatas
sebuah bukit yang lebar, panjangnya tiga puluh hasta kali tiga puluh
hasta dan dikelilingi oleh laut seluas empat ribu farsakh dari tiap
penjuru, disitu Allah s.w.t. mengeluarkan sumber air yang segar
selebar satu jari dari bawah bukit, juga pohon delima pada tiap hari
berbuah sebuah delima, maka bila siang hari turunlah orang itu untuk
wuduk dan memetik delima, lalu dimakannya, kemudian berdiri sembahyang
dan ia minta kepada Tuhan supaya dimatikan dalam sujud, dan supaya
badannya tidak disentuh bumi atau lain-lainnya hingga bangkit dihari
kiamat sambil sujud, maka Allah s.w.t. telah menerima permintaannya,
kerana itu tiap kami naik turun dari langit selalu melaluinya ia
sedang sujud. Jibril berkata: "Kami dapat dalam ilmu, bahawa ia akan
dibangkitkan pada hari kiamat dan dihadapkan kepada Allah s.w.t. ,
lalu Allah s.w.t. menyuruh: "Masukkanlah hambaKu itu kedalam syurga
dangan rahmatKu." Maka berkata orang itu: "Dengan amalku." Maka Allah
s.w.t. menyuruh Malaikat supaya menghitung semua amalnya dan nikmatKu
iaitu nikmat melihat (penglihatan), tiba-tiba nikmat penglihatan itu
telah mengelilingi ibadatnya selama lima ratus tahun, sedang
nikmat-nikmat Allah s.w.t. yang lain-lainnya belum. Maka Allah s.w.t.
berfirman: "Masukkan ia kedalam neraka." dan ketika ditarik menuju
keneraka, ia berkata: "Masukkanlah aku kedalam syurga dengan
rahmatMu."

Maka Allah s.w.t. berfirman kepada
Malaikat: "Kembalikanlah ia." Lalu ditanya oleh Allah s.w.t.:
"Hambaku, siapa yang menjadikan kau daripada tidak ada?" Jawabnya:
"Engkau Tuhan." Lalu dutanya: "Apakah itu kerana amalmu atau
rahmatKu?" Jawabnya: "Dengan RahmatMu." Lalu ditanya: "Siapakah yang
memberi kekuatan kepadamu untuk beribadat lima ratus tahun?" jawabnya:
"Engkau Tuhanku." Lalu ditanya lagi: "Dan siapakah yang menempatkan
kau diatas bukit dan ditengah laut dan mengeluarkan air segar yang
tawar dari tengah-tengah laut yang masin getir dan menumbuhkan buah
delima tiap pagi, padahal buah itu hanya berbuah satu tahun satu kali,
lalu kau minta kepadaKu untuk mati sujud, siapakah yang berbuat itu
semua?" Jawabnya: "Engkau Tuhanku." Firman Allah s.w.t. : "Maka semua
itu dengan rahmatKu." Malaikat Jibril berkata: "Segala sesuatu terjadi
dengan rahmat Allah s.w.t.."

Alhasan r.a berkata: "Nabi Muhammad s.a.w.
bersabda: "Tiada berkumpul dua perasaan berharap pada rahmat Allah dan
takut dari siksa Allah dalam hati seorang mukmin ketika akan mati
melainkan pasti akan diberi oleh Allah harapannya dan dihindarkan dari
ketakutannya."

Abu Said Almaqburi dari Abu Hurairah r.a.
berkata: "Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Tiada seorang diantara kamu
yang dapat selamat kerana amalnya sendiri. Seorang sahabat bertanya:
"Engkau juga tidak, ya Rasulullah?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Saya
juga tidak, kecuali Allah meliputi saya dengan rahmayNya, kerana itu
sedang-sedanglah kamu dan tetapkan segala perbuatanmu dan beramal
diwaktu pagi dan petang dan sedikirt diwaktu malam, sederhanalah
supaya sampai dengan selamat."

Anas r.a. berkata: Nabi Muhammad s.a.w.
bersabda: "Permudahkanlah dan jangan mempersukar dan gembirakan dan
jangan menggusarkan."

Ibn Mas'ud r.a. berkata: "Rahmat akan
melimpah-limpah pada manusia dihari kiamat sehingga iblis laknatullah
mengangkat kepalanya ingin mendapatkannya kerana luasnya rahmat Allah
dan syafa'at orang-orang yang diberikan syafa'at oleh Allah s.w.t."

Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Pada hari
kiamat akan terdengar seruan dari bawah Arsy: "Ya ummat Muhammad,
adapun dosa-dosamu terhadap Aku maka Aku maafkan bagi kamu dan tinggal
yang terjadi diantara sesama kamu, maka maaf memaafkan diantara kamu
dan masuklah kamu kesyurga dengan rahmatKu."

Al-Fudhail bin Iyaadh berkata: "Rasa takut
kepada Allah s.w.t. itu lebih baik bagi orang yang sihat tetapi jika
ia sakit dan lemah (tidak kuat beramal) maka mengharap itu lebih baik,
sebab jika sihat kuat untuk beramal taat dan meninggalkan maksiat
sebaliknya bila telah sakit atau lemah maka mengharapkan rahmat itu
yang lebih utama."

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Muhammad bin Alfadhel daro Ibn Abi Ruwad dari ayahnya berkata:
"Allah s.w.t. menurunkan wahyu kepada nabi Daud a.s.: "Hai Daud,
gembirakan orang-orang yang berdosa, dan peringatkan kepada
orang-orang siddiq." Maka Nabi Daud a.s bertanya: "Bagaimana
menggembirakan orang-orang yang berdosa dan mengancam orang-orang yang
siddiq?" Allah s.w.t. berfirman: "Gembirakan orang-orang yang berdosa
bahawa tidak ada dosa yang tidak dapat Aku ampunkan dan peringatkan
pada orang siddiq supaya mereka tidak berbangga (sombong) dengan amal
perbuatan mereka kerana bila Aku tegakkan keadilanKu dan perhitunganKu
pada seseorang pasti binasa."

Ibn Abi Ruwad dari ayahnya berkata: "Allah
s.w.t berfirman: "Aku-lah Allah yang memiliki semua raja, hati
raja-raja itu semua ditangan-Ku, maka tiap kaum yang Aku ridha. Aku
jadikan hati raja itu rahmat pada mereka dan tiap kaum yang Aku murka,
Aku jadikan raja itu siksa bagi mereka, kerana itu kamu jangan sibuk
mengutuk raja dan taubatlah kamu kepadaKu nescaya Aku lunakkan hati
mereka kepadamu."

Al'alaa bin Abdirrahman dari ayahnya dari
Abu Hurairah r.a. berkata: "Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Andaikan
orang mukmin mengetahui siksa yang disediakan Allah s.w.t. nescaya
tidak akan mengharapkan syurgaNya seorang pun dan andaikata orang
kafir mengetahui kebesaran rahmat Allah s.w.t. nescaya tidak akan
merasa putus dari rahmat Allah s.w.t. seorangpun."

Abu Ya'la lhusain bin Muhammad Annaisaburi
meriwayatkan dengan sanadnya dari Ahmad bin Sahl berkata: "Saya
bermimpi kelihatan Yahya bin Aktsam, maka saya bertanya kepadanya:
"Apakah tang telah kau dapat dari Tuhanmu? jawabnya: "Saya dipanggil
oleh Tuhan: "Hai orang tua yang jahat, kau telah berbuat ini dan itu."
Maka jawabku: "Ya Tuhan, tidak sedemikian yang saya dengar tentang
Engkau." Tuhan bertanya: "Apakah yang kau dengar tentang Aku?"
Jawabku: "Saya telah mendengar dari Abdurrazzaq dari Ma'mar dari
Azzuhri dari Urwah dari Aisyah r.a. dari Nabi Muhammad s.a.w. dan
Jibril a.s. bahawa Engkau berfirman: " Tiada seorang muslim yang telah
beruban dalam Islam, maka saya akan menyiksanya melainkan saya malu
untuk menyiksanya." Sedang saya seorang yang telah sangat tua. Maka
firman Allah s.w.t: "Benar Abdurrazzaq, dan benar Ma'mar dan benar
Azzuhri dan benar Urwah dan benar Aisyah dan benar Nabi Muhammad
s.a.w. dan benar Jibril dan benar apa yang Aku firmankan itu, ya
Yahya. Aku tidak akan menyiksa orang tua yang beruban dalam Islam."
kemudian saya diperintahkan kesebelah kanan ke syurga."

Umar r.a. berkata: "Dia masuk kepada Nabi
Muhammad s.a.w., tiba-tiba ia mendapati Nabi Muhammad s.a.w. sedang
menangis, maka ditanya: "Apakah yang menyebabkan engkau menangis, ya
Rasulullah?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Saya telah didatangai oleh
malaikat Jibril a.s. dan berkata kepadaku: "Sesungguhnya Allah malu
akan menyiksa seorang yang telah beruban didalam Islam, maka bagaimana
orang yang beruban tidak malu berbuat maksiat kepada Allah s.w.t."

Abul-Laits berkata: "Kerana itu maka wajib
bagi orang yang telah tua menyedari kehormatan ini dan bersyukur
kepada Allah s.w.t. dan malu kepada Allah s.w.t. dan kepada kedua
malaikat yang mencatat amalnya. Dan
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Jujur akan Mendapat Rahmat

Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar
Al-Anshari berkata: â€Ĺ“Dulu, aku pernah berada di Makkah semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala selalu menjaganya, suatu hari aku merasakan
lapar yang sangat. Aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat
menghilangkan laparku. Tiba-tiba aku menemukan sebuah kantong dari
sutera yang diikat dengan kaos kaki yang terbuat dari sutera pula.

Aku memungutnya dan membawanya pulang ke rumah. Ketika aku buka, aku
dapatkan didalamnya sebuah kalung permata yang tak pernah aku lihat
sebelumnya. Aku lalu keluar dari rumah, dan saat itu ada seorang bapak
tua yang berteriak mencari kantongnya yang hilang sambil memegang
kantong kain yang berisi uang lima ratus dinar. Dia mengatakan, ‘Ini
adalah bagi orang yang mau mengembalikan kantong sutera yang berisi
permata’. Aku berkata pada diriku, ‘Aku sedang membutuhkan, aku
ini sedang lapar. Aku bisa mengambil uang dinar emas itu untuk aku
manfaatkan dan mengembalikan kantong sutera ini padanya’.

Maka aku berkata pada bapak tua itu, ‘Hai, kemarilah’. Lalu aku
membawanya ke rumahku. Setibanya di rumah, dia menceritakan padaku
ciri kantong sutera itu, ciri-ciri kaos kaki pengikatnya, ciri-ciri
permata dan jumlahnya berikut benang yang mengikatnya. Maka aku
mengeluarkan dan memberikan kantong itu kepadanya dan dia pun
memberikan untukku lima ratus dinar, tetapi aku tidak mau
mengambilnya. Aku katakan padanya, ‘Memang seharusnya aku
mengembalikannya kepadamu tanpa mengambil upah untuk itu’. Ternyata
dia bersikeras, ‘Kau harus mau menerimanya’, sambil memaksaku
terus-menerus. Aku tetap pada pendirianku, tak mau menerima.

Akhirnya bapak tua itu pun pergi meninggalkanku. Adapun aku, beberapa
waktu setelah kejadian itu aku keluar dari kota Makkah dan berlayar
dengan perahu. Di tengah laut, perahu tumpangan itu pecah, orang-orang
semua tenggelam dengan harta benda mereka. Tetapi aku selamat, dengan
menumpang potongan papan dari pecahan perahu itu. Untuk beberapa waktu
aku tetap berada di laut, tak tahu ke mana hendak pergi!

Akhirnya aku tiba di sebuah pulau yang berpenduduk. Aku duduk di salah
satu masjid mereka sambil membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika mereka
tahu bagaimana aku membacanya, tak seorang pun dari penduduk pulau
tersebut kecuali dia datang kepadaku dan mengatakan, ‘Ajarkanlah
Al-Qur’an kepadaku’. Aku penuhi permintaan mereka. Dari mereka aku
mendapat harta yang banyak.

Di dalam masjid, aku menemukan beberapa lembar dari mushaf, aku
mengambil dan mulai membacanya. Lalu mereka bertanya, ‘Kau bisa
menulis?’, aku jawab, ‘Ya’. Mereka berkata, ‘Kalau begitu,
ajarilah kami menulis’. Mereka pun datang dengan anak-anak juga dan
para remaja mereka. Aku ajari mereka tulis-menulis. Dari itu juga aku
mendapat banyak uang. Setelah itu mereka berkata, ‘Kami mempunyai
seorang puteri yatim, dia mempunyai harta yang cukup. Maukah kau
menikahinya?’ Aku menolak. Tetapi mereka terus mendesak, ‘Tidak
bisa, kau harus mau’. Akhirnya aku menuruti keinginan mereka juga.
Ketika mereka membawa anak perempuan itu kehadapanku, aku pandangi
dia. Tiba-tiba aku melihat kalung permata yang dulu pernah aku temukan
di Makkah melingkar di lehernya. Tak ada yang aku lakukan saat itu
kecuali hanya terus memperhatikan kalung permata itu.

Mereka berkata, ‘Sungguh, kau telah menghancurkan hati perempuan
yatim ini. Kau hanya memperhatikan kalung itu dan tidak memperhatikan
orangnya’. Maka saya ceritakan kepada mereka kisah saya dengan
kalung tersebut. Setelah mereka tahu, mereka meneriakkan tahlil dan
takbir hingga terdengar oleh penduduk setempat. ‘Ada apa dengan
kalian?’, kataku bertanya. Mereka menjawab, ‘Tahukah engkau, bahwa
orang tua yang mengambil kalung itu darimu saat itu adalah ayah anak
perempuan ini’. Dia pernah mengatakan, ‘Aku tidak pernah
mendapatkan seorang muslim di dunia ini (sebaik) orang yang telah
mengembalikan kalung ini kepadaku’.

Dia juga berdoa, ‘Ya Allah, pertemukanlah aku dengan orang itu
hingga aku dapat menikahkannya dengan puteriku’, dan sekarang sudah
menjadi kenyataan’. Aku mulai mengarungi kehidupan bersamanya dan
kami dikaruniai dua orang anak. Kemudian isteriku meninggal dan kalung
permata menjadi harta pusaka untukku dan untuk kedua anakku. Tetapi
kedua anakku itu meninggal juga, hingga kalung permata itu jatuh ke
tanganku. Lalu aku menjualnya seharga seratus ribu dinar. Dan harta
yang kalian lihat ada padaku sekarang ini adalah sisa dari uang 100
ribu dinar itu.†( orang ini sangat kaya raya )

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT