20 Okt 2014

Tiga Hal Dalam Hidup

💐 Ada 3 Hal dlm hidup yg tidak akan kembali :         
          1. Waktu 🕐         
          2. Kata-kata        
          3. Kesempatan        
          
          💐 Ada 3 Hal yg dapat menghancurkan hidup seseorg :         
          1. Kemarahan      
          2. Keangkuhan       
          3. Dendam ..         
         
          💐 Ada 3 Hal yg tidak boleh hilang :        
          1. Harapan         
          2. Keikhlasan         
          3. Kejujuran         
         
          💐 Ada 3 Hal yg paling berharga :         
          1. Kasih Sayang ..       
          2. Cinta 💘        
          3. Kebaikan         
         
          💐 Ada 3 Hal dlm hidup yg tidak pernah pasti :         
          1. Kekayaan  ..        
          2. Kejayaan 🎓         
          3. Mimpi 💤         
         
          💐 Ada 3 Hal yg membentuk watak seseorg :         
          1. Komitmen        
          2. Ketulusan        
          3. Kerja keras        
         
          💐 Ada 3 Hal yg membuat kita sukses :
          1. Tekad        
          2. Kemahuan         
          3. Fokus ..         
         
          💐 Ada 3 Hal yg tidak pernah kita tahu :
         1. Rezeki ..         
          2. Umur 👶👴       
          3. Jodoh 💑         
         
          TAPI, ada 3 Hal dalam hidup yg PASTI :        
          1. Tua 👵         
          2. Sakit 🏥         
          3. Kematian. ?.        
         
          Ya ALLAH, jadikanlah insan yg membaca ini adalah insan yg soleh dan solehah, kuat, sabar, pengasih & penyayang

- maka sayangilah dia serta kasihilah dia, bantulah dia meningkatkan taraf kehidupannya, cukupi dan berkahi rizkinya, sehatkan tubuh badannya, jika dia melangkah, selamatkanlah dia, permudahkan &  lancarkan segala pekerjaannya.

aamiin

Sayangi Ayahmu

Sudah Siapkah ketika Orangtua Kita Berkata Jujur?

Kemarin lalu, saya bertakziah mengunjungi salah seorang kerabat yang sepuh. Umurnya sudah 93 tahun. Beliau adalah veteran perang kemerdekaan, seorang pejuang yang shalih serta pekerja keras. Kebiasaan beliau yang begitu hebat di usia yang memasuki 93 tahun ini, beliau tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah di masjid untuk Maghrib, Isya dan Shubuh.

Qadarallah, beliau mulai menua dan tidak mampu bangun dari tempat tidurnya sejak dua bulan lalu. Sekarang beliau hanya terbaring di rumah dengan ditemani anak-anak beliau. Kesadarannya mulai menghilang. Beliau mulai hidup di fase antara dunia nyata dan impian. Sering menggigau dan berkata dalam tidur, kesehariannya dihabiskan dalam kondisi tidur dan kepayahan.

Anak-anak beliau diajari dengan cukup baik oleh sang ayah. Mereka terjaga ibadahnya, berpenghasilan lumayan, dan akrab serta dekat. Ketika sang ayah sakit, mereka pun bergantian menjaganya demi berbakti kepada orangtua.

Namun ada beberapa kisah yang mengiris hati; kejadian jujur dan polos yang terjadi dan saya tuturkan kembali agar kita bisa mengambil ibrah.

Terkisah, suatu hari di malam lebaran, sang ayah dibawa ke rumah sakit karena menderita sesak nafas. Malam itu, sang anak yang kerja di luar kota dan baru saja sampai bersikeras menjaga sang ayah di kamar sendirian. Beliau duduk di bangku sebelah ranjang. Tengah malam, beliau dikejutkan dengan pertanyaan sang ayah,

"Apa kabar, pak Rahman? Mengapa beliau tidak mengunjungi saya yang sedang sakit?" tanya sang ayah dalam igauannya.

Sang anak menjawab, "Pak Rahman sakit juga, Ayah. Beliau tidak mampu bangun dari tidurnya." Dia mengenal Pak Rahman sebagai salah seorang jamaah tetap di masjid.

"Oh...lalu, kamu siapa? Anak Pak Rahman, ya?" tanya ayahnya kembali.

"Bukan, Ayah. Ini saya, Zaid, anak ayah ke tiga."

"Ah, mana mungkin engkau Zaid? Zaid itu sibuk! Saya bayar pun, dia tidak mungkin mau menunggu saya di sini. Dalam pikirannya, kehadirannya cukup digantikan dengan uang," ucap sang ayah masih dalam keadaan setengah sadar.

Sang anak tidak dapat berkata apa-apa lagi. Air mata menetes dan emosinya terguncang. Zaid sejatinya adalah seorang anak yang begitu peduli dengan orangtua. Sayangnya, beliau kerja di luar kota. Jadi, bila dalam keadaan sakit yang tidak begitu berat, biasanya dia menunda kepulangan dan memilih membantu dengan mengirimkan dana saja kepada ibunya. Paling yang bisa dilakukan adalah menelepon ibu dan ayah serta menanyakan kabarnya. Tidak pernah disangka, keputusannya itu menimbulkan bekas dalam hati sang ayah.

Kali yang lain, sang ayah di tengah malam batuk-batuk hebat. Sang anak berusaha membantu sang ayah dengan mengoleskan minyak angin di dadanya sembari memijit lembut. Namun, dengan segera, tangan sang anak ditepis.

"Ini bukan tangan istriku. Mana istriku?" tanya sang ayah.

"Ini kami, Yah. Anakmu." jawab anak-anak.

"Tangan kalian kasar dan keras. Pindahkan tangan kalian! Mana ibu kalian? Biarkan ibu berada di sampingku. Kalian selesaikan saja kesibukan kalian seperti yang lalu-lalu."

Dua bulan yang lalu, sebelum ayah jatuh sakit, tidak pernah sekalipun ayah mengeluh dan berkata seperti itu. Bila sang anak ditanyakan kapan pulang dan sang anak berkata sibuk dengan pekerjaannya, sang ayah hanya menjawab dengan jawaban yang sama.

"Pulanglah kapan engkau tidak sibuk."

Lalu, beliau melakukan aktivitas seperti biasa lagi. Bekerja, shalat berjamaah, pergi ke pasar, bersepeda. Sendiri. Benar-benar sendiri. Mungkin beliau kesepian, puluhan tahun lamanya. Namun, beliau tidak mau mengakuinya di depan anak-anaknya.

Mungkin beliau butuh hiburan dan canda tawa yang akrab selayak dulu, namun sang anak mulai tumbuh dewasa dan sibuk dengan keluarganya.

Mungkin beliau ingin menggenggam tangan seorang bocah kecil yang dipangkunya dulu, 50-60 tahun lalu sembari dibawa kepasar untuk sekadar dibelikan kerupuk dan kembali pulang dengan senyum lebar karena hadiah kerupuk tersebut. Namun, bocah itu sekarang telah menjelma menjadi seorang pengusaha, guru, karyawan perusahaan; yang seolah tidak pernah merasa senang bila diajak oleh beliau ke pasar selayak dulu. Bocah-bocah yang sering berkata, "Saya sibuk...saya sibuk. Anak saya begini, istri saya begini, pekerjaan saya begini." Lalu berharap sang ayah berkata, "Baiklah, ayah mengerti."

Kemarin siang, saya sempat meneteskan air mata ketika mendengar penuturan dari sang anak. Karena mungkin saya seperti sang anak tersebut; merasa sudah memberi perhatian lebih, sudah menjadi anak yang berbakti, membanggakan orangtua, namun siapa yang menyangka semua rasa itu ternyata tidak sesuai dengan prasangka orangtua kita yang paling jujur.

Maka sudah seharusnya, kita, ya kita ini, yang sudah menikah, berkeluarga, memiliki anak, mampu melihat ayah dan ibu kita bukan sebagai sosok yang hanya butuh dibantu dengan sejumlah uang. Karena bila itu yang kita pikirkan, apa beda ayah dan ibu kita dengan karyawan perusahaan?

Bukan juga sebagai sosok yang hanya butuh diberikan baju baru dan dikunjungi setahun dua kali, karena bila itu yang kita pikirkan, apa bedanya ayah dan ibu kita dengan panitia shalat Idul Fitri dan Idul 'Adha yang kita temui setahun dua kali?

Wahai yang arif, yang budiman, yang penyayang dan begitu lembut hatinya dengan cinta kepada anak-anak dan keluarga, lihat dan pandangilah ibu dan ayahmu di hari tua. Pandangi mereka dengan pandangan kanak-kanak kita. Buang jabatan dan gelar serta pekerjaan kita. Orangtua tidak mencintai kita karena itu semua. Tatapilah mereka kembali dengan tatapan seorang anak yang dulu selalu bertanya dipagi hari, "Ke mana ayah, Bu? Ke mana ibu, Ayah?"

Lalu menangis kencang setiap kali ditinggalkan oleh kedua orangtuanya.

Wahai yang menangis kencang ketika kecil karena takut ditinggalkan ayah dan ibu, apakah engkau tidak melihat dan peduli dengan tangisan kencang di hati ayah dan ibu kita karena diri telah meninggalkan beliau bertahun-tahun dan hanya berkunjung setahun dua kali?

Sadarlah wahai jiwa-jiwa yang terlupa akan kasih sayang orangtua kita. Karena boleh jadi, ayah dan ibu kita, benar-benar telah menahan kerinduan puluhan tahun kepada sosok jiwa kanak-kanak kita; yang selalu berharap berjumpa dengan beliau tanpa jeda, tanpa alasan sibuk kerja, tanpa alasan tiada waktu karena mengejar prestasi.

Bersiaplah dari sekarang, agar kelak, ketika sang ayah dan ibu berkata jujur tentang kita dalam igauannya, beliau mengakui, kita memang layak menjadi jiwa yang diharapkan kedatangannya kapan pun juga. [Rahmat Idris]

Smoga mnjadi bahan renungan bagi kita semua.
Semoga bermanfaat dan Salam Ukhuwah 😊

19 Okt 2014

Apakah Allah Mencintaiku ?

Apakah aku dicintai Allah?

Sungguh pertanyaan ini berkecamuk dalam pikiran dan perasaanku.... 😞

Aku teringat bahwa kecintaan Allah terhadap hamba-Nya bukan datang seenaknya hamba, tapi karena sebab-sebab yang disebutkan oleh Allah dalam kitab-Nya.

Aku coba untuk mentadabburi dan memutar file-file 📀 tentang hal itu yang terdapat di dalam al-Qur'an. Aku berusaha mengukur diriku terhadap ayat-ayat itu dengan harapan aku menemukan jawaban terhadap kegundahan ini.

Semoga aku termasuk ke dalam kelompok orang yang dicintai Allah.

1⃣

Pertama sekali aku menemukan ayat al Qur'an yang mengatakan bahwa...

ALLAH MENCINTAI ORANG YANG BERTAQWA.

Namun sayang, langsung batin ku berkata dengan jujur, aku tidak termasuk ke dalam golongan ini.

2⃣

Langkah kedua, aku ketemu ayat yang mengatakan bahwa...

ALLAH MENCINTAI ORANG YANG SABAR.

Dengan penuh pengakuan tulus batinku langsung mengakui, teramat jauh diriku dari kelas bergengsi ini.

Betapa aku tidak mampu bersabar dalam menghadapi segala hal.

3⃣

Langkah ketiga, aku menemukan ayat yang mengatakan bahwa...

ALLAH MENCINTAI ORANG ORANG YANG BERSUNGGUH SUNGGUH DIJALANNYA.

Bukan sok tawadhu', batin ku langsung terkulai mengakui betapa aku lebih banyak dikalahkan oleh rasa malas dari pada bersungguh-sungguh.

4⃣

Langkah keempat, aku menemukan ayat al Qur'an yang mengatakan bahwa...

ALLAH MENCINTAI ORANG YANG BERBUAT BAIK.

Batinku pun tersenyum getir sambil merenung penuh insaf, kebaikan apa yang sudah ku lakukan? Aku masih punya malu untuk tidak mengaku-ngaku termasuk kelompok orang baik.

Di saat itu aku berhenti merenung 

,      💬
😞

Aku takut 😩 kalau-kalau aku tidak menemukan di dalam diriku sifat yang membuat Allah cinta kepadaku.

Kemudian aku mencoba untuk membuka  lembaran amal apa saja yang pernah aku lakukan?

Namun, jangankan mendatangkan keoptimisan, telingaku👂 memerah sendiri, keringat dingin mulai berkucuran, aku berusaha langsung melupakannya.

Aku malu dengan diriku sendiri. Ternyata semuanya bercampur dengan kemalasan, kekurangan, cacat, belum lagi perbuatan yang semata-mata itu dosa dan maksiat.

Ketika aku akan mengakhiri perenunganku, tiba-tiba tangan ku membalik mushaf al-Qur'an yang berada di pangkuanku.

Saat itu mataku langsung tertuju kepada potongan ayat yang berbunyi:

إن الله يحب التوابين

".....SESUNGGUHNYA ALLAH MENCINTAI ORANG ORANG YANG BERTAUBAT...."

(QS.al-Baqarah: 222)

Seolah-olah aku merasa kalau ayat itu diturunkan kepadaku saat itu, untuk menghilangkan gundah di hatiku dan menimbulkan harapan kalau Allah juga cinta kepadaku.

😭

Air mata haru tidak bisa terbendung dari mataku.

Perasaan lembut menjalar dari hulu jantung sampai keseluruh pori-pori di tubuhku.

Hatiku bergumam; ternyata aku juga dicintai 💖 Allah. Aku sampai terisak menahan haru.

Aku pun mulai melantunkan kalimat istighfar:

أستغفر الله الذي لا اله الا هو الحي القيّوم وأتوب إليه

B
Aku minta ampun kepada Allah yang tiada tuhan selain Dia, yang Maha Hidup dan Maha Mengatur, dan aku bertaubat kepada-Nya.

Aku betul-betul berharap, meskipun aku jauh dari empat kriteria sebelumnya, jangan sampai aku juga tersingkir dari kelompok orang terakhir ini. Orang yang bertaubat atas segala dosanya.

Ya Allah, jadikan lah kami termasuk orang yang bertaubat dan jadikan lah kami termasuk orang yang mensucikan diri.

Oleh:

(Zulfi Akmal, Al-Azhar - Kairo)

18 Okt 2014

Bersyukur Lebih Banyak

Dulu ...
Aku sangat KAGUM Þada manusia cerdas, kaya & yang berhasil dalam Karir.
Hidup sukses & Hebat dalam dunianya.

Sekarang ..
Aku memilih untuk mengganti kriteria kekagumanku.
Aku kagum dgn manusia yang Hebat di mataNYA,
Sekalipun kadang Penampilannya begitu biasa dan berSahaja.

*Dulu ...
Aku memilih MARAH кetika merasa Harga Diriku dijatuhkan oleh orang lain yang berlaku kasar padaku & menyakitiku dengan kalimat² sindiran.

Sekarang ...
Aku memilih untuk BANYAK BERSABAR & MEMAAFKAN,
Krn aku yakin ada Hikmah lain yang datang dari mereka ketika aku mampu untuk meMaafkan & berSabar.

*Dulu ...
Aku memilih MENGEJAR dunia & menumpuknya sebisaku,
Ternyata aku Sadari keButuhanku hanyalah makan & minum untuk hari ini.

Sekarang ...
Aku memilih untuk BERSYUKUR & BERSYUKUR dengan apa yg ada & memikirkan bagaimana aku bisa mengisi waktuku hari ini, dgn apa yg bisa aku lakukan/perbuat & berManfaat untuk sesamaku.

*Dulu ...
Aku berpikir bahwa aku bisa MEMBAHAGIAKAN orang tua, saudara & teman²ku jika aku berhasil dengan duniaku,
Ternyata yg membuat mereka bahagia bukan itu melainkan ucapan, sikap, tingkah & sapaanku kepada mereka.

Sekarang ...
Aku memilih untuk membuat mereka bahagia dgn apa yang Ada padaku.

*Dulu ...
Fokus pikiranku adalah membuat RENCANA² dahsyat utk duniaku,
Ternyata aku menjumpai teman & saudara2ku begitu Cepat mengHadap kepadaNYA....

Sekarang ...
yang menjadi fokus pikiran & rencanaku adalah bagaimana agar hidupku dapat  berKenan di mata-NYA & sesama  jika suatu saat diriku diPanggil oleh-NYA.

• Τak ada yang  dapat menjamin bahwa aku dapat menikmati Teriknya Matahari besok.

• Τak ada yang  bisa memberikan Jaminan bhw aku masih bisa menghirup Nafas Esok hari.

*Kalau  hari ini & esok hari  aku bisa hidup, itu adalah kehendak ALLAH semata..

*Selamat meraih Kebahagiaan Sejati, saudara2ku.

16 Okt 2014

Mainkan saja peranmu

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika masa yang semestinya kamu sudah menjadi seorang mahasiswa, tapi nyatanya kini masih harus berjuang lagi untuk menjadi mahasiswa.
Mainkan saja peranmu dengan sebaik-baiknya, bahwa Allah menakdirkan kebaikan untukmu, dari jalan perjuangan ini, lagi dan lagi.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika skripsi atau tesismu terbengkalai tersebab kamu mengurus amanah Allah yang akan menjadi bintang. Mainkan saja peranmu dan Allah akan tunjukkan jalan keluar yang spesial untukmu.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman-temanmu yang lain sudah berpenghasilan, sedangkan kamu, dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan. Mainkan saja peranmu, dan tak ada yang tak berguna dari pendidikan yang kau raih, dan bahwa rezeki Allah bukan hanya tentang penghasilan kan? Memiliki anak-anak penuh cinta pun adalah rezeki-Nya.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika pasangan lain mengasuh bersama dalam cinta untuk buah hati, sedang kau terpisah jarak karena suatu sebab. Mainkan saja peranmu, suatu hari percayalah bahwa Allah akan membersamai kalian kembali.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika nyatanya kondisi memaksamu untuk bekerja, meninggalkan buah hati yang tiap pagi melepas pergimu dengan tangis. Mainkan saja peranmu, ya mainkan saja, sambil memikirkan cara agar waktu bersamanya tetap berkualitas.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika katamu lelah ini seakan tiada habisnya, menjadi punggung padahal rusuk. Mainkan saja peranmu, bukankah semata-mata mencari ridha Allah? Lelah yang Lillah, berujung maghfirah.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika belahan jiwa nyatanya bukan seperti imajinasimu dulu, mainkan saja peranmu, bukankah Allah yang lebih tahu mana yang terbaik untukmu? tetap berjalan bersama ridha-Nya dan ridhanya, untuk bahagia buah cinta.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika timbul iri pada mereka yang dalam hitungan dekat setelah pernikahannya, langsung Allah beri anugerah kehamilan, sedangkan kau kini masih menanti titipan tersebut. Mainkan saja peranmu dengan sebaik-sebaiknya sambil tetap merayu Allah dalam sepertiga malam menengadah mesra bersamanya.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika hari-hari masih sama dalam angka menanti, menanti suatu bahagia yang katamu bukan hanya untuk satu hari dan satu hati. Mainkan saja peranmu sambil perbaiki diri semata-mata murni karena ketaatan pada-Nya hingga laksana Zulaikha yang sabar menanti Yusuf tambatan hati, atau bagai Adam yang menanti Hawa di sisi.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika ribuan pasangan pengantin mengharapkan amanah Ilahi, membesarkan anak kebanggaan hati, dan kau kini, membesarkan, mengasuh dan mendidik anak yang meski bukan dari rahimmu. Mainkan saja peranmu, sebagai ibu untuk anak dari rahim saudarimu.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ibrahim, melaksanakan peran dari Allah untuk membawa istri dan anaknya ke padang yang kering. Kemudian, rencana Allah luar biasa, menjadikannya kisah penuh hikmah dalam catatan takdir manusia.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ayub yang nestapa adalah bagian dari hidupnya, dan kau dapati ia tetap mempesona, menjadikannya kisah sabar yang tanpa batas berujung surga.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai nabiyullah lainnya. Berkacalah pada mereka, dan jejaki kisah ketaatannya, maka taat adalah cinta.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Taat yang dalam suka maupun tidak suka.Taat yang bukan tanpa keluh, namun mengupayakan agar keluh menguap bersama doa-doa yang mengangkasa menjadikan kekuatan untuk tetap taat.
Mainkan saja peranmu, dalam taat kepada-Nya, dan karena-Nya.

10 Okt 2014

Perbuatan Baik Akan Kembali Pada Diri

Αda seorang buta sedang berjalan dengan
tongkatnya di malam hari. Tangan kanannya
memegang tongkat sementara tangan kirinya
membawa lampu. Pemandangan ini cukup
mengherankan bagi seorang pria yang kebetulan
melihatnya.
Supaya tidak penasaran, pria itu bertanya,
"Mengapa anda berjalan membawa lampu?"
Orang buta itu menjawab, "Sebagai penerangan".
Dengan heran pria itu bertanya lagi, "Tetapi
bukankah anda buta & tetap tidak bisa melihat
jalan meski ada lampu penerangan?"
Orang buta itu tersenyum sambil menjawab,
"Meski saya tidak bisa melihat, orang lain bisa
melihatnya. Selain membuat jalanan menjadi
terang, hal ini juga menghindarkan orang lain
untuk tidak menabrak saya".
hikmah yang dapat kita petik:
Disaat kita melakukan sesuatu untuk orang lain,
sebenarnya kita sedang melakukan sesuatu untuk
diri kita sendiri.
Kita diingatkan untuk tidak bosan berbuat baik
karena dengan berbuat baik Ini kehidupan kita
akan penuh dengan keberberkahan dan rahmat
dari Allah swt.
Tetapi sayang terkadang rahasia kehidupan seperti
ini tidak terlihat bagi orang2 yg egois dan kikir
serta yang hanya melakukan sesuatu berdasarkan
apa yang untung bagi diri sendiri saja.
"APA YANG KITA LAKUKAN UNTUK ORANG LAIN,
SUATU SAAT PASTI AKAN KEMBALI KEPADA DIRI
KITA"
ﻭ ﻣﺎ ﺟﺰﺍﺀ ﺍﻻﺣﺴﺎﻥ ﺍﻻ ﺍﻻﺣﺴﺎﻥ
Semoga seluruh Aktifitas kita selalu diberkahi
Allah swt...... aamiin aamiin ya Allah.

Itulah Mengapa Allah Menikahkanmu Dengannya


Mungkin suamimu tak pandai berkata
Apalagi merayu dengan romantisme karya sastra...
Tapi mungkin dengan cara itulah Allah menjaga lisannya...
Menjauhkannya dari fitnah dunia yang tak halal baginya...

Mungkin suamimu tak pandai berkata..
Tapi heningnya menahan kita banyak bicara..
Memutus rantai kalimat sanggahan yang lahirkan perkara..
Sehingga keseimbangan suasana lebih terjaga..

Andai saja Allah ciptakan sebaliknya
Mungkin rumahmu bagai arena tarung laga
Ah.... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya

Mungkin istrimu tak berparas mempesona
Apalagi secantik selebritis di warta berita..
Tapi mungkin lisannya selalu berucap kata mutiara
Yang terpancar dari jiwa yang terjaga...

Andai saja Allah menciptakan sebaliknya
Mungkin hatimu tak tenang saat jauh darinya
Ah..... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya

Mungkin suamimu bukanlah saudagar kaya
Yang membawa pulang limpahan laba hasil usaha...
Namun meskipun besarannya begitu sederhana...
Mungkin ia selalu menjaga kehalalan apa yang dibawa..

Mungkin suamimu bukanlah pejabat yang bertahta..
Yang dihormati dan dipuja bawahannya
Tapi mungkin dibalik kedudukannya yang biasa..
Ia mampu menjadi imam bagi keluarga

Andai saja Allah menciptakan sebaliknya
Mungkin belum tentu ia miliki derajat takwa
Ah..... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya

Mungkin istrimu bukanlah koki istimewa
Yang masakannya selezat pujasera...
Tapi mungkin ia pandai mendidik buah hatinya
Memahat pribadi yang berkarater mulia.

Mungkin istrimu bukanlah koki istimewa
Yang terkadang masakannya itu-itu saja
Tapi mungkin ia pandai mengatur alokasi harta
Sehingga pemberianmu tak terhambur percuma

Andai saja Allah menciptakan sebaliknya
Mungkin kecintaanmu akan terlalu berlebih padanya...
Melebihi cintamu pada Allah sang pemberi karunia..
Ah.... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya...

Mungkin suamimu tak pandai terlibat merawat anaknya...
Sehingga terlihat kau melakukan semuanya
Tapi mungkin ia sabar membantumu... meringankan pekerjaan rumah tangga..
Sehingga semua terlaksana dengan kerja sama..

Mungkin suamimu tak pandai terlibat merawat anaknya...
Sehingga terlihat minim perannya dalam keluarga...
Tapi mungkin ia sangat keras bekerja
Sehingga nafkah telah cukup terpenuhi lewat dirinya...

Andai saja Allah menciptakan sebaliknya
Mungkin banyak para gadis menanti dipinang menjadi yang kedua
Jika suamimu terlalu sempurna...
Aaa.... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya...

Mungkin istrimu tak mahir dalam mengurus rumah tangga..
Tak mampu menyulap rumah menjadi rapi tertata...
Tapi mungkin ia begitu cerdas menguasai matematika...
Sehingga anak yang cerdas dalam eksakta
Terlahir dari rahimnya karena genetika...

Mungkin istrimu tak mahir dalam mengurus rumah tangga..
Menambah sedikit tugasmu dalam membantunya bekerja..
Tapi mungkin ia begitu taat dalam beragama..
Membimbing anak-anak dalam kerangka syariat agama...
Sehingga meringankan kewajibanmu dalam membimbing keluarga

Andai saja Allah menciptakan sebaliknya
Mungkin engkau merasa tugasmu telah tertunai sempurna..
Cukup sekedar menyempurnakan nafkah keluarga
Aaa..... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya

Percayalah......
Selalu ada kebaikan dalam setiap ketetapan Allah Sang Sutradara
Maka temukanlah sebanyak-banyaknya rahasia dibaliknya..
Agar engkau mengerti mengapa Allah menikahkanmu dengannya...

Jikalau engkau masih sulit menemukan jawabannya...
Gantilah kaca matamu dengan kacamata syukur atas segala karunia...

Adalah hakmu jika engkau berharap khadijahmu menjadi lebih sempurna...
Asalkan kau siap membimbingnya dengan menjadi muhammad baginya...

By:Kiki Barkiah

Beda rizqi dan ikhtiar

Beda antara rizqi dan bekerja/ ikhtiar.».

Imam sebuah masjid kecil di daerah Ciputat, menyampaikan renungan Jumat-nya

"Mungkin kau tak tahu di mana rizqimu. Tapi rizqimu tahu di mana engkau. Dari langit, laut, gunung, & lembah; Rabb memerintahkannya menujumu.

Allah berjanji menjamin rizqimu. Maka melalaikan ketaatan padaNya demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminNya adalah kekeliruan berganda.

Tugas kita bukan mengkhawatiri rizqi atau bermuluk cita memiliki; melainkan menyiapkan jawaban "Dari Mana" & "Untuk Apa" atas tiap karunia.

Betapa banyak orang bercita menggenggam dunia; dia alpa bahwa hakikat rizqi bukanlah yang tertulis dalam angka; tapi apa yang dinikmatinya.

Betapa banyak orang bekerja membanting tulangnya, memeras keringatnya; demi angka simpanan gaji yang mungkin esok pagi ditinggalkannya mati.

Maka amat keliru jika bekerja dimaknai mentawakkalkan rizqi pada perbuatan kita. Bekerja itu bagian dari ibadah. Sedang rizqi itu urusanNya.

Kita bekerja tuk bersyukur, menegakkan taat & berbagi manfaat. Tapi rizqi tak selalu terletak di pekerjaan kita; Allah taruh sekehendakNya.

Bukankah Hajar berlari 7x bolak-balik dari Shafa ke Marwa; tapi Zam-zam justru terbit di kaki Ismail, bayinya? Ikhtiar itu laku perbuatan. Rizqi itu kejutan.

Ia kejutan tuk disyukuri hamba bertaqwa; datang dari arah tak terduga. Tugasnya cuma menempuh jalan halal; Allah lah yang melimpahkan bekal.

Sekali lagi; yang terpenting di tiap kali kita meminta & Allah memberi karunia; jaga sikap saat menjemputnya & jawab soalanNya, "Buat apa?"

Betapa banyak yang merasa memiliki manisnya dunia; lupa bahwa semua hanya "hak pakai" yang halalnya akan dihisab & haramnya akan di'adzab.

Dengan itu kita mohon "Ihdinash Shirathal Mustaqim"; petunjuk ke jalan orang nan diberi nikmat ikhlas di dunia & nikmat ridhaNya di akhirat. Bukan jalannya orang yg terkutuk apalagi jalan orang yg tersesat.

Filosofi Pohon Kurma

Filosofi "POHON KURMA"

Ada kata2 bijak kuno yang mengatakan bahwa : "Orang benar akan bertunas seperti pohon kurma."

Pohon kurma lazim dijumpai di Timur Tengah, dengan kondisi tanah yang kering, gersang, tandus & kerap dihantam badai gurun yang dahsyat. Hanya pohon kurma yang bisa bertahan hidup, tak berlebihan kalau pohon kurma dianggap sebagai pohon yang tahan banting. Kekuatan pohon kurma ada di AKAR2NYA, petani di Timur Tengah menanam biji kurma ke dalam lubang pasir lalu ditutup dengan batu.

Mengapa biji itu harus ditutup batu..???

Ternyata, batu tersebut memaksa pohon kurma berjuang untuk tumbuh ke atas. Justru karena pertumbuhan batang mengalami HAMBATAN, hal tersebut membuat pertumbuhan akar ke dalam tanah menjadi maksimal. Setelah akarnya menjadi kuat, barulah biji pohon kurma itu bertumbuh ke atas, bahkan bisa menggulingkan batu yang menekan diatasnya. Ditekan dari atas, supaya bisa mengakar kuat ke bawah.

Bukankah itu PRINSIP kehidupan yang luar biasa..???

Sekarang kita tahu mengapa Allah SWT kerapkali mengijinkan tekanan hidup selalu datang. Bukan untuk melemahkan & menghancurkan kita, sebaliknya Allah SWT mengijinkan tekanan hidup itu untuk membuat kita BERAKAR semakin KUAT. Tak sekedar bertahan, tapi ada waktunya benih yang sudah mengakar kuat itu akan menjebol "Batu Masalah2" yang selama ini menekan kita.
Kita akan keluar menjadi Pemenang Kehidupan (Peraih Reward). Dan Allah SWT sudaah mendesain kita seperti pohon kurma. Sebab itu jadilah Leader yang Tangguh, Kuat & Tegar menghadapi beratnya kehidupan.
Milikilah CARA pandang Positif (HPS-Positif) bahwa tekanan hidup tak akan pernah bisa melemahkan, justru tekanan hidup akan memunculkan kita menjadi Pemenang2 Kehidupan.

Semoga kita semua menjadi Leader yang Sehat Kaya & Berkah..!!!

Satu kebaikan kita tabur di hari ini, akan membuat hari ini punya arti Luar biasa utk Kita & untuk semua.

6 Okt 2014

Tugas Sistem Terdistribusi Kelas 4KA28 dan 4KA29

Tugas untuk kelas 4KA28 dan 4KA29 berupa penulisan makalah/paper dengan ketentuan sbb:

  1. Paper dibuat oleh 1-3 orang
  2. Materi paper berupa penerapan sistem terdistribusi di suatu perusahaan/institusi.
  3. Materi paper berisi sbb:
    1. Judul paper ("Penerapan Sistem Terdistribusi pada perusahaan …. ")
    2. Penulis
    3. Latar belakang dan tujuan sistem
    4. Temukan dan jelaskan hal-hal berikut ini dari sistem tersebut:
      1. Model arsitekturnya
      2. Interprocess communication
      3. Jenis socket yg digunakan
      4. Metode komunikasi antar distributed objects
      5. Distributed Operating System
      6. Distributed File System
      7. Replication approach
      8. Distributed Database Design
  4. Paper dikumpulkan satu pekan sebelum UTS, sekaligus dipresentasikan di depan kelas.
  5. Tidak boleh ada kelompok (baik dari kelas 4KA28 atau 4KA29) yang membahas tema yang sama. Karena itu, bagi kelompok yang sudah menentukan tema, diwajibkan menuliskan di kolom Komentar dari website www.prihandoko.com di bawah uraian tulisan Tugas Kelas 4KA28 dan 4KA29,  dengan menyebutkan: Nama Kelompok (dan anggota2nya), Kelas, Tema Tugas Sistem Terdistribusi. Bagi yang akan menentukan tema tugas harap mengecek lebih dulu apakah tema tersebut sudah ada atau belum.

 



Sent from Windows Mail

3 Okt 2014

Anda Tetap Bernilai

Seorang pembicara terkenal memulai seminarnya dgn memegang uang 100
dolar, dalam ruangan yg berisi 200 org..

"Siapa yg mau uang 100 dolar ini?"
Tanyanya kepada para peserta seminar..

Semua tangan terangkat ke atas..

"Aku akan memberikan uang ini kepada salah satu di antara kalian, tapi biar aku beginikan dulu...,". Katanya sambil membuat kusut uang itu..
Setelah uang itu benar2 kusut, ia bertanya lagi : "siapa yg masih menginginkan uang ini?".

Semua tangan mengacung ke atas..

"Nah...,bagaimana kalau aku beginikan?".
Kata si pembicara. Lalu Ia menjatuhkan uang tersebut ke lantai, lalu menggilasnya dgn sepatunya, setelah uang itu benar2 kotor, ia mengambilnya.
"Nah, sekarang siapa yg masih
menghendaki uang ini?".tanya si
pembicara..

Tangan2 masih mengacung ke atas..

"Sahabat2ku, kalian semua telah
mempelajari 1 hal yg sangat penting, bahwa apapun yg kulakukan terhadap uang ini, kalian masih menginginkannya ,
karena uang ini tdk berkurang nilainya. Ia masih tetap 100 dolar". Jelas si pembicara.

note : "Berulang kali dalam hidup ini, kita jatuh, kusut, tergilas dalam kotoran akibat keputusan yg kita ambil sendiri, atau keadaan yg membuat kita merasa seakan2 tdk berharga lagi. Namun, apapun yg telah dan akan terjadi, kalian tdk pernah kehilangan nilai kalian. Kotor, bersih, kusut, atau rapi, kalian masih berharga dimata org2 yg mencintai kalian..

Kalian adalah istimewa... Jgn lupakan itu..!!

Jgn hanya menghitung berapa byk problem yg kalian miliki, tapi hitunglah berapa banyak ni'mat yg kalian terima dan miliki selama ini..

ﺟﻤﻌﺔ ﻣﺒﺎﺭﻛﺔ

الَّلهُــــــــمّے صَــــــلٌ علَےَ سيدنا مُحمَّــــــــدْ وعلَےَ آل سيدنا مُحمَّــــــــد
#Copas#sbc

2 Okt 2014

Ibu, Aku Rindu

Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi, sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istriku sekarang di alam surgawi, baik-baik sajakah? Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan sorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil.

Begitulah yang kurasakan, karena selama ini aku merasa bahwa aku telah gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anakku, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anakku.

Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor, anakku masih tertidur. Ohhh aku harus menyediakan makan untuknya.

Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. Setelah memberitahu anakku yang masih mengantuk, kemudian aku bergegas berangkat ke tempat kerja.

Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku, aku langsung masuk ke kamar tidur, dan melewatkan makan malam.

Namun, ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut danâ?¦.. di sanalah sumber "masalah"nya â?¦ sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang berantakan di seprai dan selimut!

Ohâ?¦Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan langsung menghujani anakku yang sedang gembira bermain dengan mainannya, dengan pukulan-pukulan! Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya memberi penjelasan singkat:

"Ayah, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar, maka aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu lagi untuk saya . Karena aku takut mie"nya akan menjadi dingin, jadi aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain dengan mainanku, aku minta maaf,ayah â?¦ "

Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku, tetapi, aku tidak ingin anakku melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangisku. Setelah beberapa lama, aku hampiri anakku, kupeluknya dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur. Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur.

Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto ibu yang dikasihinya.

Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, aku mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan bahagia.

Namun, belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar menyesal. Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku berharap dia bisa menjelaskan. Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan. Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, ayah".

Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara "pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yg diundang adalah siswa dengan ibunya. Dan itulah alasan ketidakhadirannya karena ia tidak punya ibu.

Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke rumah memberitahuku, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis,aku yakin , jika istriku masih ada dan melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat saya bangga juga!

Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat. Tapi astaga, anakku membuat masalah lagi. Ketika aku sedang menyelasaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja, tiba-tiba kantor pos menelpon. Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus.

Mereka menelponku dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anakku telah mengirim beberapa surat tanpa alamat. Walaupun aku sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anakku lagi, tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena aku merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan. Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf : "Maaf, ayah". Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu.

Setelah itu saya pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah aku mendorong anakku ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini? Apa yang ada dikepalanya? Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah : "Surat-surat itu untuk ibuâ?¦..". Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. â?¦. tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya: "Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yg sama?" Jawaban anakku itu : "Aku telah menulis surat buat ibu untuk waktu yang lama, tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus". Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung, tidak tahu apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku katakan.

Aku bilang pada anakku, "Nak, ibu sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk ibu, cukup dengan membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada mommy. Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia bisa tidur dengan nyenyak. Aku berjanji akan membakar surat-surat atas namanya, jadi saya membawa surat-surat tersebut ke luar, tapiâ?¦. aku jadi penasaran untuk tidak membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu.

Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hati saya hancur "ibu sayang", Aku sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara "Pertunjukan Bakat" di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut. Tapi kamu tidak ada, jadi aku tidak ingin menghadirinya juga. Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukanmu lagi.

Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko. Ayah keliling-keliling mencariku, setelah menemukanku ayah marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan alasan yang sebenarnya.

Ibu, setiap hari aku melihat ayah merindukanmu, setiap kali dia teringat padamu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya. Aku pikir kita berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat untuk kita berdua. Tapi bu, aku mulai melupakan wajahmu. Bisakah ibu muncul dalam mimpiku sehingga aku dapat melihat wajahmu dan ingat kamu? Temanku bilang jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu. Tapi ibu, mengapa engkau tak pernah muncul ?

Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti karena aku tidak pernah bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan semenjak ditinggalkan oleh istriku

Note : Untuk para suami dan laki-laki, yang telah dianugerahi seorang istri/pasangan yang baik, yang penuh kasih terhadap anak-anakmu selalu berterima-kasihlah setiap hari pada istrimu. Dia telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidupmu, membantumu, mendukungmu, memanjakanmu dan selalu setia menunggumu, menjaga dan menyayangi dirimu dan anak-anakmu.

Hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karena apabila engkau telah kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan berlian yang bisa menggantikannya.

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰