26 Jan 2017

Nilai MK Sistem Berbasis Pengetahuan 4KB09 - 2017

NPM Nilai UTS
21113453  85
28113346  63
23113993  94
29113554  84
23113120  58
29113999  94
22113158  62
25113049  100
27113558  69
28113976  75
23113256  98
26113419  77
22113170  42
25113734  14
28113745  72
23113988  75
25113990  74
22113438  70
27113358  74

Nilai MK Sistem Terdistribusi 4KA11 - 2017

NPM Nilai UTS
10113071 97
10113083 85
10113371 85
10113484 20
10113819 100
11113140 87
11113550 49
11113661 27
11113750 80
12113619 33
12113698 52
13113070 28
13113146 93
19113927 82
13113556 88
13113953 44
13113959 28
14113185 92
14113306 40
14113316 51
14113573 31
15113850 96
15113251 95
15113339 84
15113366 70
16113903 100
17113790 90
17113870 65
18113152 82
18113179 91
18113509 100
18113820 96
18113902 94
18113980 66
19113364 94
19113381 98
19113490 33
16113801 10

Nilai MK Sistem Terdistribusi 4KA25 - 2017

NPM Nilai UTS
10113238 77
10113510 95
10113557 69
10113644 92
11113392 86
19113923 53
11113429 35
11113601 65
12113959 81
15113717 50
13113252 100
13113357 63
13112771 87
14113712 53
15113383 80
16113142 64
16113945 91
17113056 79
17113181 45
17113609 79
17113967 61
17113928 83
18113197 68
19113804 89
18113598 68
19113282 54
13113268 42

Nilai MK Sistem Berbasis Pengetahuan 3KA25 - 2017

NPM Nilai UTS
10114433 30
10114515 71
11114053 69
11114177 70
11114643 3
12114112 74
1B115854 83
12114366 66
11115745 75
1D114248 94
13114095 32
12111215 19
1D114001 87
12112547 29
13114660 71
13114940 73
14114021 27
12112998 29
14114388 7
14114540 54
14114733 73
1D114260 33
1B115803 68
15114197 50
15114200 65
15114517 99
15114577 37
15114875 79
16114019 51
14110176 25
17114030 44
17114175 45
1C114899 76
18114120 56
18114231 36
15112668 0
18114600 84
18114653 30
18114664 72
19114296 86
19114209 56
1A114400 32
1A114521 71
1A114531 23
1A114568 48
1A114674 84
1A114891 34
1A114932 79
1C114123 37
1C114585 69

Nilai MK Sistem Berbasis Pengetahuan 4KA08 - 2017

Npm  Nilai UTS
10114416 73
11114023 34
11114024 100
11114413 83
11114532 89
11114590 93
11114627 89
11114719 3
11114899 93
11114948 37
13114676 76
13114740 8
1C114723 12
13114911 45
14114033 79
14114090 79
14114285 64
14114508 33
14114547 72
14114697 70
14114876 73
15114089 69
15114457 53
15114923 58
16114048 41
17114186 100
16114983 54
16114343 60
17114677 53
18114089 81
18114848 12
18114939 43
19114686 81
19114562 72
1A114401 70
1A114953 9
1D114133 45

Nilai MK Sistem Berbasis Pengetahuan 3KA07 - 2017

Npm Nilai UTS
13110074 44
10114365 84
10114501 40
10112227 3
10114609 86
10114686 20
10114705 85
11114218 70
11114268 76
11114448 61
11114791 57
11114848 34
12114249 98
12114256 100
12114486 100
12114652 83
13114412 95
13114622 83
13114713 100
13114778 86
1C114887 70
1C114933 59
14114596 75
14114691 58
15114663 62
15114802 91
1C114887 75
16114250 98
16114325 42
16114858 7
17114134 95
17114193 92
18114772 78
131100265 62
19114159 49
19114242 74
19114250 61
19114330 71
19114357 76
19114592 55
19114654 67
19114910 66
1A114003 84
1A114110 49
1A114591 45
1A114783 57

10 Jan 2017

Tawar Menawar pada Pedagang Kecil

*_SEKALI LAGI, TENTANG TAWAR MENAWAR PADA PEDAGANG KECIL_*

....... sebuah ceritera kehidupan yg sgt bagus untuk direnungkan .... 

Tadi pagi, di antara beceknya pasar Jombang, aku mengantri untuk dilayani, di tukang ikan.

"Mahal amat, kurangi deh, ikan kayak gini, udah nggak segar," tawar ibu berambut hasil rebonding itu.

"25ribu itu udah pas Bu, karna udah siang, kalo pagi, nggak kurang dari 30ribu," jawab penjual ikan.

"Ahhh 20ribu kalo mau, udah sisa-sisa jelek begini kok," tawar si ibu rebonding.

Mata tua penjual ikan mengerjap pelan, mata tua yang selalu mengundang iba, menatap dagangannya. Masih bertumpuk. Hari mulai beranjak siang. Sebuah anggukan ia berikan. Menyerah pada keadaan. Hidup, tak memberinya banyak pilihan.

Dan tangan tua keriput itu mulai menyisik ikan. Ujung jari melepuh terlalu lama terkena air. Beberapa luka di jari tertusuk tajamnya duri ikan, cukuplah sebagai bukti, bahwa kehidupannya bukanlah kehidupan manis bertabur mawar melati.

Dunia,

Kenapa kita sedemikian kejam pada orang yang lemah? 
Mengapa di sebagian semesta diri, kita begitu puas jika berhasil memenangkan penawaran pada orang-orang yang sudah terseok-seok mencari makan?

*Apa yang kita dapat dari hasil menawar ? 
3 atau 5 ribu*?

Akan kaya kah kita dgn uang segitu? 
TIDAK..!!!

Uang mungkin terkumpul, tapi keberkahan hidup nggak akan didapat. 
Bisa jadi, saat memasak, lupa, lalu gosong dan terbuang, kerugiannya lebih dari 5 ribu. Atau bisa jadi, saat masakan udah matang, anak anak malah kehilangan selera makan, dan minta dibelikan ketoprak atau apalah, sehingga uang yg 5 ribu tadi abis juga, capek memasak nggak dihargai oleh anggota keluarga.

Apalagi menawar dengan bahasa yg tidak baik. "Ikan kayak gini, udah nggak segar, ikan kayak gini, sisa-sisa udah jelek begini,"

Omongan adalah doa. 
Setelah deal membeli, bisa jadi ikan itu memang membawa pemakannya menjadi tidak segar, atau ikan itu membawa kejelekan bagi pemakannya. 

*Hati-hati Bu dengan lisanmu, doa ibu menggetarkan langit, kalimat yg buruk pun bisa menggetarkan langit.*

Aku udah bertahun mencoba konsisten menerapkan untuk tidak pernah menawar pedagang kecil. Dengan menulis ini, aku bukannya tidak paham dengan konsekuensi, akan banyak yg menilai "Ahh amal baik kok di publikasikan, riya, nggak dapat pahala,"

Baik, soal pahala atau tidak, biarlah menjadi urusan Allah. Kalau karena menuliskan hal ini, aku dianggap riya, lantas kehilangan pahala atas hal itu, aku ikhlas.  

Hanya berharap, semoga tulisan ini mampu membelai banyak hati yang lain, kemudian menjadi konsisten untuk tidak pernah lagi menawar ke pedagang kecil.

Mari kita mulai, membangun perekonomian pedagang kecil.

Saat kita masih meringkuk di kamar ber AC, jam 3 dini hari, kala tubuh masih dibalut oleh selimut wangi dan jiwa dibuai mimpi, pedagang ikan yg tua itu sudah berkubang dengan aroma ikan, mengangkat ikan berbaskom-baskom, menyentuh es batu, mengeluarkan isi perut ikan, dll. 

Sungguh bukan kehidupan yang gampang..

Apa ruginya kalau kita melebihkan bayaran, atau minimal, tidak menawar atas harga yg telah dia tetapkan. 

Dalam hidup, aku merasakan selalu diberi kejutan kejutan oleh Allah, Sang Pemilik seluruh kerajaan.

Dalam 3 hari ini, karena sibuk kerja, menulis, menjaga anak –anak, aku nggak sempat upload foto gamis jualanku, namun seseorang tetap membeli 3 potong  gamis yg dulu pernah aku upload, transaksi 1.620.000. 
Aku dapat untung 120ribu. 
Alhamdulilah.

Tapi Allah melimpahkan cintaNya dengan menggerakkan hati  si pembeli gamis untuk mentransfer lebih. Yg dia transfer 2.2 juta.  Untung 120ribu berubah menjadi 700 ribu.

Tadi pagi, pembeli buku dari Banjarmasin, mentransfer 300ribu, seharusnya hanya 121ribu. 
Lagi-lagi, Allah mengirim sayangNya dengan cara tak terduga.

Apakah rejeki hebat ini buah dari doa-doaku?

*Belum tentu..*

Ini bisa jadi, adalah doa dari si tukang ikan, atau bapak penjual tahu, atau ibu tukang giling bumbu, atau bapak tua penjual pisang, dll yang pernah bertransaksi jual beli denganku.

Saat kita tak menawar, mereka ikhlas bilang "Terima kasih".

"Terima" dan "Kasih". 
Mereka menerima.
Lalu malaikat menerbangkan doa mereka, mengetuk pintu langit, dan kita kelimpahan "Kasih Allah".

Bukankah sudah jelas, tak ada sekat antara dhuafa dengan Tuhannya, *bahwa doa kaum dhuafa, doa orang yg papa, adalah doa yang mampu mengetuk pintu langit.*

Lantas kenapa kita mampu memberi kado pada teman yg melahirkan seharga ratusan ribu, atau membelikan kado ulang tahun ratusan ribu pada anak teman yg merayakan ulang tahun di mall, bukankah mereka sudah kaya, kado kado ratusan ribu itu mereka bisa membeli sendiri.

Sementara kita begitu berhitung pada mereka yg telah menggadaikan jam tidur dan tenaga, mereka yang terseret-seret oleh arus nasib kejamnya jaman untuk sekedar mencari uang sebagai bekal pelanjut hidup.

Aku sangat yakin pada seluruh ajaran dalam nilai yang aku imani. Ketika kita memudahkan urusan orang, Allah akan memudahkan urusan kita. Ketika kita memberi satu, Allah akan membalas ratusan kali lipat. 

Balasan rejeki tak hanya dalam bentuk materi yg terukur. Bisa dalam bentuk hati yg selalu gembira. Meski sederhana, tapi hati nggak pernah gundah. Nggak pernah grasak-grusuk cemas panik sampai menyerobot rejeki orang. Meski pas pasan, tapi makan enak, tidur selalu nyenyak, itu adalah rejeki yang tak terbilang harganya.

Buktikan saja. 
Jangan sesekali menawar pedagang kecil. Selalu mudahkan urusan orang lain. 
Jangan abiskan waktu untuk tawar menawar sampai alot, *simpan waktu dan tenagamu untuk hal-hal yg lebih bermanfaat.*
Waktu buat tawar-menawar dipangkas, jadikan itu waktu untuk bersujud di kala dhuha, atau untuk membaca Al Qur'an agar tentram jiwa dan raga.

*Soal rejeki, kejarlah dengan cara yg baik. Serahkan hasilnya hanya pada Allah semata.*

Soal menghemat, bukan dengan cara menawar keras pedagang kecil, jangan ditawar, maka Allah akan aktif mengisi 'tabungan' kita.

Dan kita akan dibuat takjub oleh cara 'tangan' Allah bekerja.

Akan banyak kejutan cinta dari Yang Kuasa.

Yakin seyakin-yakinnya, karena Allah, tak pernah sekalipun ingkar janji..

Prihandoko
+62 813 1058 8353

9 Jan 2017

Dagang

_*DAGANG*_
@salimafillah

Hakikat perniagaan di negeri ini sering saya gambarkan dalam cerita tentang seorang pengusaha kecil yang memiliki produk, katakanlah keripik ubi. Untuk dapat masuk ke sebuah supermarket besar, produk ini harus melewati sekian uji-saring ketat, dari kualitas hingga kemasan. Dan akhirnya iapun diterima, terpampang agak tersembunyi di salah satu sudut raknya.

Tapi sistem pembayaran keripik ubi itu adalah konsinyasi; tiga bulan dipajang baru dihitung berapa yang laku. Laporan bisa diambil sekaligus sisa barang. Lalu pembayaran tunai baru akan diterima secepat-cepatnya sebulan kemudian.

Total empat bulan.

Tapi kalau si pemilik usaha amat kecil ubi ini pada saat menyetorkan dagangannya hendak beli beras atau gula di supermarket itu, bisakah ia minta dihitung nanti dari hasil dagangannya? Tidak. Dia harus membayar tunai. Saat itu juga.

Inilah tata ekonomi, di mana orang miskin membiayai orang kaya. Pemilik usaha kecil itulah yang menopang bisnis para pemodal besar supermarket.

Maka kita selalu bahagia pergi ke pasar tradisional, karena kita akan menemukan nilai-nilai yang amat mahal. Saking mahalnya, 500 orang terkaya di dunia versi Forbes bersekutupun takkan sanggup membelinya.

Tempo hari, terlihat di Pasar Prawirotaman Yogyakarta, seorang ibu penjual bawang merah dan putih yang asyik mengupasi sebagian dagangan yang sudah keriput kulitnya. Tak banyak yang disandingnya, hanya setampah kecil sahaja.

Lalu seorang lelaki yang lebih muda, sambil tersenyum ke sana kemari menjajakan pisang satu lirang saja, yang dilihat keadaannya memang hanya akan bagus kalau dimakan hari ini segera. Besok tidak.

Dan tetap asyik dengan pisaunya, sang ibu mendongak, lalu berkata dengan tawa ringan yang memamerkan giginya, "Tolong pisangnya gantungkan di cantelan motorku itu ya Dik, ini uangnya ambil ke sini."

"Ya Mbak, lima ribu saja buat Njenengan."

Maka ketika si Mas usai menaruh pisang itu, sang ibu menyumpalkan tiga uang lima ribuan ke tas plastik si Mas yang berisi jajanan ketika dia mendekat.

Semula lelaki itu tak menyadarinya, tapi setelah berjalan beberapa langkah dia kembali. "Weh, kebanyakan Mbak", katanya.

"Tidak apa-apa, buat jajan anakmu lho Dik. Lagipula pisang segini banyak ya ndak mungkin 5000 to."

"Ndak. Memang segitu harganya Mbak. Jajannya juga sudah ada kok ini." Lalu uang itu dikembalikannya. Tak mau kalah, Si Ibu segera menyusul Si Mas yang berlari. Memasukkan lagi uang lebihan 10.000 itu ke tas plastiknya. Si Mas tersenyum geleng-geleng kepala. Lalu dengan penuh kesopanan, dia pamit pergi.

Siang hari ketika si Ibu hendak pulang, seorang pedagang bakso menghampirinya. "Ini mbak, baksonya."

"Lho saya tidak pesan itu?"

"Lha tadi Mase penjual pisang yang memesankan itu. Terus dia bilang diracik sama ngasihkannya nanti saja kalau Njenengan mau pulang."

"O Allah... Rejeki. Sembah nuwun Gustiiii..."

Adakah engkau temukan di tempat belanjamu orang saling berrebut untuk membahagiakan sesamanya seperti ini? Ah, mungkin sesekali kau perlu pergi ke pasar yang kaulihat becek dan sumpek itu. Sebab di sana ada yang tak dapat kaubeli dengan harta, tapi dapat kaurasakan mengaliri hatimu dengan sejuta haru dan makna.
*Semoga bermanfaat

Prihandoko
+62 813 1058 8353