2 Sep 2009

Mari Tadarus Al-Qur’an (dimuat di Monitor Depok 1 Sept 09)

Mari Tadarus Al-Qur’an

Salah satu keindahan dan keberkahan bulan suci Ramadhan adalah dimudahkannya kaum muslimin dan muslimat untuk mendekat dengan Al-Qur’an. Jikapada bulan-bulan lain tidak pernah menyentuh Al-Qur’an, di bulan Ramadhan Al-Qur’an sangat mudah dan ringan untuk diambil dan dibaca. Jika di bulan lain tidak pernah tergerak untuk membaca Al-Qur’an, di bulan Ramadhan tiba-tiba muncul motivasi yang kuat untuk membaca Al-Qur’an. Kesempatan ini harus diperhatikan dan dimanfaatkan seoptimal mungkin. Jangan sampai kemudahan yang Allah berikan kepada hambaNya di bulan yang sangat istimewa ini terlewat begitu saja, tanpa kita mendapatkan keberkahan dan kebaikan darinya.

Secara umum kondisi umat Islam saat ini nampak semakin rendah kadar interaksinya dengan Al-Qur’an. Kegairahan yang rendah dari kaum muslimin dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an sesungguhnya sudah disinyalir oleh Rasulullah SAW sejak dulu. Hal ini diabadikan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an Surat Al-Furqon ayat 30,”Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak dipedulikan.” Para ulama menafsirkan kalimat mahjuro (tidak dipedulikan) dalam ayat tersebut adalah suatu kondisi dimana umat Islam tidak lagi peduli pada ajaran Al-Qur’an. Imam Ibnu Taimiyah, seorang ulama besar pada abad ke 13 mengatakan kewajiban seorang muslim terhadap Al-Qur’an ada lima, yaitu membacanya, menghafalkannya, memahaminya, mengamalkannya, dan membelanya.

Beliau mengatakan, seorang muslim yang tidak mau membaca Al-Qur’an disebut sebagai mahjuro; seorang muslim yang membaca Al-Qur’an tapi tidak mau menghafalkan disebut sebagai mahjuro; seorang muslim yang membaca Al-Qur’an, menghafalkannya, tapi tidak mau belajar untuk memahaminya disebut juga mahjuro; seorang muslim yang mau membaca, menghafalkan dan memahaminya, tapi tidak mau mengamalkannya disebut juga sebagai mahjuro; seorang muslim yang membaca Al-Qur’an, menghafalkannya, memahaminya, dan mengamalkannya, tapi tidak mau melakukan pembelaan terhadap Al-Qur’an, juga disebut mahjuro. Jadi, interaksi seorang muslim dengan Al-Qur’an tidaklah cukup sebatas membaca, kemudian menghafal, memahami, dan mengamalkan, tapi juga sampai pada tahap mempertahankan dan membela Al-Qur’an ini.

Sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah dan KitabNya, tentunya kita tidak ingin disebut sebagai mahjuro. Kita tentunya ingin menjadi hambaNya yang peduli, yang selalu bersemangat dan selalu mempunyai motivasi besar untuk membaca, menghafal, memahami, mengamalkan, dan membela Al-Qur’an. Oleh karena itu, momentum Ramadhan ini menjadi saat-saat yang sangat berharga untuk kembali kepada Al-Qur’an, kembali membaca Al-Qur’an, menghafalkannya, memahami kandungan isinya, mengamalkannya, dan membelanya.

Ramadhan ini merupakan saat yang tepat bagi kita untuk merenungkan kembali sejauh mana kita sudah berinteraksi secara baik dengan Al-Qur’an. Seberapa intens kita sudah membacanya. Sudah berapa jumlah ayat yang kita hafalkan. Sudah berapa ayat yang sudah kita pahami dengan baik kandungan isinya. Dari yang kita pahami, sudah berapa ayat yang kita sudah amalkan. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan kepada kita untuk kembali menyelami Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman hidup dan petunjuk hidup dalam kehidupan kita. Semoga.

Di bulan suci ini merupakan saat yang tepat untuk mengecek seberapa intens kita sudah membaca Al-Qur’an. Berapa ayat atau berapa halaman dalam sehari kita membaca Al-Qur’an selama ini. Apakah kita sudah membaca secara rutin atau masih sering ada hari-hari yang kosong tanpa aktifitas membaca Al-Qur’an sama sekali. Jika kita sudah melakukannya, maka bersyukurlah kepada Allah. Jika belum, maka kita tekadkan di bulan Ramadhan kali ini kita akan mulai melakukannya. Rasulullah SAW pada setiap bulan Ramadhan selalu membaca/tadarus Al-Qur’an. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhori dan Muslim, dari Abas Ra. ia berkata, “Dan adalah malaikat Jibril menemui beliau (Nabi SAW) pada setiap malam selama Ramadhan, lalu mengajaknya menderas (tadarus ) Al-Qur’an.”

Setelah tilawah Al-Qur’an dapat kita lakukan dengan baik, tahap berikutnya adalah menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Kita dapat mulai menghafal dari surat-surat pendek di juz 30, kemudian masuk ke juz 29 dan seterusnya. Di waktu-waktu lain, di samping membaca dan menghafal, kita juga perlu memahami arti dan makna dari ayat-ayat Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak akan dapat menjadi pedoman hidup jika kita tidak memahami makna kandungannya. Oleh karena itu, setelah

Tidak ada komentar: