21 Nov 2009

Akhlak dan Kebangkitan Umat

Akhlak adalah bentuk plural dari al-khulq atau al-khuluq. Secara literal,al-khulq atau al-khuluq bermaknaal-sajiyah, al-filaan*, al-muru`ah, al-‘aadah, dan al-thib’ (karakter, kejiwaan, kehormatan diri, adat kebiasaan, dan sifat alami).

Al-Mawardiy
 menyatakan bahwa, makna hakiki dari al-khuluq adalah adab (budi pekerti) yang diadopsi oleh seseorang, yang kemudian dijadikan sebagai karakter dirinya. [Imam Qurthubiy, Tafsir Qurthubiy] Sedangkan budi pekerti yang telah melekat pada diri seseorang disebut dengan al-khiim, al-syajiyah, dan al-thabi’ah (karakter). Atas dasar itu, akhlak adalahal-khiim al-mutakallaf (tabiat [karakter] yang dibebankan atau karakter ciptaan), sedangkan al-khiim adalah al-thab’u al-ghariziy (karakter yang bersifat naluriah [tabiat, atau karakter bawaan]).

Kadang-kadang
 al-khuluq digunakan dengan makna agama (al-diin) dan kebiasaan (al-‘adah). Al-Qur'an telah menggunakan kata al-khuluq dengan makna agama dan kebiasaan, di dalam surat al-Syu’araa’ [26]:137, dan al-Qalam [68]: 4.

Allah swt berfirman:
(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang terdahulu.” (Qs. al-Syu’araa’ [26]:137).

Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Qs. Al-Qalam [68]: 4).

Makna
 al-khuluq yang terdapat di dalam surat Al-Qalam ayat 4 adalah al-diin(agama). Al-‘Aufiy berkata, “Khuluq ‘adziim” maknanya adalah diinuka al-‘adziim. Penafsiran semacam ini juga dianut oleh al-Dlahak, Mujahid, Abu Malik, al-Rabii’ bin Anas, dan Ibnu Zaid, Imam Ahmad dan lain sebagainya. Sedangkan Ibnu ‘Athiyyahmenafsirkan “khuluq ‘adziim” dengan “adab al-‘adziim” (budi pekerti atau karakter yang agung) [Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsiir]. Sedangkan yang dimaksud “adab” di sini, bukanlah budi pekerti (karakter) yang lahir secara alamiah atau nilai-nilai universal yang luhur, akan adab yang terlahir dari al-Quran.

Imam Thabariy, menyatakan bahwa maksud dari “wa innaka” la’ala khuluqin ‘adzim” adalah “adabin ‘adziim”. Maksudnya, karakter budi pekerti Rasulullah adalah budi pekerti yang dibentuk oleh al-Quran, bukan karakter alamiah yang terpisah dari al-Quran dan sunnah. Dengan kata lain, budi pekerti Rasulullah saw (adab) adalah Islam dan syariatNya (hukum-hukum Allah swt). Menurut Imam Thabariy, ini adalah pendapat para ahli tafsir. [Imam Thabariy, Tafsir al-Thabariy]

Qatadah
 menuturkan sebuah riwayat yang menyatakan bahwa ‘Aisyah pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah saw. Beliau ra menjawab, “Akhlak Rasulullah saw adalah al-Quran. Sa’id bin Abi ‘Arubah, tatkala menafsirkan firman Allah swt, “wa innaka la’ala khuluq ‘adziim”, menyatakan, “Telah dituturkan kepada kami, bahwa Sa’id bin Hisyam bertanya kepada ‘Aisyah tentang akhlak Rasulullah saw. ‘Aisyah menjawab, “Bukankah kamu membaca al-Quran. Imam Abu Dawud dan Nasa’iyjuga meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Aisyah ra, yang menyatakan bahwa akhlak Rasulullah saw adalah al-Quran.

Imam Ibnu Katsir
 menyatakan bahwa akhlak Rasulullah saw adalah refleksi dari al-Quran. Beliau menambahkan lagi, sesungguhnya karakter (akhlak) Rasulullah saw merupakan wujud dari ketaatan beliau saw terhadap perintah dan larangan Allah swt. Beliau saw senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan Allah, dan meninggalkan apa yang dilarang olehNya. Wajar saja bila di dalam sebuah riwayat Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” [HR. Imam Ahmad].

Dari seluruh penjelasan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa akhlak adalah karakter ciptaan (fabricated), bukan karakter bawaan (al-khiim). Akhlak seorang muslim berbeda dengan akhlak non muslim. Akhlak seorang muslim dibentuk berdasarkan al-Quran (aqidah dan syariatNya). Akhlak non muslim dibentuk berdasarkan prinsip-prinsip non Islam. Untuk itu, meskipun sama-sama jujur, kita tidak bisa menyatakan bahwa seorang kapitalis dan seorang muslim sama-sama memiliki akhlak yang baik. Sebab, proses pembentukkan karakter dirinya tidaklah sama. Kejujuran seorang muslim selalu didasarkan pada aqidah dan syariat Islam.
Dengan kata lain, kejujurannya adalah buah dari pelaksanaan ajaran-ajaran Islam. Kejujurannya tidak dibentuk, semata-mata karena jujur itu adalah nilai-nilai universal atau karena bermanfaat.

Berbeda dengan kapitalis maupun sosialis. Kejujurannya tidak didasarkan pada prinsip-prinsip Islam. Kejujurannya hanya didasarkan pada prinsip manfaat dan kemanusiaan belaka. Kejujurannya sama sekali tidak dibangun di atas prinsip ketaqwaan kepada Allah swt. Walhasil, akhlak seorang muslim berbeda dengan akhlak orang kafir, meskipun penampakannya sama.

Akhlak seorang muslim merupakan refleksi dari pelaksanaan dirinya terhadap hukum-hukum syara’. Seseorang tidak disebut berakhlak Islam ketika nilai-nilai akhlak tersebut dilekatkan pada perbuatan-perbuatan yang diharamkan Allah swt. Misalnya, pegawai bank ribawiy tidak disebut berakhlak Islam, meskipun ia terkenal jujur, disiplin dan sopan. Sebab, ia telah melekatkan sifat-sifat akhlak pada perbuatan yang diharamkan Allah swt. Anggota parlemen yang suka membuat aturan-aturan kufur juga tidak bisa disebut memiliki akhlak Islam, meskipun ia terkenal jujur, amanah dan seterusnya. Sebab, nilai-nilai akhlaknya telah melekat pada perbuatan haram.

Walhasil, akhlak seorang muslim harus dibentuk berdasarkan al-Quran al-Karim. Dengan kata lain, akhlak seorang muslim adalah refleksi dari pelaksanaan hukum-hukum Allah swt.


Posisi Akhlak Dalam Syariat Islam

Ada sebagian kaum muslim memahami , bahwa kebangkitan umat harus dimulai dari kebangkitan akhlak. Mereka mengajukan sebuah asumsi, “Jika setiap individu memiliki akhlak yang baik, maka masyarakat pun akan menjadi baik. Kemunduran dan kebangkitan suatu masyarakat sangat ditentukan oleh kebangkitan dan kemunduran akhlaknya.”


Mereka juga mengetengahkan dalil-dalil syara’ untuk membangun argumentasi mereka. Dari al-Qur'an, mereka mengetengahkan ayat,

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti.”[Qs. al-Qalam [68]: 4), serta nash-nash yang senada pengertiannya.

Dari sunnah mereka juga berhujjah dengan hadits yang berbicara tentang akhlak, salah satu contohnya adalah,

Sesungguhnya aku ini hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak.


Benar, akhlak merupakan salah satu bagian dari ajaran Islam. Namun demikian, kita tidak boleh memahami, bahwa akhlak yang dimaksud di sini sekedar sebagai nilai-nilai universal, dan terlepas sama sekali dengan konteks hukum syari’at.

Kejujuran, amanah, disiplin, rasa hormat, dan lain-lain merupakan nilai akhlak yang mulia. Kesemuanya adalah nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh umat manusia, tanpa memperhatikan agama, ras, suku dan jenis kelamin. Kaum Kristen, Budhis, Yahudi, Konghucu, serta kaum kapitalis pun sangat menjunjung tinggi nilai-nilai itu, bahkan berusaha untuk menerapkannya. Kaum muslim juga menjunjung tinggi dan berusaha menerapkan nilai-nilai tersebut di dalam kehidupannya. Namun, seorang muslim tatkala hendak menerapkan nilai-nilai yang sangat mulia itu, bukan didorong oleh sebuah motivasi bahwa nilai-nilai tersebut adalah nilai universal. Akan tetapi, ia melaksanakan semua nilai-nilai itu karena diperintahkan oleh Allah swt. Seorang muslim bersikap jujur, karena ia memang diperintahkan oleh Allah swt, bukan karena jujur itu bermanfaat atau nilai universal. Dengan kata lain, akhlak seorang muslim adalah refleksi dari pelaksanaan syariatNya. Sebab, seluruh perbuatan seorang muslim wajib bersandar pada syariat Islam.


Di sisi lain, seorang muslim harus memahami, kapan ia jujur, dan kapan ia tidak boleh jujur. Seorang muslim, tatkala melakukan jual beli dengan orang lain, harus jujur dan amanah. Namun, ketika dalam peperangan melawan kaum kafir, ia tidak diperbolehkan jujur membeberkan kekuatan kaum muslim.

Kenyataan di atas menunjukkan bahwa akhlak merupakan bagian dari syari’at Islam. Menurut pandangan Islam, akhlak bukan sekedar nilai universal yang berlaku di tengah-tengah manusia, akan tetapi, ia adalah sifat yang harus dimiliki seorang muslim, berdasarkan perintah dari Allah swt. Dengan kata lain, akhlak adalah syari’at Islam yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
 (Syamsuddin Ramadhan; bersambung ke bagian 2)

 

Persoalan Utama Kaum Muslim: Bukanlah Akhlak Yang Rusak

Persoalan Utama Kaum Muslim: Bukanlah Akhlak Yang Rusak


Bantahan atas pendapat yang menyatakan, bahwa kebangkitan umat, atau persoalan mendasar umat adalah kebangkitan akhlaknya dapat diperinci sebagai berikut;

Pertama, sebenarnya, konteks yang hendak dikaji adalah kebangkitan umat atau kebangkitan masyarakat, bukan kebangkitan individu. Individu berbeda dengan masyarakat dari sisi karakter, maupun penyusunnya. Atas dasar itu, cara membangkitkan individu berbeda dengan cara membangkitkan masyarakat atau umat. Akhlak adalah hukum syariat yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu, akhlak adalah salah satu variable penting untuk membangkitkan individu.

Berbeda dengan konteks kebangkitan masyarakat. Untuk membahas kebangkitan masyarakat, kita harus memahami unsur-unsur penyusun masyarakat, serta cara untuk mengubah masyarakat. Begitu pula jika kita hendak mengubah individu, maka kita mesti memahami terlebih dahulu unsure-unsur penyusun individu dan bagaimana cara membangkitkannya.

Masyarakat sendiri tersusun atas manusia , pemikiran, perasaan dan aturan yang diberlakukan di tengah-tengah masyarakat.

Benar, manusia merupakan salah satu faktor penyusun masyarakat. Namun demikian, perubahan manusia tidak secara otomatis menyebabkan perubahan masyarakat, maupun warna masyarakat. Sebab, masyarakat tidak hanya tersusun dari manusia belaka. Namun ia juga tersusun oleh pemikiran, perasaan dan aturan. Selain itu faktor yang menentukan corak dan warna masyarakat bukanlah manusia, akan tetapi pemikiran dan aturan yang diterapkan.

Masyarakat Budha terkenal orang yang menjunjung nilai-nilai akhlak, bahkan terkenal memiliki sifat-sifat akhlak yang mulia. Namun demikian, warna masyarakat yang tersusun oleh orang-orang Budha dan agama Budha adalah masyarakat kufur, bukan masyarakat Islam. Seandainya, akhlak adalah penentu warna masyarakat, tentunya masyarakat Budha akan bangkit menjadi masyarakat Islam. Akan tetapi, masyarakat mereka tetap tidak beranjak menjadi masyarakat Islam, meskipun setiap individunya memiliki sifat-sifat akhlak yang bernilai universal. Ini menunjukkan, bahwa faktor yang menentukan corak dan warna masyarakat adalah pemikiran dan aturan yang diterapkan di dalamnya, bukan akhlak individunya.

Fakta lain juga menunjukkan, bahwa negeri-negeri yang berpenduduk mayoritas Islam juga terkenal memiliki sifat-sifat akhlak yang mulia, misalnya, jujur, amanah, dan berbudi pekerti luhur. Akan tetapi, masyarakat mereka tetap disebut masyarakat kufur, jika sistem aturan yang diberlakukan di negeri-negeri tersebut adalah sistem aturan kufur. Contoh yang paling mudah adalah negeri Baghdad. Negeri Baghdad ketika dikuasai bangsa Mongol, tidak lagi disebut negeri Islam, sebab, sistem yang diberlakukan di Baghdad bukan sistem Islam. Meskipun penduduknya kaum muslim dan memiliki sifat-sifat akhlak yang mulia, akan tetapi masyarakat mereka telah berubah menjadi masyarakat kufur, bukan masyarakat Islam lagi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa perubahan masyarakat tidak ditentukan oleh sifat akhlak universal yang dimiliki oleh individu-individu masyarakatnya, akan tetapi ditentukan oleh aturan dan pemikiran yang diterapkan di dalamnya. Walhasil, perubahan akhlak individu tidak secara otomatis merubah warna masyarakat. Bahkan, perubahan akhlak –sebagai nilai-nilai universal-- sama sekali tidak berhubungan dengan perubahan warna masyarakat.

Masyarakat Jahiliyah sebelum Islam, juga terkenal memiliki dan menjunjung nilai-nilai akhlak yang tinggi –menghargai tamu, perwira dan sebagainya. Namun demikian, sifat-sifat akhlakiyyah ini tidak berubah ketika masyarakat Jahiliyyah berubah menjadi masyarakat Islam. Kenyataan ini juga menunjukkan Ini bahwa sifat-sifat akhlak bukanlah factor yang menentukan perubahan masyarakat, bahkan tidak berhubungan sama sekali.

Walhasil, jika konteks pembicaraan kita adalah mengubah warna atau corak masyarakat, maka aktivitas perubahannya tidak boleh difokuskan hanya kepada perubahan individunya belaka, namun harus difokuskan kepada perubahan pemikiran dan aturan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Namun demikian, bila dikaji secara mendalam tentang perubahan individu, kita pun akan menyimpulkan bahwa perubahan individu juga tidak ditentukan oleh akhlaknya, akan tetapi ditentukan oleh pemikiran dan aturan yang diadopsinya. Orang Budha tetap disebut sebagai orang kafir, meskipun meskipun memiliki sifat akhlak universal. Kita tidak mungkin menyatakan bahwa orang Budha adalah muslim. Orang Budha tersebut akan berubah menjadi seorang muslim tatkala pemikiran (aqidah) dan aturan yang diadopsinya adalah aturan Islam.

Di sisi yang lain, nilai-nilai akhlak –sebagai nilai universal-- bukanlah nilai yang berdiri sendiri. Akan tetapi, ia selalu melekat pada perbuatan tertentu. Jujur adalah nilai akhlak. Namun, anda tidak bisa mengetahui apakah seseorang itu jujur atau tidak, kecuali ketika ia melakukan suatu aktivitas tertentu. Jujur bisa melekat pada perbuatan apapun, halal maupun haram. Jujur bisa melekat pada seorang pegawai Bank yang mengkonsumsi ribawi. Jujur juga bisa melekat pada pada anggota parlemen yang suka menelorkan aturan-aturan kufur. Namun demikian, jujur yang melekat pada perbuatan-perbuatan haram tersebut tidak memiliki nilai sama sekal. Bahkan, kita tidak boleh menyatakan bahwa orang tersebut berakhlak. Sebab, kejujurannya telah melekat pada perbuatan haram.

Dedikasi yang tinggi, disiplin, dan amanah bisa saja melekat kepada pasukan-pasukan perang yang menjadi pembela sistem kufur. Tetapi, kita tidak mungkin menyatakan orang-orang ini menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Bahkan, akhlak yang menempel pada sistem kufur semacam ini, tidak memiliki arti sedikitpun.

Yang terpenting adalah mengubah pemikiran dan sistem aturan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan akhlak, hanyalah sekedar bagian dari aturan-aturan Allah swt yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Perubahan akhlak sama sekali tidak berkaitan dengan perubahan warna masyarakat.

Kedua, pernyataan di atas tidak berarti bahwa kami meremehkan akhlak, atau menganggap bahwa akhlak bukanlah perkara penting jika dibandingkan dengan perkara-perkara yang lain. Al-Quran sendiri tidak menyebut kata khuluq di banyak tempat, kecuali pada surat al-Qalam [68]: 4 dan al-Syu’araa’ [26]: 137. Selain itu, para fuqaha hanya mengkaji masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum syari’at. Mereka tidak pernah mengkaji akhlak dalam bab fiqh tersendiri. Ini menunjukkan bahwa akhlak adalah bagian dari syariat Islam yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

Ketiga. Seandainya kita bandingkan dengan bangsa-bangsa yang saat ini mengalami kemajuan, kita bisa menyimpulkan bahwa, akhlak yang dimiliki oleh kaum muslim lebih tinggi dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Namun demikian, kaum muslim tetap saja dalam posisi kemunduran. Mereka tertinggal jauh dengan bangsa-bangsa yang akhlaknya lebih rendah dibandingkan mereka.

Keempat. Fakta juga telah menunjukkan, bahwa propaganda-propaganda, seruan-seruan, maupun buku-buku, selebaran, poster, dan lain-lain yang menyerukan kepada akhlak sama sekali tidak memberikan pengaruh bagi kebangkitan kaum kaum muslim. Umat Islam tetap mundur dari sisi ekonomi, politik dan hukum. Ini membuktikan bahwa akhlak bukanlah asas atau dasar dari perubahan. Ia juga bukan masalah utama bagi kaum muslim.

Seluruh penjelasan di atas tidak boleh dipahami, bahwa kami meremehkan akhlak, atau tidak menganggap penting masalah akhlak. Namun, kami hanya ingin menjelaskan, bahwa akhlak bukanlah persoalan utama kaum muslim, dan juga bukan asas dan dasar kebangkitan umat.

Adapun ayat al-Qur'an yang menyatakan, “

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti.” ( Qs. Al-Qalam [68]: 4), serta nash-nash yang senada pengertiannya, semisal hadits,

“Sesungguhnya aku ini hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak”, tidak bisa dipahami bahwa asas perubahan adalah akhlak, atau dipahami bahwa persoalan yang menjadi fokus perhatian utama Rasulullah saw adalah perubahan akhlak.

Mufasir-mufasir terkenal, seperti Mujahid, Dlahak, Imam Thabari dan Qurthubiy, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kata “khulq” pada surat al-Qalam ayat 4, bukan sekedar “akhlak”, akan tetapi bermakna “diin[i]” (agama). Di dalam shahih Bukhari telah diriwayatkan bahwa ‘Aisyah ra pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah saw. Ia menyatakan, “[i]Akhlak beliau saw adalah al-Quran.” (lihat pada catatan kaki, ‘Ali al-Shabuniy, Shafwat al-Tafaasir, juz III, hal.465).

Ini menunjukkan, bahwa al-Quran merupakan pembentuk akhlak Rasulullah saw dan kaum muslim. Akhlak Islam hanya akan terbentuk dengan panduan al-Quran al-Karim.

Tidak ada gunanya mengklaim dirinya berakhlak sementara itu, mereka berkecimpung dan turut aktif di dalam sistem kufur, atau malah masuk ke dalam parlemen untuk membuat aturan-aturan kufur.

Riwayat-riwayat sharih juga menuturkan bahwa fokus utama dakwah Rasulullah saw adalah mengubah sistem kemasyarakatan jahiliyyah, kemudian diganti dengan sistem Islam. Dengan kata lain, beliau senantiasa memfokuskan dirinya untuk merubah pemikiran yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Fakta perubahan masyarakat di jaman Rasulullah saw dan juga fakta perubahan masyarakat yang ada di dunia ini, menunjukkan bahwa masyarakat hanya akan berubah jika pemikiran mereka telah berubah.

Demikianlah anda telah kami jelaskan dengan gamblang bahwa akhlak bukanlah asas atau dasar bagi kebangkitan umat, dan ia juga bukan masalah utama kaum muslim.(Syamsuddin Ramadhan) 

06. Akhlak Kepada Kerabat Keluarga

Check out this SlideShare Presentation:

03. Akhlak Kepada Orang Tua

Check out this SlideShare Presentation:

04. Akhlak Kepada Istri

Check out this SlideShare Presentation:

01. Urgensi Akhlak Karimah Dan Akhlak Kepada Allah SWT

Check out this SlideShare Presentation:

08. Akhlak Terhadap Tetangga

Check out this SlideShare Presentation:

02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Check out this SlideShare Presentation:

16 Nov 2009

Doa Sang Adik

Dua orang laki-laki bersaudara . Mereka suah yatim piatu sejak remaja.Keduanya bekerja pada sebuah pabrik kecap .

Mereka hidup rukun , dan sama-sama tekun belajar agama. Mereka berusaha mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.

Untuk datang ke tempat pengajian, Mereka acap kali harus berjalan kaki untuk sampai ke rumah Sang Ustadz. Jaraknya sekitar 10km dari rumah peninggalan orangtua mereka.

Suatu ketika sang kakak berdo'a memohon rejeki untuk membeli sebuah mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya, bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, dia jabatannya naim dia menjadi kepercayaan sang direktur.Dan tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki.Dia mendapatkan bonus karena omzet perusahaannya naik.

Lalu sang kakak berdo'a memohon seorang istri yang sempurna, Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang gadis yang cantik serta baik akhlaknya.

Kemudian berturut-turut sang Kakak berdo'a memohon kepada Allah akan sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Dengan itikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dan Allah selalu mengabulkan semua do'anya itu.

Sementara itu, sang Adik tidak ada perubahan sama sekali, hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang dulu dia tempati bersama dengan Kakaknya. Namun karena kakaknya sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, maka sang adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji kerumah guru mereka.

Suatu saat sang Kakak merenungkan dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup adiknya. Dia dia teringat bahwa adiknya selalu membaca selembar kertas saat dia berdo'a, menandakan adiknya tidak pernah hafal bacaan untuk berdo'a.

Lalu datanglah ia kepada adiknya untuk menasihati adiknya supaya selalu berdo'a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, " Dik, sesungguh ketidak mampuan kita menghapal quran, hadits dan bacaan doa. bisa jadi karena hati kita kurang bersih.. "

Sang adik Mengangguk, hatinya terenyuh dan merasa sangat bersyukur sekali mempunyai kakak yang begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan terima kasih kepada kakaknya atas nasihat itu.

----

Suatu saat sang adik meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena sampai meninggalnya adiknya itu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan do'anya tak pernah terkabul.

Sang kakak membereskan rumah peninggalan orang tuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh adiknya yang berisi tulisan do'a, diantaranya Al-fatehah, Shalawat, do'a untuk guru mereka, do'a selamat dan ada kalimah di akhir do'anya:

"Ya, Allah. tiada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Mu,
Ampunilah aku dan kakak ku, kabulkanlah segala do'a kakak ku,
Jadikan Kakakku selalu dalam lindungan dan cinta-Mu,
Bersihkanlah hati ku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku
didunia dan akhirat.,"

Sang Kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya.Dia telah salah menilai adiknya. Tak dinyana ternyata adiknya tak pernah sekalipun berdo'a untuk memenuhi nafsu duniawinya.

edited from : Aidil Heryana

oOo

Kekayaan, kemiskinan, kebaikan, keburukan dan setiap musibah yang menimpa manusia merupakan ujian dari Allah swt. yang diberikan kepada hambanya. Itu bukan ukuran kemuliaan atau kehinaan seseorang. Janganlah bangga karena kekayaan dan jangalah putus asa karena kemiskinan..

"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu."(QS, al-Hujurat [49]: 13)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Kisah Jam Tangan

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?" "Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?" "Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?" "Delapan puluh ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?" "Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya. Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada
si jam. "Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?" "Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

hikmah : qs Al Ashr

1. Demi waktu,
2. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi.
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, dan saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran.

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

11 Nov 2009

Buku Telepon

Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang menarik. Seorang guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan kelas. Sementara itu, dari mulutnya keluar sebuah pertanyaan. "Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah di sini. Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuatmu bahagia? Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini?" Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara lagi dari guru, "Ya,ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidupmu..." Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan guru itu menunjuk pada seorang murid. "Nah, kamu yang berkacamata, adakah hal besar yang kamu temui? Berbagilah dengan teman-temanmu. .." Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid, "Seminggu yang lalu, adalah masa yang sangat besar buatku. Orangtuaku, baru saja membelikan sebuah motor, persis seperti yang aku impikan selama ini" Matanya berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu. "Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan itu!" Sang guru tersenyum. Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya. Maka,terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir. Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah mobil. Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri. Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung. Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara, hingga terdengar suara dari arah belakang. "Pak Guru... Pak, aku belum bercerita" Rupanya, ada seorang anak di pojok kanan yang luput dipanggil. Matanya berbinar. Mata yang sama seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya. "Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua", ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus itu. "Apa hal terbesar yang kamu dapatkan?", Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali. "Keberhasilan terbesar buatku, dan juga buat keluargaku adalah... saat nama keluarga kami tercantum dalam buku telpon yang baru terbit 3 hari yang lalu" Sesaat senyap. Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi ruangan kelas itu. Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak mendengar cerita itu. Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, "Ha? aku sudah sejak lahir menemukan nama keluargaku di buku telpon. Buku Telpon? Betapa menyedihkan. .. Hahaha" Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, "Apa tak ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu?" Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan. Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan. "Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya. Silahkan teruskan, Nak..." Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara. "Ya. Memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah aku dapatkan. Dulu, Ayahku bukanlah orang baik-baik. Karenanya, kami sering berpindah-pindah rumah. Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di kejar polisi" Matanya tampak menerawang. Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan. "Tapi, kini Ayah telah berubah. Dia telah mau menjadi Ayah yang baik buat keluargaku. Sayang, semua itu butuh waktu dan usaha. Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman modal buat bekerja.Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Ayahku. Dan kini, Ayah berhasil. Bukan hanya itu, Ayah juga membeli sebuah rumah kecil buat kami. Dan kami tak perlu berpindah-pindah lagi.Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluargamu ada di buku telpon? Itu artinya, aku tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan ayah untuk terus berlari. Itu artinya, aku tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang aku sayangi. Itu juga berarti, aku tak harus tidur di dalam mobil setiap malam yang dingin. Dan itu artinya, aku, dan juga keluargaku, adalah sama derajatnya dengan keluarga-keluarga lainnya" Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening yang mengalir. "Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang aku dapatkan nanti..." Kelas terdiam. Pak Guru tersenyum haru. Murid-murid tertunduk. Mereka baru saja menyaksikan sebuah fragme tentang kehidupan. Mereka juga baru saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan kebahagiaan. Mereka juga belajar satu hal: "Bersyukurlah dan berbesar hatilah setiap kali mendengar keberhasilan orang lain. Sekecil apapun... Sebesar apapun" hikmah : Keluarga itu penting!!! maka : Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu".(At-Tahrim : 6) anak yg mengerti akan arti keluarga... sumber : Nurizka Prabayuni )
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

8 Nov 2009

Kurban di Wonogiri

Assalamualaikum wrwb.

Segala puji hanya bagi Allah swt, teriring salam sejahtera kepada Rasulullah saw.

Dalam rangka memberikan kebahagiaan kepada saudara2 kita di daerah miskin wonogiri, sebagaimana tahun-tahun lalu, insya Allah pada tahun ini Yayasan Husnul Khotimah yg mengelola Pesantren Terpadu As-Salamah di Baturetno Wonogiri bermaksud untuk menyalurkan hewan kurban ke wilayah-wilayah minus tersebut. Untuk itu kami mengajak rekan-rekan untuk bersama-sama mewujudkan niat baik ini. Harga hewan kurban di daera tsb, untuk kambing sebesar Rp. 900 ribu s/d 1,1 juta, sedangkan sapi 8 jt s/d 9 jt per ekor.

Dana dapat ditransfer via rek bendahara yayasan atas nama Ibu Sri Untari sbb:
1. BNI No Rek 5361508
2. BCA No rek 7150 319611
3. BSM no rek 061 008 9336
4. Bank Mandiri no rek 157 00 00556929.

Semoga Allah swt selalu merahmati kita dan memberikan yg terbaik bagi dunia dan akhirat kita.. Amiin.

Wassalamualaikum wrwb

= Prihandoko
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

28 Okt 2009

Biar daun itu menjadi saksi

Di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh.
Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu.

Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.

Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras.
Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan epadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu.

Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepada beliau."

edited from : "Rindu Rosul" , Penerbit Rosda Bandung

oOo
Kisah ini saya selalu membuat bulu kuduk saya merinding.Dan mata saya basah

Perempuan tua itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Subhanalloh wa lillahi hamd..

oOo

Diriwayatkan dari Anas bahwa ada seorang lelaki yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Kapankah kiamat terjadi wahai Rasulullah?" Beliau balik bertanya: "Apakah yang telah engkau persiapkan?" Dia menjawab, "Aku tidak mempersiapkan banyak shalat dan puasa, serta shadaqah, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda, "Engkau akan bersama orang yang engkau cintai." (Mutafaq álaih )
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

26 Okt 2009

Memahami Perjuangan Pangeran Diponegoro

Memahami Perjuangan Pangeran Diponegoro

Oleh: Dr. Adian HusainiPada jurnal Islamia-Republika, edisi 15 Oktober 2009, dimuat sebuah artikel menarik berjudul "Diponegoro Pangeran Santri Penegak Syariat". Artikel itu ditulis oleh Ir. Arif Wibowo, mahasiswa Magister Pemikiran Islam-Universitas Muhammadiyah Surakarta. Artikel itu membuka kembali wacana penting dalam penulisan sejarah Islam di Indonesia bahwa Pangeran Diponegoro bukanlah pahlawan nasional yang berjuang melawan Belanda semata-mata karena urusan tanah atau tahta. Tapi, Pangeran Diponegoro adalah pahlawan Islam, bangsawan Jawa yang mendalami serius agama Islam, dan kemudian melawan penjajah Belanda dengan semangat jihad fi sabilillah. Diponegoro adalah sosok pahlawan yang berani meninggalkan tahta dan kenikmatan duniawi demi mewujudkan sebuah cita-cita luhur, tegaknya Islam di Tanah Jawa.Berikut ini kita sajikan secara utuh tulisan yang menarik tentang Diponegoro tersebut.Pangeran Diponegoro lahir pada 1785. Ia putra tertua dari Sultan Hamengkubuwono III (1811 – 1814). Ibunya, Raden Ayu Mangkarawati, keturunan Kyai Agung Prampelan, ulama yang sangat disegani di masa Panembahan Senapati mendirikan kerajaan Mataram. Bila ditarik lebih jauh lagi, silsilahnya sampai pada Sunan Ampel Denta, seorang wali Sanga dari Jawa Timur. Dalam bukunya, Dakwah Dinasti Mataram, Dalam Perang Dipnegoro, Kyai Mojo dan Perang Sabil Sentot Ali Basah, Heru Basuki menyebutkan, bahwa saat masih kanak-kanak, Diponegoro diramal oleh buyutnya, Sultan Hamengkubuwono I, bahwa ia akan menjadi pahlawan besar yang merusak orang kafir. Heru Basuki mengutip cerita itu dari Louw, P.J.F – S Hage – M nijhoff, Eerstee Deel Tweede deel 1897, Derde deel 1904, De Java Oorlog Van 1825 – 1830 door, hal. 89.Suasana kraton yang penuh intrik dan kemerosotan moral akibat pengaruh Belanda, tidak kondusif untuk pendidikan dan akhlak Diponegoro kecil yang bernama Pangeran Ontowiryo. Karena itu, sang Ibu mengirimnya ke Tegalrejo untuk diasuh neneknya, Ratu Ageng di lingkungan pesantren. Sejak kecil, Ontowiryo terbiasa bergaul dengan para petani di sekitarnya, menanam dan menuai padi. Selain itu ia juga kerap berkumpul dengan para santri di pesantren Tegalrejo, menyamar sebagai orang biasa dengan berpakaian wulung.Bupati Cakranegara yang menulis Babad Purworejo bersama Pangeran Diponegoro pernah belajar kepada Kyai Taftayani, salah seorang keturunan dari keluarga asal Sumatera Barat, yang bermukim di dekat Tegalrejo. Menurut laporan Residen Belanda pada tahun 1805, Taftayani mampu memberikan pengajaran dalam bahasa Jawa dan pernah mengirimkan anak-anaknya ke Surakarta, pusat pendidikan agama pada waktu itu. Di Surakarta, Taftayani menerjemahkan kitab fiqih Sirat AlMustaqim karya Nuruddin Ar Raniri ke dalam bahasa Jawa. Ini mengindikasikan, Diponegoro belajar Islam dengan serius. (Dr. Kareel A. Steenbrink, 1984, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Penerbit Bulan Bintang Jakarta hal. 29).Dalam Babad Cakranegara disebutkan, adalah Diponegoro sendiri yang menolak gelar putra mahkota dan merelakan untuk adiknya R.M Ambyah. Latar belakangnya, untuk menjadi Raja yang mengangkat adalah orang Belanda. Diponegoro tidak ingin dimasukkan kepada golongan orang-orang murtad. Ini merupakan hasil tafakkurnya di Parangkusuma. Dikutip dalam buku Dakwah Dinasti Mataram: "Rakhmanudin dan kau Akhmad, jadilah saksi saya, kalau-kalau saya lupa, ingatkan padaku, bahwa saya bertekad tak mau dijadikan pangeran mahkota, walaupun seterusnya akan diangkat jadi raja, seperti ayah atau nenenda. Saya sendiri tidak ingin. Saya bertaubat kepada Tuhan Yang Maha Besar, berapa lamanya hidup di dunia, tak urung menanggung dosa (Babad Diponegoro, jilid 1 hal. 39-40).Perang besarDalam bukunya, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Kareel A. Steenbrink, mencatat, sebagian besar sejarawan menyepakati bahwa perang Diponegoro lebih bersifat perang anti-kolonial. Beberapa sebab itu antara lain: 1. Wilayah kraton yang menyempit akibat diambil alih Belanda, 2. Pemberian kesempatan kepada orang Tionghoa untuk menarik pajak, 3. Kekurangadilan di masyarakat Jawa, 4. Aneka intrik di istana, 5. Praktek sewa perkebunan secara besar-besaran kepada orang Belanda, yang menyebabkan pengaruh Belanda makin membesar, 6. Kerja paksa bukan hanya untuk kepentingan orang Yogyakarta saja, tetapi juga untuk kepentingan Belanda.Namun menurut Louw, sebab-sebab sosial ekonomis tadi dilandasi oleh alasan yang lebih filosofis, yaitu jihad fi sabilillah. Hal ini diakui oleh Louw dalam De Java Oorlog Van 1825-1830, seperti dikutip Heru Basuki: "Tujuan utama dari pemberontakan tetap tak berubah, pembebasan negeri Yogyakarta dari kekuasaan Barat dan pembersihan agama daripada noda-noda yang disebabkan oleh pengaruh orang-orang Barat."Hal ini tampak dari ucapan Pangeran Diponegoro kepada Jendral De Kock pada saat penangkapannya. "Namaningsun Kangjeng Sultan Ngabdulkamid. Wong Islam kang padha mukir arsa ingsun tata. Jumeneng ingsun Ratu Islam Tanah Jawi" (Nama saya adalah Kanjeng Sultan Ngabdulkhamid, yang bertugas untuk menata orang Islam yang tidak setia, sebab saya adalah Ratu Islam Tanah Jawa). (Lihat, P. Swantoro, Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu, (2002)).Kareel A Steenbrink menyebutkan, pemikiran dan kiprah Pangeran Diponegoro menarik para ulama, santri dan para penghulu merapat pada barisan perjuangannya. Peter Carey dalam ceramahnya berjudul Kaum Santri dan Perang Jawa pada rombongan dosen IAIN pada tanggal 10 April 1979 di Universitas Oxford Inggris menyatakan keheranannya karena cukup banyak kyai dan santri yang menolong Diponegoro. Dalam naskah Jawa dan Belanda, Carey menemukan 108 kyai, 31 haji, 15 Syeikh, 12 penghulu Yogyakarta, dan 4 kyai guru yang turut berperang bersama Diponegoro.Bagi sebagian kalangan, ini cukup mengherankan. Sebab, pasca pembunuhan massal ulama dan santri oleh Sunan Amangkurat I tahun 1647, hubungan santri dengan kraton digambarkan sangat tidak harmonis. Namun Pangeran Diponegoro yang merupakan keturunan bangsawan dan ulama sekaligus, berhasil menyatukan kembali dua kubu tersebut.Paduan motivasi agama dan sosial ekonomi ini menyebabkan Perang Diponegoro menjadi perang yang sangat menyita keuangan pemerintah kolonial, bahkan hampir membangkrutkan negeri Belanda. Korban perang Diponegoro: orang Eropa 8.000 jiwa, orang pribumi yang di pihak Belanda 7.000 jiwa. Biaya perang 20 juta gulden. Total orang Jawa yang meninggal, baik rakyat jelata maupun pengikut Diponegoro 200.000 orang. Padahal total penduduk Hindia Belanda waktu itu baru tujuh juta orang, separuh penduduk Yogyakarta terbunuh.Data ini menunjukkan, dahsyatnya Perang Diponegoro dan besarnya dukungan rakyat terhadapnya. Oleh bangsa Indonesia, Pangeran Diponegoro yang dikenal dengan sorban dan jubahnya, kemudian diakui sebagai salah satu Pahlawan Nasional, yang sangat besar jasanya bagi bangsa Indonesia. Louw dalam De Java Oorlog Van 1825 – 1830, menulis: "Sebagai seorang yang berjiwa Islam, ia sangat rajin dan taqwa sekali hingga mendekati keterlaluan. "Demikianlah artikel penting yang ditulis Saudara Arif Wibowo tentang Pangeran Diponegoro. Informasi tentang Diponegoro tersebut perlu diajarkan di sekolah-sekolah kita, khususnya sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan Islam. Saya masih menemukan banyak sekolah Islam yang masih mengajarkan cerita tentang Diponegoro yang keliru dan tidak menggambarkan Diponegoro sebagai seorang pahlawan Islam. Seolah-olah Diponegoro berjuang melawan Belanda hanya karena urusan duniawi.Kita berharap, pengelola lembaga pendidikan Islam, juga para orang tua bersedia meneliti buku-buku pelajaran anak-anaknya, agar tidak menyimpang dari ajaran Islam dan fakta yang sebenarnya.Cobalah bertanya kepada anak-anak kita, apakah mereka memahami bahwa Islam masuk ke Indonesia adalah dibawa oleh para pedagang dari Gujarat India. Padahal, teori buatan Snouck Hurgronje itu sudah lama dijawab oleh para ulama dan sejarawan Muslim. Para pendakwah Islam di wilayah Nusantara ini bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka adalah para pendakwah yang datang dari negeri Arab yang serius mendakwahkan Islam; bukan sekedar pekerjaan sambilan dari pekerjaan utama, yaitu berdagang.Dalam berbagai kesempatan bertemu dengan lembaga-lembaga pendidikan, saya mengajak para pimpinan dan guru-gurunya, agar serius memperhatikan pelajaran sekolah anak-anaknya. Suatu ketika anak saya menyodori sebuah soal pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VI Sekolah Dasar dari suatu sekolah Islam terkenal. Salah satu soalnya menceritakan bahwa ada seorang anak yang rumahnya jauh dari rumah. Setelah pulang sekolah ia harus membantu ibunya berjualan sampai Magrib. Usai shalat Magrib, dia masih harus mengaji, sehingga esoknya di sekolah dia kecapekan dan mengantuk.Soal semacam ini seyogyanya tidak diberikan kepada anak didik, apalagi di sekolah Islam. Mestinya diajarkan bahwa meskipun anak tersebut rumahnya jauh, harus membantu orang tuanya berjualan, dan juga harus mengaji, tetapi si anak tetap dapat meraih prestasi dengan baik di sekolahnya. Faktanya, tidak sedikit anak-anak berprestasi di sekolahnya justru anak-anak yang suka belajar dan bekerja keras, meskipun berada dalam kondisi kehidupan yang tidak mudah.Itulah pentingnya lembaga-lembaga pendidikan Islam melakukan perbaikan terhadap guru-guru dan kurikulum serta buku-buku pelajarannya. Kita berharap, dari sekolah-sekolah itulah akan lahir anak didik yang beradab. Yakni, anak didik yang mampu memandang dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya sesuai derajat yang ditentukan Allah SWT.Seorang Pangeran Diponegoro harus diletakkan secara terhormat sebagai pahlawan pejuang agama Allah. Era reformasi dan keterbukaan harusnya mampu dimanfaatkan sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan Islam untuk merevisi, dan kalau perlu merombak, buku-buku pelajaran yang selama ini diajarkan kepada anak didik mereka.Pelajaran sejarah sangat penting diberikan dengan mengungkap fakta dan perspektif yang benar untuk membentuk persepsi dan sikap hidup. Ketekunan, keikhlasan, kezuhudan, dan semangat jihad Pangeran Diponegoro seharusnya dipaparkan dengan benar kepada anak didik sehingga mereka tergerak untuk mengambil hikmah dan meneladani sang pahlawan Islam tersebut.

[Jakarta, 17 Oktober 2009/www.hidayatull ah.com]

Catatan Akhir Pekan [CAP] adalah hasil kerjasama antara Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah. com
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

20 Okt 2009

Nasehat Ali ra

Ali bin Abi Thalib Menasehatkan : DOSA terbasar adalah KETAKUTAN,
REKREASI terbaik adalah BEKERJA,
MUSIBAH terbesar adalah KEPUTUSASAAN,
KEBERANIAN terbesar adalah KESABARAN,
GURU terbaik adalah PENGALAMAN,
MISTERI terbesar adalah KEMATIAN,
KEHORMATAN terbesar adalah KESETIAAN,
KARUNIA terbesar adalah ANAK YANG SHALIH,
SUMBANGAN terbesar adalah BERPARTISIPASI, DAN
MODAL terbesar adalah KEMANDIRIAN


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Hari-hari

Hari-hari adalah lembaran baru untuk goresan amal perbuatan, Jadikanlah hari - harimu sarat dengan amalan yang terbaik, Karena kesemapatan itu akan lenyap secepat perjalanan awan, dan yang menunda - nunda pekerjaan tanda orang yang merugi, dan barang siapa bersampan kemalasan ia akan tenggelam bersamanya". (Ibnul Jauzy)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

12 Okt 2009

[Pri-News] Oktober 2009 - Mulai Advokasi Warga

Assalamualaikum wrwb.

Alhamdulillah dan salawat kepada Rasul saw.
Alhamdulillah, memasuki bulan kedua sebagai aleg, sambil tetap belajar segala sesuatu, kami dapat secara langsung mendengar dan menindaklanjuti keluhan warga depok. Beberapa kegiatan di awal oktober ini kami sampaikan sbb.

1. Tanggal 3 oktober kami menghadiri acara halal bi halal warga kukusan di rumah pradi supriatna tokoh beju. Beberapa pejabat depok dan ratusan warga kukusan yang hadir mengungkapkan keinginannya agar silaturahim antar warga depok semakin kuat dan kokoh. Acara ini dihadiri wakil walikota, kapolres, dandim dan beberapa tokoh lain.

2. Konsolidasi dg struktur dpc cimanggis dilakukan pada 4 okt 2009 di ppsd. Acara ini dihadiri oleh para ketua dpra atau wakilnya, lengkap sebanyak 13 dpra. Alhamdulillah, ada kesamaan persepsi dan motivasi utk memperkuat komunikasi struktur bersama aleg sebagai pendamping, dg masyarakat dan tokoh2nya.

3. Pada senin tanggal 5 oktober 2009 kami menerima utusan warga kampung lio yang mengadukan masalah penutupan pintu lintasan menuju balaikota oleh pemkot. Setelah dialog, kami langsung melakukan pengecekan ke lapangan. Esoknya tanggal 6 oktober kami memanggil pihak pemkot untuk mengetahui rencana pemkot terkait pintu lintasan tsb. Hasil pertemuan sementara, pemkot akan melakukan komunikasi dg warga sekitar pintu lintasan untuk memberikan pemahaman tentang situasi yang ada. Intinya, pemkot ingin melindungi warganya yang suka melintas rel KA, yang dilarang menurut UU, menuju balaikota melalui pintu lintasan tsb.

4. Pada selasa 6 oktober fraksi PKS mendapatkan taujih yang sangat menyentuh dari ust muhsinin fauzi tentang tazkiyatun nafs. Semoga bisa membangun kesadaran dan motivasi yang semakin kuat untuk menjadikan semua kerja-kerja dewan ini sbg dakwah yang ikhlas karena Allah semata, bukan untuk materi dan popularitas, serta bisa istiqomah dalam menjalankannya.

5. Rabu 7 oktober 2009 fraksi PKS diundang radio cemerlang untuk melakukan talkshow live. Alhamdulillah acara berlangsung lancar. Ada beberapa pendengar yang mengirim sms pengaduan kondisi di masyarakat. Ada beberapa juga yang langsung menelpon untuk berdialog.

6. Selesai talkshow di radio cemerlang, kami bersama ust muhammad said, mendatangi pedagang dan pengelola pasar pal, terkait rencana penggusuran beberapa kios yang terletak di sempadan kali baru. Kami mendengarkan dan meninjau kondisi lapangan secara langsung. Mereka menghendaki agar diberikan tempo beberapa bulan untuk mencari tempat baru, jika terpaksa mereka tidak dapat terus berdagang di tempat tersebut. Esoknya kami langsung menghubungi pihak pemkot, dan minta agar dapat memenuhi keinginan para pedagang. Pada prinsipnya para pedagang memahami kondisi dan peraturan yang berlaku, namun mereka minta diberi waktu cukup untuk mencari tempat baru. Kami akan terus mencari solusi yang terbaik bagi semua pihak, dengan meminimalkan resiko dan pengorbanan.

7. Pada hari yang sama, rabu 6 oktober, kami langsung menengok puskesmas tugu. Puskesmas ini kondisinya memprihatinkan dan sangat tidak layak. Kondisi fisik bangunan sudah agak rapuh, ditambah kiriman banjir yang selalu datang saat hujan besar. Bangunan ini sudah dianggarkan untuk direnovasi pada 2010. Beberapa saat ke depan, untuk sementara, puskesmas tugu akan dipindahkan ke kelapa dua. Mereka berharap kami dapat mengawal anggaran perbaikan puskesmas tersebut, karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak.

8. Pada kamis, 8 oktober 2009 kami menghadiri acara halal bi halal bersama walkota dan jajaran pemkot, serta dihadiri tokoh masyarakat. Ratusan orang menghadiri acara tersebut.

9. Pada ahad 11 oktober kami menghadiri acara halal bi halal kader cimanggis di cibubur.

10. Di samping berbagai kegiatan ke masyarakat, kami juga sedang menyiapkan beberapa konsep tulisan mengenai berbagai problema yang dihadapi depok. Dengan konsep dan gagasan ini diharapkan dapat memunculkan inspirasi untuk menuju depok yang lebih baik.

Kalau ada hal-hal yang terkait dengan program-program pembangunan di depok yang perlu dibantu atau diadvokasi, mohon jangan ragu untuk menginformasikan kepada kami.

Sekali lagi, mohon doa dari sahabat sekalian agar kami dapat mengemban amanah ini dg ikhlas dan tetap istiqomah.

Trimakasih dan jazakumullah khairan katsira..

Wassalamualaikum wrwb.


Prihandoko
(pri@prihandoko.com)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

10 Okt 2009

Mengharapkan Rahmat Allah

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Abu Hurairah r.a. berkata: "Saya telah mendengar Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Allah telah menjadikan rahmat dalam seratus
bahagian, maka ditahan pada-Nya yang sembilan puluh sembilan dan
diturunkan dibumi satu bahagian, maka dengan satu bahagian
itumasing-masing makhluk berkasih sayang sehingga kuda mengangkat
kakinya kerana khuatir memijak anaknya."

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari
Alhasan berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah
mempunyai seratus rahmat, diturunkan kebumi hanya satu rahmat untuk
penduduk dunia, maka mencukupi hingga habis ajal mereka, dan Allah
akan mencabut rahmat itu yang satu pada hari kiamat untuk mengenapkan
pada yang sembilan puluh sembilan, untuk diberikannya kepada para wali
dan ahli taat kepada-Nya."

Abul-Laits berkata: "Rasulullah s.a.w. telah
menerangkan kepada kaum mukmin rahmat Allah s.w.t. supaya mereka
bersyurkur kepada yang telah memuliakan mereka dengan rahmat-Nya dan
rahmat amal soleh, sebab siapa yang mengharapkan rahmat Allah s.w.t.
harus beramal mengikut petunjukNya untuk mencapai rahmatNya. Allah
s.w.t. berfirman:

"Inna rahmatallahi qaribun minal mukhsinin."

Yang bermaksud: "Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat pada
orang-orang yang berbuat baik."

"Faman kana yarju liqa'a rabbihi fal ya'mal amalan shaliha"

Yang bermaksud: "Maka siapa yang mengharap mendapat rahmat dan bertemu
kepada Tuhan-Nya, maka hendaklah beramal soleh."

Ibn Abbas r.a. berkata: "Ketika turun
ayat: "Warahmati wasi'at kulla syai'i." Yang bermaksud: "Rahmat-Ku
meliputi segala sesuatu.", maka iblis laknatullah menonjol-nonjolkan
diri sambil berkata: Saya termasuk dari sesuatu, tentu saya akan
mendapat bahagian dari rahmat-Nya." Demikian pula kaum Yahudi dan
Nashara (Kristien), kemudian diturunkan lanjutannya: "Fasa aktubua
lilladz ina yattaquna wayu'tunazzakat walladzina hum biayatina
yuminun." Yang bermaksud: "Maka Aku tetapkan rahmat-Ku pada
orang-orang yang taqwa, jaga-jaga diri dari syirik dan mengeluarkan
zakat, dan mereka percaya pada ayat-ayat Kami."

Iblis laknatullah patah harapan untuk
mendapat rahmat tetapi Yahudi dan Nashara merasa tidak syirik dan
sudah mengeluarkan zakat dan percaya pada kitab Allah s.w.t. Kemudian
turun ayat lajutannya: "Alladzina yattabi Uunarsulan nabiyyal ummiya."
Yang bermaksud: "Ialah mereka yang mengikuti rasul nabi yang ummi
yaitu Nabi Muhammad s.a.w." Sampai disini kaum Yahudia dan Nashara
putus dari rahmat Allah s.w.t. Oleh sebab itu maka kewajipan utama
bagi tiap-tiap orang mukmin memuji syurkur kepada Allah s.w.t. atas
kurniaan nikmat iamn yang diberikan Allah s.w.t. kepadanya, disamping
mengharapkan semoga segala dosa-dosanya diampunkan oleh Allah s.w.t.

Yahya bin Mu'adz Arrazi dalam doanya
berkata: "Ya Allah, Engkau telah menurunkan satu rahmat dan memuliakan
kami dengan rahmat beragama Islam, apabila melengkapkan rahmat yang
merata, bagaimana kami tidak akan mengharapkan pengampunan-Mu."

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Abu Said Al-khudri r.a. berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Ada seorang masuk syurga tanpa amal kebaikan, hanyaketika ia akan
mati berpesan kepada keluarganya: "Jika saya meninggal bakar mayatku
dan tumbuk tulang-tulangku sampai halus kemudian abunya taburkan
separuh didarat dan separuh dilaut, maka ketika mati, dilaksanakan
wasiatnya. Maka Allah menyuruh darat dan laut supaya mengumpulkan
abunya, kemudian ketika ditanya: "Mengapa kau berbuat sedemikian itu?"
Jawabnya: "Kerana takut kepadaMu Tuhan. Maka Allah mengampunkan
baginya kerana takutnya kepada Tuhan itu."

Abul-Laits meriwayatkan dari Athaa' dari
seorang sahabat Rasulullah s.a.w. berkata: "Rasulullah s.a.w. datang
kepada kami sedang kami tertawa. Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Apakah kamu tertawa sedang api neraka menanti dibelakangmu. Demi
Allah, saya tidak senang melihat kamu tertawa." Maka Rasulullah s.a.w.
pergi membelakangi kami, sedang kami diam, seolah-oalh ada burung
diatas kepala kami, kemudian kembali berjalan mundur kepada kami lalu
bersabda: "Allah telah berfirman: "Nabbi'ibadi anni anal ghafuruuahim,
wa anna adzabi huwal adzabul aliem" Yang bermaksud: "Mengapa kau
mematahkan hati hambaKu, beritakan kepada mereka hambaKu bahawa Aku
maha mengampun dan penyayang dan siksaKu, siksa yang sangat pedih."

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Abdullah bin Amr Al-ash berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya bagi Allah tidak ada dosa yang tidak dapat
diampunkannya, ada pada ummat yang sebelum kamu seorang yang telah
membunuh sembilan puluh sembilan orang kemudian pergi kepada pendeta
dan berkata: "Saya telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, apakah
ada jalan bagiku untuk bertaubat?" Jawab pendeta: "Tidak ada, sebab
perbuatanmu sudah melampaui batas." Maka segera ia berdiri dan
langsung membunuh pendeta itu sehingga genap yang dibunuh seratus
orang. Kemudian pergi ke pendeta yang lain dan berkata: "saya telah
membunuh seratus orang, apakah ada jalan bagiku untuk bertaubat?"
Jawab pendeta itu: "Sebenarnya perbuatan mu sudah melampau dan saya
tidak mengetahui, hanya disana ada dua dusun, yang satu bernama Bushro
dan penduduknya orang-orang baik yang selalu mengerjakan amal ahli
syurga, sedang yang lain bernama Kafrah, penduduknya hanya berbuat
derhaka melakukan amal ahli neraka, maka bila kamu pergi ke Bushro dan
mengikuti amal perbuatan mereka, maka jangan ragu bahawa taubat mu
akan diterima." Maka pergilah ia ke Bushro, dan ketika ia ditengah
jalan jatuh mati, maka bertengkarlah Malaikat Siksa dan Malaikat
Rahmat, sehingga bertanya kepada Tuhan. Maka disuruh: "Ukur saja maka
kedusun mana ia lebih dekat, masukkan ia kegolongan penduduknya."
Tiba-tiba terdapat ia lebih dekat kedusun Bushro sekadar ujung jari,
maka ia tercatat dari golongan penduduknya."

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Abdullah bin Mas'ud berkata: "Tiga macam yang saya berani
bersumpah sedang yang keempat bila saya bersumpah pasti benar:

Allah s.w.t. tidak akan memelihara seseorang didunia, kemudian
diserahkan kepada lainNya dihari kiamat.

Allah s.w.t. tidak akan menyamakan orang yang mempunyai bahagian dalam
Islam dengan yang tidak mempunyai bahagian.

Tidak seorang yang cinta pada suatu kaum, melainkan akan berkumpul
dengan mereka pada hari kiamat.

Allah s.w.t. tidak menutupi hamba didunia melainkan pasti akan
menutupinya diakhirat.

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Ibn Mas'ud r.a. berkata: "Empat ayat surah Annisaa' bagi kaum
muslimin lebih baik dari dunia seisinya."

Ayatnya ialah:

Innallaha laa yagh firu an yusy roka bihi wayagh firu maa duna dzalika
liman yasaa'u waman yusy rik billahi faqad iftara itsman adziima. Yang
bermaksud: Allah tidak akan mengampuni pada orang yang syirik dan
dapat mengampuni selain itu bagi siapa yang dikehendaki, dan siapa
yang syirik (mempersekutukan Tuhan) maka ia telah berbuat dosa yang
sangat besar.

Walau annahum idz dhalamu anfusahum jauka fas taghfarullaha was
taghfara lahumurraluuhu lawajadullaha tawwaba rahima. Yang bermaksud:
Andaikan ketika mereka berbuat zalim itu datang kepadamu (Nabi
Muhammad s.a.w.), lalu minta ampun kepada Allah dan dimintakan ampun
oleh Rasulullah, pasti mereka akan mendapatkan Allah itu maha
pengampun lagi penyayang.

In taj tani bu kabaa ira maa tunhauna anhu nukaffir ankum sayyi
aatikum wanud khilkum mud kholan kariima. Yang bermaksud: Jika kamu
meninggalkan dosa-dosa yang besar yang telah dilarang, maka Allah akan
mengampunkan dosa-dosamu yang kecil-kecil dan memasukkan kamu dalam
tempat yang mulia.

Waman ya mal suu'a au yadh lim nafsahu tsumma yas tagh firillaha
yajidillaha ghafuu ra rahima. Yang bermaksud: Dan siapa berbuat
kejahatan atau menganiaya diri sendiri kemudian membaca istighfar
(minta ampun) kepada Allah, pasti akan mendapatkan Allah maha
pengampun dan penyayang.

Jabir bin Abdillah An-Anshari r.a. berkata:
"Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Syafaatku untuk orang-orang yang
berdosa besar dari ummatku, siapa yang mendustakannya tidak akan
mencapainya." Jabir r.a. berkata: "Orang yang tidak berdosa besar
tidak memerlukan syafaat sebagaimana ayat ketiga diatas."

Muhammad bin Almunkadir dari Jabir r.a.
berkata: "Nabi Muhammad s.a.w. keluar kepada kami dan bersabda:
"Malaikat Jibril tadi datang kepadaku dan berkata: "Ya Muhammad, demi
Allah yang mengutuskan mu sebagai nabi yang besar, sesungguhnya ada
seorang hamba Allah yang beribadat selama lima ratus tahun diatas
sebuah bukit yang lebar, panjangnya tiga puluh hasta kali tiga puluh
hasta dan dikelilingi oleh laut seluas empat ribu farsakh dari tiap
penjuru, disitu Allah s.w.t. mengeluarkan sumber air yang segar
selebar satu jari dari bawah bukit, juga pohon delima pada tiap hari
berbuah sebuah delima, maka bila siang hari turunlah orang itu untuk
wuduk dan memetik delima, lalu dimakannya, kemudian berdiri sembahyang
dan ia minta kepada Tuhan supaya dimatikan dalam sujud, dan supaya
badannya tidak disentuh bumi atau lain-lainnya hingga bangkit dihari
kiamat sambil sujud, maka Allah s.w.t. telah menerima permintaannya,
kerana itu tiap kami naik turun dari langit selalu melaluinya ia
sedang sujud. Jibril berkata: "Kami dapat dalam ilmu, bahawa ia akan
dibangkitkan pada hari kiamat dan dihadapkan kepada Allah s.w.t. ,
lalu Allah s.w.t. menyuruh: "Masukkanlah hambaKu itu kedalam syurga
dangan rahmatKu." Maka berkata orang itu: "Dengan amalku." Maka Allah
s.w.t. menyuruh Malaikat supaya menghitung semua amalnya dan nikmatKu
iaitu nikmat melihat (penglihatan), tiba-tiba nikmat penglihatan itu
telah mengelilingi ibadatnya selama lima ratus tahun, sedang
nikmat-nikmat Allah s.w.t. yang lain-lainnya belum. Maka Allah s.w.t.
berfirman: "Masukkan ia kedalam neraka." dan ketika ditarik menuju
keneraka, ia berkata: "Masukkanlah aku kedalam syurga dengan
rahmatMu."

Maka Allah s.w.t. berfirman kepada
Malaikat: "Kembalikanlah ia." Lalu ditanya oleh Allah s.w.t.:
"Hambaku, siapa yang menjadikan kau daripada tidak ada?" Jawabnya:
"Engkau Tuhan." Lalu dutanya: "Apakah itu kerana amalmu atau
rahmatKu?" Jawabnya: "Dengan RahmatMu." Lalu ditanya: "Siapakah yang
memberi kekuatan kepadamu untuk beribadat lima ratus tahun?" jawabnya:
"Engkau Tuhanku." Lalu ditanya lagi: "Dan siapakah yang menempatkan
kau diatas bukit dan ditengah laut dan mengeluarkan air segar yang
tawar dari tengah-tengah laut yang masin getir dan menumbuhkan buah
delima tiap pagi, padahal buah itu hanya berbuah satu tahun satu kali,
lalu kau minta kepadaKu untuk mati sujud, siapakah yang berbuat itu
semua?" Jawabnya: "Engkau Tuhanku." Firman Allah s.w.t. : "Maka semua
itu dengan rahmatKu." Malaikat Jibril berkata: "Segala sesuatu terjadi
dengan rahmat Allah s.w.t.."

Alhasan r.a berkata: "Nabi Muhammad s.a.w.
bersabda: "Tiada berkumpul dua perasaan berharap pada rahmat Allah dan
takut dari siksa Allah dalam hati seorang mukmin ketika akan mati
melainkan pasti akan diberi oleh Allah harapannya dan dihindarkan dari
ketakutannya."

Abu Said Almaqburi dari Abu Hurairah r.a.
berkata: "Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Tiada seorang diantara kamu
yang dapat selamat kerana amalnya sendiri. Seorang sahabat bertanya:
"Engkau juga tidak, ya Rasulullah?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Saya
juga tidak, kecuali Allah meliputi saya dengan rahmayNya, kerana itu
sedang-sedanglah kamu dan tetapkan segala perbuatanmu dan beramal
diwaktu pagi dan petang dan sedikirt diwaktu malam, sederhanalah
supaya sampai dengan selamat."

Anas r.a. berkata: Nabi Muhammad s.a.w.
bersabda: "Permudahkanlah dan jangan mempersukar dan gembirakan dan
jangan menggusarkan."

Ibn Mas'ud r.a. berkata: "Rahmat akan
melimpah-limpah pada manusia dihari kiamat sehingga iblis laknatullah
mengangkat kepalanya ingin mendapatkannya kerana luasnya rahmat Allah
dan syafa'at orang-orang yang diberikan syafa'at oleh Allah s.w.t."

Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Pada hari
kiamat akan terdengar seruan dari bawah Arsy: "Ya ummat Muhammad,
adapun dosa-dosamu terhadap Aku maka Aku maafkan bagi kamu dan tinggal
yang terjadi diantara sesama kamu, maka maaf memaafkan diantara kamu
dan masuklah kamu kesyurga dengan rahmatKu."

Al-Fudhail bin Iyaadh berkata: "Rasa takut
kepada Allah s.w.t. itu lebih baik bagi orang yang sihat tetapi jika
ia sakit dan lemah (tidak kuat beramal) maka mengharap itu lebih baik,
sebab jika sihat kuat untuk beramal taat dan meninggalkan maksiat
sebaliknya bila telah sakit atau lemah maka mengharapkan rahmat itu
yang lebih utama."

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Muhammad bin Alfadhel daro Ibn Abi Ruwad dari ayahnya berkata:
"Allah s.w.t. menurunkan wahyu kepada nabi Daud a.s.: "Hai Daud,
gembirakan orang-orang yang berdosa, dan peringatkan kepada
orang-orang siddiq." Maka Nabi Daud a.s bertanya: "Bagaimana
menggembirakan orang-orang yang berdosa dan mengancam orang-orang yang
siddiq?" Allah s.w.t. berfirman: "Gembirakan orang-orang yang berdosa
bahawa tidak ada dosa yang tidak dapat Aku ampunkan dan peringatkan
pada orang siddiq supaya mereka tidak berbangga (sombong) dengan amal
perbuatan mereka kerana bila Aku tegakkan keadilanKu dan perhitunganKu
pada seseorang pasti binasa."

Ibn Abi Ruwad dari ayahnya berkata: "Allah
s.w.t berfirman: "Aku-lah Allah yang memiliki semua raja, hati
raja-raja itu semua ditangan-Ku, maka tiap kaum yang Aku ridha. Aku
jadikan hati raja itu rahmat pada mereka dan tiap kaum yang Aku murka,
Aku jadikan raja itu siksa bagi mereka, kerana itu kamu jangan sibuk
mengutuk raja dan taubatlah kamu kepadaKu nescaya Aku lunakkan hati
mereka kepadamu."

Al'alaa bin Abdirrahman dari ayahnya dari
Abu Hurairah r.a. berkata: "Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Andaikan
orang mukmin mengetahui siksa yang disediakan Allah s.w.t. nescaya
tidak akan mengharapkan syurgaNya seorang pun dan andaikata orang
kafir mengetahui kebesaran rahmat Allah s.w.t. nescaya tidak akan
merasa putus dari rahmat Allah s.w.t. seorangpun."

Abu Ya'la lhusain bin Muhammad Annaisaburi
meriwayatkan dengan sanadnya dari Ahmad bin Sahl berkata: "Saya
bermimpi kelihatan Yahya bin Aktsam, maka saya bertanya kepadanya:
"Apakah tang telah kau dapat dari Tuhanmu? jawabnya: "Saya dipanggil
oleh Tuhan: "Hai orang tua yang jahat, kau telah berbuat ini dan itu."
Maka jawabku: "Ya Tuhan, tidak sedemikian yang saya dengar tentang
Engkau." Tuhan bertanya: "Apakah yang kau dengar tentang Aku?"
Jawabku: "Saya telah mendengar dari Abdurrazzaq dari Ma'mar dari
Azzuhri dari Urwah dari Aisyah r.a. dari Nabi Muhammad s.a.w. dan
Jibril a.s. bahawa Engkau berfirman: " Tiada seorang muslim yang telah
beruban dalam Islam, maka saya akan menyiksanya melainkan saya malu
untuk menyiksanya." Sedang saya seorang yang telah sangat tua. Maka
firman Allah s.w.t: "Benar Abdurrazzaq, dan benar Ma'mar dan benar
Azzuhri dan benar Urwah dan benar Aisyah dan benar Nabi Muhammad
s.a.w. dan benar Jibril dan benar apa yang Aku firmankan itu, ya
Yahya. Aku tidak akan menyiksa orang tua yang beruban dalam Islam."
kemudian saya diperintahkan kesebelah kanan ke syurga."

Umar r.a. berkata: "Dia masuk kepada Nabi
Muhammad s.a.w., tiba-tiba ia mendapati Nabi Muhammad s.a.w. sedang
menangis, maka ditanya: "Apakah yang menyebabkan engkau menangis, ya
Rasulullah?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Saya telah didatangai oleh
malaikat Jibril a.s. dan berkata kepadaku: "Sesungguhnya Allah malu
akan menyiksa seorang yang telah beruban didalam Islam, maka bagaimana
orang yang beruban tidak malu berbuat maksiat kepada Allah s.w.t."

Abul-Laits berkata: "Kerana itu maka wajib
bagi orang yang telah tua menyedari kehormatan ini dan bersyukur
kepada Allah s.w.t. dan malu kepada Allah s.w.t. dan kepada kedua
malaikat yang mencatat amalnya. Dan
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Jujur akan Mendapat Rahmat

Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar
Al-Anshari berkata: â€Ĺ“Dulu, aku pernah berada di Makkah semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala selalu menjaganya, suatu hari aku merasakan
lapar yang sangat. Aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat
menghilangkan laparku. Tiba-tiba aku menemukan sebuah kantong dari
sutera yang diikat dengan kaos kaki yang terbuat dari sutera pula.

Aku memungutnya dan membawanya pulang ke rumah. Ketika aku buka, aku
dapatkan didalamnya sebuah kalung permata yang tak pernah aku lihat
sebelumnya. Aku lalu keluar dari rumah, dan saat itu ada seorang bapak
tua yang berteriak mencari kantongnya yang hilang sambil memegang
kantong kain yang berisi uang lima ratus dinar. Dia mengatakan, ‘Ini
adalah bagi orang yang mau mengembalikan kantong sutera yang berisi
permata’. Aku berkata pada diriku, ‘Aku sedang membutuhkan, aku
ini sedang lapar. Aku bisa mengambil uang dinar emas itu untuk aku
manfaatkan dan mengembalikan kantong sutera ini padanya’.

Maka aku berkata pada bapak tua itu, ‘Hai, kemarilah’. Lalu aku
membawanya ke rumahku. Setibanya di rumah, dia menceritakan padaku
ciri kantong sutera itu, ciri-ciri kaos kaki pengikatnya, ciri-ciri
permata dan jumlahnya berikut benang yang mengikatnya. Maka aku
mengeluarkan dan memberikan kantong itu kepadanya dan dia pun
memberikan untukku lima ratus dinar, tetapi aku tidak mau
mengambilnya. Aku katakan padanya, ‘Memang seharusnya aku
mengembalikannya kepadamu tanpa mengambil upah untuk itu’. Ternyata
dia bersikeras, ‘Kau harus mau menerimanya’, sambil memaksaku
terus-menerus. Aku tetap pada pendirianku, tak mau menerima.

Akhirnya bapak tua itu pun pergi meninggalkanku. Adapun aku, beberapa
waktu setelah kejadian itu aku keluar dari kota Makkah dan berlayar
dengan perahu. Di tengah laut, perahu tumpangan itu pecah, orang-orang
semua tenggelam dengan harta benda mereka. Tetapi aku selamat, dengan
menumpang potongan papan dari pecahan perahu itu. Untuk beberapa waktu
aku tetap berada di laut, tak tahu ke mana hendak pergi!

Akhirnya aku tiba di sebuah pulau yang berpenduduk. Aku duduk di salah
satu masjid mereka sambil membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika mereka
tahu bagaimana aku membacanya, tak seorang pun dari penduduk pulau
tersebut kecuali dia datang kepadaku dan mengatakan, ‘Ajarkanlah
Al-Qur’an kepadaku’. Aku penuhi permintaan mereka. Dari mereka aku
mendapat harta yang banyak.

Di dalam masjid, aku menemukan beberapa lembar dari mushaf, aku
mengambil dan mulai membacanya. Lalu mereka bertanya, ‘Kau bisa
menulis?’, aku jawab, ‘Ya’. Mereka berkata, ‘Kalau begitu,
ajarilah kami menulis’. Mereka pun datang dengan anak-anak juga dan
para remaja mereka. Aku ajari mereka tulis-menulis. Dari itu juga aku
mendapat banyak uang. Setelah itu mereka berkata, ‘Kami mempunyai
seorang puteri yatim, dia mempunyai harta yang cukup. Maukah kau
menikahinya?’ Aku menolak. Tetapi mereka terus mendesak, ‘Tidak
bisa, kau harus mau’. Akhirnya aku menuruti keinginan mereka juga.
Ketika mereka membawa anak perempuan itu kehadapanku, aku pandangi
dia. Tiba-tiba aku melihat kalung permata yang dulu pernah aku temukan
di Makkah melingkar di lehernya. Tak ada yang aku lakukan saat itu
kecuali hanya terus memperhatikan kalung permata itu.

Mereka berkata, ‘Sungguh, kau telah menghancurkan hati perempuan
yatim ini. Kau hanya memperhatikan kalung itu dan tidak memperhatikan
orangnya’. Maka saya ceritakan kepada mereka kisah saya dengan
kalung tersebut. Setelah mereka tahu, mereka meneriakkan tahlil dan
takbir hingga terdengar oleh penduduk setempat. ‘Ada apa dengan
kalian?’, kataku bertanya. Mereka menjawab, ‘Tahukah engkau, bahwa
orang tua yang mengambil kalung itu darimu saat itu adalah ayah anak
perempuan ini’. Dia pernah mengatakan, ‘Aku tidak pernah
mendapatkan seorang muslim di dunia ini (sebaik) orang yang telah
mengembalikan kalung ini kepadaku’.

Dia juga berdoa, ‘Ya Allah, pertemukanlah aku dengan orang itu
hingga aku dapat menikahkannya dengan puteriku’, dan sekarang sudah
menjadi kenyataan’. Aku mulai mengarungi kehidupan bersamanya dan
kami dikaruniai dua orang anak. Kemudian isteriku meninggal dan kalung
permata menjadi harta pusaka untukku dan untuk kedua anakku. Tetapi
kedua anakku itu meninggal juga, hingga kalung permata itu jatuh ke
tanganku. Lalu aku menjualnya seharga seratus ribu dinar. Dan harta
yang kalian lihat ada padaku sekarang ini adalah sisa dari uang 100
ribu dinar itu.†( orang ini sangat kaya raya )

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

18 Sep 2009

Bila Al Qur’an bisa bicara !

Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudu' aku kau sentuh dalam keadaan suci
Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari
Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra

Sekarang engkau telah dewasa…

Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku…
Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah…
Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu
Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?
Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu
Kadangkala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa
Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan
Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian
Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.

Dulu…pagi-pagi…surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman
Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau…..

Sekarang… pagi-pagi sambil minum kopi…engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV
Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia
Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.
Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan…

Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surahku (Basmalah)
Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Allah yang terdapat padaku di laci mobilmu
Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu
Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku

Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu

Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku
Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV
Menonton pertandingan Liga Italia , musik atau Film dan Sinetron laga
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah

Waktupun cepat berlalu…aku menjadi semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.

Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan ? Bila
engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba Engkau akan
diperiksa oleh para malaikat suruhanNya
Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selamat melaluinya.

Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu…
Setiap saat berlalu…kuranglah jatah umurmu…
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu. ..
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.

Bila aku engkau baca selalu dan engkau hayati…
Di kuburmu nanti….
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan
Yang akan membantu engkau membela diri
Bukan koran yang engkau baca yang akan membantumu Dari perjalanan di alam akhirat
Tapi Akulah "Qur'an" kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu

Peganglah aku lagi .. .. bacalah kembali aku setiap hari
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci
Yang berasal dari Alloh, Tuhan Yang Maha Mengetahui
Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah.

Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu…
Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu

Sentuhilah aku kembali…
Baca dan pelajari lagi aku….
Setiap datangnya pagi dan sore hari
Seperti dulu….dulu sekali…
Waktu engkau masih kecil , lugu dan polos…
Di surau kecil kampungmu yang damai
Jangan aku engkau biarkan sendiri….
Dalam bisu dan sepi….
Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT