12 Nov 2008

Visi Depok 18 - Menanti Komitmen Gubernur

Menanti Komitmen Gubernur Baru Jawa Barat


Di luar perkiraan kebanyakan orang, pasangan HADE (Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf) memenangkan pertarungan pilgub untuk menjadi Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013. Dengan mengusung slogan Harapan Baru Warga Jawa Barat, mereka berhasil merebuat hati rakyat untuk dipilih sebagai nakhoda yang akan memimpin masyarakat jabar. Tanpa menafikan faktor-faktor pendukung lainnya, banyak pengamat mengatakan dua faktor utama yang menjadi penyebab keberhasilan mereka adalah efektifnya mesin politik PKS dan populernya figur Dede Yusuf.

Sebagai gubernur baru, sebelum berbicara tentang berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat, persoalan utama dan pertama yang harus dibenahi oleh pasangan ini adalah manajemen birokrasi. Jawa Barat perlu segera mereformasi birokrasinya. Mengingat gubernur dan wakil gubernur ini tidak memiliki pengalaman dalam birokrasi, sudah dapat dibayangkan bahwa pasangan gubernur ini akan menghadapi tantangan terbesar dari dalam ‘rumahnya’ sendiri. Kita sangat paham bagaimana kondisi birokrasi di pemprov jabar dan efektifitas jalannya pemerintahan. Birokrat yang sakit akan mengakibatkan pemerintahan yang sakit dan tidak efektif. Sebaliknya, sehatnya birokrat akan menghasilkan pemerintahan yang sehat.

Langkah awal reformasi birokrasi yang harus dilakukan adalah perubahan mindset atau paradigma para birokrat. Paradigma lama bahwa pegawai pemerintah itu penguasa harus diubah dengan paradigma baru bahwa mereka adalah pelayan. Orang yang bermental ‘penguasa’ cenderung bertindak dan bersikap otoriter dan sewenang-wenang tanpa mau memperhatikan kepentingan orang lain. Sedangkan orang yang bermental sebagai ‘pelayan’ cenderung bertindak dan bersikap santun, melayani, menghormati dan memperhatikan kepentingan masyarakat. Sayangnya, saat ini mayoritas birokrat kita masih bermental priyayi, maunya dilayani dan dihormati secara tidak wajar.

Untuk merubah mindset tersebut, seorang pemimpin harus memiliki tiga hal, yaitu komitmen, kompetensi dan kezuhudan. Pemimpin harus mempunyai komitmen yang kuat untuk mempersembahkan yang terbaik untuk masyarakat. Secara ril, komitmen ini ditunjukkan dari keteladanan dalam sikap dan pembelaan nyata. Saat pemimpin menggulirkan program pemberantasan KKN, maka dirinya yang pertama kali harus bebas dari KKN. Saat pemimpin mengajak rakyat untuk peduli dengan urusan publik, maka dirinya yang harus lebih dulu menunjukkan kepeduliannya. Saat pemimpin minta masyarakat untuk berkorban, maka dirinyalah yang pertama kali harus berkorban untuk kepentingan publik. Tanpa keteladanan, tidak akan muncul komitmen. Tanpa komitmen, pemerintahan ini hanya akan mengulang kesalahan-kesalahan masa lalu.

Syarat yang kedua, seorang pemimpin harus memiliki kompetensi. Untuk memimpin Jabar dengan kompleksitas permasalahan yang tinggi, diperlukan kompetensi yang lebih dari cukup. Yang pertama dan paling utama adalah kompetensi sebagai pemimpin. Karena, tidak semua pemimpin mempunyai jiwa dan karakter kepemimpinan. Padahal, tanpa memiliki karakter kepemimpinan yang baik, seorang pemimpin tidak akan dapat dirasakan pengaruhnya secara ril di tengah-tengah masyarakat. Kita perlu selalu mengingat jiwa kepemimpinan yang dicontohkan seorang Umar bin Abdul Aziz, yang tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena khawatir ada rakyatnya yang terzalimi saat dia sedang istirahat. Kedua, kompetensi dalam pengelolaan pemerintahan daerah. Meskipun pasangan gubernur baru ini tidak ada yang berpengalaman dalam pengelolaan pemerintahan daerah, namun kompetensi di bidang ini tidak dapat diabaikan. Mereka harus segera mempelajari konsep-konsep pengelolaan pemerintahan yang baik, mengindentifikasi permasalahan yang ada, dan menunjukan alternatif-alternatif solusi yang harus dilakukan.

Syarat yang ketiga, seorang pemimpin harus memiliki sifat zuhud. Zuhud tidak berarti miskin dan meninggalkan dunia, tetapi mereka memandang dunia ini, khususnya materi dan kekuasaan, hanya sebagai sarana, bukan tujuan. Seorang pemimpin yang tidak memiliki sifat zuhud sangat berbahaya, karena kekuasaan ada di tangan mereka. Tanpa zuhud, niscaya mereka akan memanfaatkan kekuasaanya untuk memperkaya diri dan menumpuk kekayaan, tanpa peduli dengan kondisi rakyatnya yang masih dirundung kelaparan dan kemiskinan. Masyarakat sudah muak dan benci dengan perilaku sebagian pemimpin daerah yang lebih banyak mensejahterakan diri dan keluarganya, dibanding mensejahterakan rakyatnya.

Kepada pemimpin baru Jawa Barat, masyarakat menaruh harapan besar untuk terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik. Meskipun sejuta problem dan permasalahan menghadang di depan mata, namun secara bertahap dan perlahan kita yakin semua problem itu akan terurai dan diselesaikan satu persatu dengan baik. Sudah selesai waktu untuk istirahat. Perbanyak dialog dengan masyarakat dari berbagai kalangan dan golongan. Lakukan terobosan-terobosan yang brilian dan cerdas untuk mengatasi berbagai problem yang ada. Masyarakat menanti kiprah dan karya pemimpin baru. Selamat bekerja.

Tidak ada komentar: